Rabu, 10 Juni 2015

Fanfiction : Sing A Sky Full Of Stars Chapter 13



Sing A Sky Chapter 13


        “Madd? Kau kenapa?” terdengar suara seorang laki-laki dari belakang. Maddi menoleh lalu tersenyum kecil.
            “Nothing Grey.” Jawab Maddi singkat.
            “Kita nomor 1608 Madd.” Seru Greyson sambil memberikan nomor pendaftaran pada Maddi.
            “Lama sekali ya Grey, aku jadi gelisah.” Sahut Maddi sambil mengeluarkan I-phonenya dari dalam tasnya lalu memainkannya.
            “Ya begitulah, kita datang terlalu siang tadi.” Jawab Greyson sambil memperhatikan layar Hp Maddi.
            “Grey? Apa kita akan masuk?” tanya Maddi tiba-tiba.
            “Aku tidak tahu Madd, tapi kita harus semangat! Kita pasti bisa!” Seru Greyson menyemangati Maddi. Maddi menoleh ke arah Grey lalu tersenyum kecil.
            “Ya kita pasti bisa!”
            Greyson memperhatikan Maddi, dia merasa sangat nyaman saat berada disamping Maddi. Meskipun jantungnya tak pernah bisa diajak berkompromi, Grey selalu berharap bisa seperti ini terus. Saat mengerjakan pekerjaan berkelompok di sekolah.
Saat duduk sebangku dengan Maddi. Saat memegang tangan Maddi dan menariknya keluar rumah, Saat harus bernyanyi bersama dengan mimik saling mencintai. Menyenangkan sekali, melewati hari-hari bersama orang yang sangat di sayanginya.
            Setiap melihat Maddi tersenyum ke arahnya, seperti muncul harapan untuknya. Seakan-akan dia dan Maddi akan kembali bersatu seperti dulu. Berpegangan tangan, berpelukan, tatap-tatapan, bernyanyi bersama, jalan-jalan bersama dan saling mengucapkan bahwa satu sama lain saling mencintai.
Menunggu, hanya itu yang bisa Grey lakukan sekarang, dia tidak pernah mengerti jalan pikiran wanita yang sangat dicintainya itu. Kadang ia tersenyum sendiri jika mengingat masa lalunya yang indah bersama Maddi.
            “Grey?” Suara itu membuyarkan lamunan Greyson, dia menatap ke arah Maddi.
            “Ya?” jawab Grey singkat.
            “Kau mau ikut jalan-jalan bersama ku?”
            “Jalan-jalan? Kemana Madd?” tanya Greyson keheranan, “Kita kan masih harus Audisi Madd” Lanjutnya lagi.
            “Masih lama kan Grey? Lagian aku sudah bosan menunggu.” Sahut Maddi.
            “Ya sudah. Kau mau kita kemana?” tanya Greyson.
            “Keliling tempat ini.” Sahut Maddi mantap.
Mereka akhirnya berjalan untuk mengelilingi Kampus besar itu, mereka naik tangga 3 kali dan harus turun tangga lagi.
Mereka menemui Mading, dan membacanya. Setiap ada tulisan mereka selalu berhenti, hanya untuk membacanya.
            “Madd? Kita kembali saja ya.” Seru Greyson, dia terlihat lelah.
            “Iya Grey, aku juga sudah lelah.” Jawab Maddi. Mereka kembali ke tempat audisi dan duduk di sebuah bangku panjang. Keduanya terlihat ingin tidur tapi tiba-tiba mereka tersentak. Karena disamping kursi yang mereka duduki ada sebuah speaker besar. Berbunyi.....
            “NOMOR SERIBU ENAM RATUS DELAPAN” Kemudian speaker itu diam kembali.
            “Grey?? Kita?? Aduh bagaimana ini??” Maddi terlihat panik, melihat kepanikan Maddi, Grey pun ikut-ikutan panik.
            “Kita masuk saja dulu, ayo Madd.” Seru Greyson sambil menarik tangan Maddi, memasuki ruangan audisi.

Mereka melihat sebuah grand piano hitam, mereka disuruh masuk oleh petugas. Mereka pun masuk, Maddi yang terlihat gugup berjalan sambil mengapit lengan Greyson.
            “Hai! Perkenalkan diri kalian” Seru seseorang dari kursi juri. Maddi tersenyum berusaha menutupi kepanikannya, dilihatnya Christina yang sedang terseyum ke arahnya.
            “Hai.. Aku Maddi Jane.” Maddi memperkenalkan diri sambil mengeluarkan senyuman khasnya.
            “Greyson Chance” Grey memperkenalkan diri, juri yang tadi menyuruh Maddi dan Greyson untuk memperkenalkan diri terkejut saat mendengar nama Greyson Chance.
            “Greyson?? Really?? Why are you in here.” Serunya sambil berjalan ke arah Greyson. Greyson yang tidak mengerti apa yang terjadi hanya terkejut saat perempuan itu tiba-tiba memeluknya.
            “What Happened?” tanyanya sambil berusaha melepaskan pelukan gadis itu.
            “I’m Enchancer, Grey.” Seru Gadis itu bersemangat.
            “Oh ya?? Thank you!” seru Greyson.

