Sing A Sky Chapter 12
Maaf ya....
Maaf lama nge-postnya...
Ini chapter 12, semoga kalian Suka :)
Conor terkejut mendengar jawaban
Megan, dia juga heran ternyata detak jantung Megan untuk dirinya sangat
kencang.
Dia berpikir
sejenak, dia mencoba mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Tiba-tiba Megan
melepaskan pelukannya.
“Hm..” Megan berdehem, deheman itu
membuat Conor sadar bahwa sekarang dirinya dan Megan sudah berpacaran.
“Jadii, sekarang kita bagaimana?”
tanya Conor pura-pura tidak mengerti. Megan mengerucutkan bibirnya.
“Aku tidak tahu!” Megan menjawab
Cuek, tidak biasanya Megan cuek saat berbicara. Megan berjalan menjauhi Conor,
wajahnya terlihat kesal.
“Megan!” Terdengar suara Conor,
Megan menoleh ke arah Conor.
“Apa?”
“Kau pacar ku kan? Kenapa kau cuek
sekali sih?”. Pertanyaan Conor itu membuat Megan tersentak.
Megan tersenyum kecil, “Kau membuat
aku kesal tadi!”
“Aku minta maaf Megan. Kau tahu? Aku
tak menyangka kau mau menerima ku.” Megan tersenyum kecil mendengar perkataan
Conor-nya itu.
***
“Grey? Kamu kog ngajak aku kesini?”
tanya Maddi memecah keheningan.
“Aku mau ngajak kamu bicara!” Jawab
Greyson.
“Bicara? Tentang apa?”
“Tentang saling mencintai yang di
bilang sama Austin.” Maddi tersentak mendengar kata ‘Saling Mencintai’.
“Hm, lalu?”
“Aku sangat tidak setuju dengan hal
itu, maksudku kau kan sangat membenciku!” Maddi blushing mendengar pernyataan
Grey.
“A... hm... err” Maddi bahkan tak
sanggup untuk melanjutkan kata-katanya, ‘Siapa bilang aku benci kamu Grey?’
batinnya.
“Kenapa Mad?”
“Uhh? Kita bisa bersandiwara Grey.”
Maddi sebenarnya tak pernah mau ada kata sandiwara didalam hidupnya.
Tapi kali
ini dia harus mengatakan hal itu.
“Sandiwara...?” suara Greyson
terdengar kecewa, dia lebih memilih untuk tidak mencintai seseorang sama sekali
daripada harus bersandiwara.
Maddi menatap Grey lekat-lekat,
‘Andai kau tau Grey! Aku sangat ingin mencintai mu lagi’ batin Maddi.
“Baiklah kalau begitu, kita akan
bersandiwara.” Grey akhirnya menyetujui ide Maddi.
***
Mereka kembali latihan, dan kali ini
Maddi dan Greyson benar-benar berhasil. Austin pun sudah tidak mau berkomentar
lagi.
“That’s great Madd, Grey! Kalian
keren sekali. Tommorow will be perfect.” Ucap Christ sambil tersenyum menatap
Maddi dan Grey bergantian.
“Ya... lumayan!” Austin berkomentar.
“Ayolah mereka sudah bagus sekali
Austin, seharusnya kau memuji mereka!” Christ kesal menatap Austin. Maddi dan
Greyson tersenyum bersama melihat kelakuan Christina dan Austin.
“Sudahlah Christ, Aku mengantuk!”
Seru Maddi, yang akhirnya menghentikan perang antara Christ dan Austin.
Christ menatap Maddi, “Oh ya..
yasudah ayo kita tidur.” Ajak Christ, “Kalian tidur disini saja ya... aku dan
Maddi akan mengantar selimut” lanjutnya lagi.
“Disofa?” tanya Grey memastikan.
“Tentu saja Grey. Mereka kan tidak
punya banyak tempat tidur” Sahut Austin sambil menatap sinis ke arah Christina.
“Hmm, Iya Grey. Maaf sekali”
Maddilah yang akhirnya menjawab pertanyaan Greyson. Greyson menatap Maddi
sesaat.
“Tidak masalah kog Madd, aku kan
hanya memastikan saja.” Sahut Grey sambil tersenyum ke arah Maddi. Akhirnya
Maddi dan Christ keluar dari ruangan itu.
Beberapa menit kemudian, Christ
masuk sambil membawa 2 buah selimut dan beberapa buah bantal. “Ini...” serunya
sambil meletakkan barang bawaan-nya itu di atas Sofa.
Austin yang sedang bermain gitar di
lantai tersenyum ke arah Christ, Greyson juga dia sedang duduk diatas sofa
tersenyum. “Terimakasih” Ucap mereka bersamaan.
“Hihii.. It’s okay.” Ucap Chrsit
sambil tertawa kecil. “Mmm, Grey segeralah tidur. Besok kau dan Maddi harus
bisa jadi yang terbaik.” Lanjut Christ yang perhatian pada Grey. Christ
melangkah keluar, belum sampai di daun pintu Grey berbicara.
“Okay Christ” Christ berbalik lalu
tersenyum ke arah Grey, dan segera meninggalkan ruangan itu.
# At 05. Am.
Di kediaman keluarga Jane Gray.
Christ sudah bangun, dia duduk di
kursi Meja makan. Sambil memegang segelas air putih hangat di tangan Kanannya
yang berada diatas meja.
Tiba-tiba
ada seseorang yang menutup mata Christ, “Hey?? Siapa ini??” Teriak Christ
sambil berusaha melepaskan tangan yang sedang menutup matanya.
“Kau akan ku bunuh, jika kau tak
segera membuka ini” Suara Christ terdengar lagi. Akhirnya dia memiliki ide, dia
mencubit lengan orang itu.
“Auuuu...” Sontak pria yang menutup
mata Christ segera berteriak dan melepaskan tangannya dari mata Christ. “Itu
sakit Nona Grimmie” serunya lagi.
“Ternyata kau!” Ucap Christ kesal,
“Aku pikir Maddi tadi” lanjutnya lagi.
“Mmmm, begitu yaa?”
“Ya Austin.” Jawab Christ, ternyata
orang itu adalah Austin Mahone. “Ehh? Kenapa kau bangun secepat ini?” tanya
Christ tiba-tiba.
“Hm? Aku?” tanya Austin sambil
menunjuk dirinya sendiri.
“Tentu saja! Maksud mu aku bertanya
pada HANTU hahh?” seru Christ, ada penekanan di kata yang ditulis huruf besar
semua.
“Memangnya kenapa kalau aku bangun
cepat? Ada masalah dengan mu?” Austin menjawab dengan santai tanpa
memperhatikan gadis yang diajaknya bicara. Wajah gadis itu terlihat kesal,
bibirnya mengerucut.
“Hhh, Aku kan hanya bertanya kenapa?
Menjawab itu saja susah sekali.” Seru Christ, suaranya terdengar sangat ketus.
“Haha” Austin malah tertawa kecil.
“Kau memang menyebalkan! Aku
membenci orang-orang yang membuat ku kesal.”
“Oh begitu?”
“Ihh...,” Christina mengumpat kesal,
dia berjalan menuju kulkas sambil mengeluarkan beberapa sayur dari dalamnya.
“