            “Hmm,” terdengar seorang pria berdehem,ya itu adalah Chester See. “Durasi!! Samantha!” serunya lagi.
            “Yes, I’m sorry!” Samantha Jade kembali ke tempat duduknya.
            “Mau nyanyi lagu apa?” tanya Chester.
            “A Thousand Of Years.” Seru Maddi dan Greyson mantap.
            “Okay... silahkan” Christ akhirnya bersuara.

Greyson mulai menekan tuts-tuts grand piano hitam itu, matanya tertutup. Kemudian suaranya yang merdu memenuhi ruangan.
            ‘Hearts beats Fast.
            ‘Colours and Promises
            ‘How to be brave? How can I love when I’m affraid to fall?

Maddi membuka suara.
            ‘But watching you stand alone
            ‘All of my doubt suddenly goes away some how.

            “One Steps Closers” Maddi dan Greyson bersamaan.

            ‘Time stand still
            ‘Beauty in all she is

            ‘I will be brave
            I will not let anything take away
            What's standing in front of me
            Every breath
            Every hour has come to this

Dan akhirnya mereka berdua bernyanyi bersama-sama

            And all along I believed I would find you
            Time has brought your heart to me
            I have loved you for a thousand years
            I'll love you for a thousand more

Maddi dan Greyson saling menatap sejenak, kemudian Greyson menekan tuts piano itu lagi. Maddi ragu menyanyikannya, tapi akhirnya....

            I have died every day waiting for you
            Darling, don't be afraid I have loved you
            For a thousand years
            I'll love you for a thousand more

            And all along I believed I would find you
            Time has brought your heart to me
            I have loved you for a thousand years
            I'll love you for a thousand more



‘Aku tak sanggup lagi Grey’ batin Maddi, ingin sekali dia lari dan meneriakkan kalau dia tidak sanggup lagi.

To Be Continued......

Kamis, 04 Juni 2015

Fanfiction : Sing A Sky Full Of Stars Chapter 12



Sing A Sky Chapter 12
Maaf ya....
Maaf lama nge-postnya... 
Ini chapter 12, semoga kalian Suka :)
 

            Conor terkejut mendengar jawaban Megan, dia juga heran ternyata detak jantung Megan untuk dirinya sangat kencang.
Dia berpikir sejenak, dia mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Tiba-tiba Megan melepaskan pelukannya.
            “Hm..” Megan berdehem, deheman itu membuat Conor sadar bahwa sekarang dirinya dan Megan sudah berpacaran.
            “Jadii, sekarang kita bagaimana?” tanya Conor pura-pura tidak mengerti. Megan mengerucutkan bibirnya.
            “Aku tidak tahu!” Megan menjawab Cuek, tidak biasanya Megan cuek saat berbicara. Megan berjalan menjauhi Conor, wajahnya terlihat kesal.
            “Megan!” Terdengar suara Conor, Megan menoleh ke arah Conor.
            “Apa?”
            “Kau pacar ku kan? Kenapa kau cuek sekali sih?”. Pertanyaan Conor itu membuat Megan tersentak.
            Megan tersenyum kecil, “Kau membuat aku kesal tadi!”
            “Aku minta maaf Megan. Kau tahu? Aku tak menyangka kau mau menerima ku.” Megan tersenyum kecil mendengar perkataan Conor-nya itu.


***
            “Grey? Kamu kog ngajak aku kesini?” tanya Maddi memecah keheningan.
            “Aku mau ngajak kamu bicara!” Jawab Greyson.
            “Bicara? Tentang apa?”
            “Tentang saling mencintai yang di bilang sama Austin.” Maddi tersentak mendengar kata ‘Saling Mencintai’.
            “Hm, lalu?”
            “Aku sangat tidak setuju dengan hal itu, maksudku kau kan sangat membenciku!” Maddi blushing mendengar pernyataan Grey.
            “A... hm... err” Maddi bahkan tak sanggup untuk melanjutkan kata-katanya, ‘Siapa bilang aku benci kamu Grey?’ batinnya.
            “Kenapa Mad?”
            “Uhh? Kita bisa bersandiwara Grey.” Maddi sebenarnya tak pernah mau ada kata sandiwara didalam hidupnya.
Tapi kali ini dia harus mengatakan hal itu.
            “Sandiwara...?” suara Greyson terdengar kecewa, dia lebih memilih untuk tidak mencintai seseorang sama sekali daripada harus bersandiwara.
            Maddi menatap Grey lekat-lekat, ‘Andai kau tau Grey! Aku sangat ingin mencintai mu lagi’ batin Maddi.
            “Baiklah kalau begitu, kita akan bersandiwara.” Grey akhirnya menyetujui ide Maddi.

***
            Mereka kembali latihan, dan kali ini Maddi dan Greyson benar-benar berhasil. Austin pun sudah tidak mau berkomentar lagi.
            “That’s great Madd, Grey! Kalian keren sekali. Tommorow will be perfect.” Ucap Christ sambil tersenyum menatap Maddi dan Grey bergantian.
            “Ya... lumayan!” Austin berkomentar.
            “Ayolah mereka sudah bagus sekali Austin, seharusnya kau memuji mereka!” Christ kesal menatap Austin. Maddi dan Greyson tersenyum bersama melihat kelakuan Christina dan Austin.
            “Sudahlah Christ, Aku mengantuk!” Seru Maddi, yang akhirnya menghentikan perang antara Christ dan Austin.
            Christ menatap Maddi, “Oh ya.. yasudah ayo kita tidur.” Ajak Christ, “Kalian tidur disini saja ya... aku dan Maddi akan mengantar selimut” lanjutnya lagi.
            “Disofa?” tanya Grey memastikan.
            “Tentu saja Grey. Mereka kan tidak punya banyak tempat tidur” Sahut Austin sambil menatap sinis ke arah Christina.
            “Hmm, Iya Grey. Maaf sekali” Maddilah yang akhirnya menjawab pertanyaan Greyson. Greyson menatap Maddi sesaat.
            “Tidak masalah kog Madd, aku kan hanya memastikan saja.” Sahut Grey sambil tersenyum ke arah Maddi. Akhirnya Maddi dan Christ keluar dari ruangan itu.

            Beberapa menit kemudian, Christ masuk sambil membawa 2 buah selimut dan beberapa buah bantal. “Ini...” serunya sambil meletakkan barang bawaan-nya itu di atas Sofa.
            Austin yang sedang bermain gitar di lantai tersenyum ke arah Christ, Greyson juga dia sedang duduk diatas sofa tersenyum. “Terimakasih” Ucap mereka bersamaan.
            “Hihii.. It’s okay.” Ucap Chrsit sambil tertawa kecil. “Mmm, Grey segeralah tidur. Besok kau dan Maddi harus bisa jadi yang terbaik.” Lanjut Christ yang perhatian pada Grey. Christ melangkah keluar, belum sampai di daun pintu Grey berbicara.
            “Okay Christ” Christ berbalik lalu tersenyum ke arah Grey, dan segera meninggalkan ruangan itu.


# At 05. Am. Di kediaman keluarga Jane Gray.
            Christ sudah bangun, dia duduk di kursi Meja makan. Sambil memegang segelas air putih hangat di tangan Kanannya yang berada diatas meja.
Tiba-tiba ada seseorang yang menutup mata Christ, “Hey?? Siapa ini??” Teriak Christ sambil berusaha melepaskan tangan yang sedang menutup matanya.
            “Kau akan ku bunuh, jika kau tak segera membuka ini” Suara Christ terdengar lagi. Akhirnya dia memiliki ide, dia mencubit lengan orang itu.
            “Auuuu...” Sontak pria yang menutup mata Christ segera berteriak dan melepaskan tangannya dari mata Christ. “Itu sakit Nona Grimmie” serunya lagi.
            “Ternyata kau!” Ucap Christ kesal, “Aku pikir Maddi tadi” lanjutnya lagi.
            “Mmmm, begitu yaa?”
            “Ya Austin.” Jawab Christ, ternyata orang itu adalah Austin Mahone. “Ehh? Kenapa kau bangun secepat ini?” tanya Christ tiba-tiba.
            “Hm? Aku?” tanya Austin sambil menunjuk dirinya sendiri.
            “Tentu saja! Maksud mu aku bertanya pada HANTU hahh?” seru Christ, ada penekanan di kata yang ditulis huruf besar semua.
            “Memangnya kenapa kalau aku bangun cepat? Ada masalah dengan mu?” Austin menjawab dengan santai tanpa memperhatikan gadis yang diajaknya bicara. Wajah gadis itu terlihat kesal, bibirnya mengerucut.
            “Hhh, Aku kan hanya bertanya kenapa? Menjawab itu saja susah sekali.” Seru Christ, suaranya terdengar sangat ketus.
            “Haha” Austin malah tertawa kecil.
            “Kau memang menyebalkan! Aku membenci orang-orang yang membuat ku kesal.”
            “Oh begitu?”
            “Ihh...,” Christina mengumpat kesal, dia berjalan menuju kulkas sambil mengeluarkan beberapa sayur dari dalamnya.
            “Perlu bantuan?” Tanya Austin menawarkan diri. Christ menoleh ke arah Austin, kemudian memalingkan wajahnya lagi.
            “Tidak usah!”
            “Yakin? Aku rasa kau sangat memerlukan bantuan, miss Grimmie.” Seru Austin dengan nada menggoda.
            “Tidak, aku bisa melakukannya sendiri!” Jawab Christ tanpa melihat ke arah Austin.
            “Tapi aku harus membantumu! Aku sudah biasa memasak pagi-pagi, jadi harus selalu aku lakukan.” Seru Austin.
Tiba-tiba saja dia sudah berdiri tepat disamping Christ, Christ yang tak menyadari hal itu masih asyik dengan wortel yang sedang dikupasnya.
            “HEIII!!! Kau tidak mendengarku ya?” Teriak Austin sangat keras tepat di telinga kanan Christ.
            “Kyaaa...., ihhh telinga ku sakit!” Christ meringis sambil menutup telinga kanannya. Dia menatap wajah Austin dengan tatapan murka.
            “Maafkan aku. Habisnya kau tidak mau mendengar ku sih!” Suara Austin terdengar pelan.
            “IYA, TAPI KENAPA KAU HARUS BERTERIAK TEPAT DI TELINGA KU? HAAA?” Teriak Christ.
            Sontak Austin menutup kedua telinganya dengan tangannya, “Hentikan itu Christ.. telinga ku sakit sekali.” Austin berbicara sangat pelan.
            “Hahhaaa, maaf kan aku!” Seru Christ sambil tertawa kecil. Austin yang tadi masih meringis, tiba-tiba sudah tersenyum.
            “Kalau begitu, biarkan aku membantu mu Miss.”
            “Kau niat sekali ya! Tapi,baiklah.”
Mereka akhirnya memasak bersama. Tidak sampai 35 menit, makanan sudah terhidang di atas meja makan.

***
            Maddi berjalan menuruni anak tangga, menuju ke ruang tamu, terlihat rambutnya di ikat kuncir kuda, ‘Berantakan’. Greyson yang baru saja bangun, keluar dari kamarnya, dilihatnya Maddi yang sedang menuruni tangga.
Dia tersenyum kecil. Dengan sedikit berlari, ia akhirnya mampu mengejar Maddi.
            “Madd, tunggu!” Seru Greyson. Maddi yang merasa namanya disebut menghentikan langkah kakinya lalu,menoleh ke asal suara itu berada.
            “Cepatlah.” Akhirnya suara Maddi terdengar.
            “Kenapa, kau berantakan sekali?” tanya Greyson.
            “Aku baru bangun tidur.” Seru Maddi santai.
            “Ohh,”
Maddi dan Greyson akhirnya tiba di dapur, dilihatlah pemandangan yang sangat indah, Makanan sudah tersedia dia atas meja makan, Christ masih sibuk dengan piring kotor yang tadi ia gunakan untuk memasak.
Sedangkan, Austin. Dia sedang duduk tepat di samping ‘Westafel’  tempat Christ mencuci piring, sambil menatap wajah Christ yang kita ketahui  Cantik’ .
            Greyson bertepuk tangan sambil tersenyum kecil, Maddi tertawa dengan sangat keras.
            “Hahhhaaaaaa, Haaa. Christ jadi kau dengan Austin ya?” Suara tawa Maddi, sontak mengubah suasana dapur itu.
Austin segera melompat turun dari duduknya, wajahnya memerah. Christ masih berkutat dengan piring-piring kotornya, tapi pipinya sudah merah, degup jantungnya pun sangat kencang. Mereka berdua kelihatan malu sekali.
            “Madd, kau mau makan?” akhirnya Suara Christ terdengar.
            “Hm, I think. At before I have to get Mia get-up!” seru Maddi.
            “Yasudah bangunkan, jangan berdiri disitu terus.”
Maddi akhirnya berbalik badan, sekali lagi tawa renyahnya dilancarkan. Membuat Christ bertambah malu saja.
           
Apa mungkin ada perasaan, antara Christ dan Austin.
Seakrab itu dalam waktu yang tak lebih dari 12 Jam.
Mungkin saja, kita tidak tahu kapan cinta datang.
Saat ia datang, kita sering tidak sadar.
Yang dapat dilakukan hanya menikmatinya saja.

To Be Continued.....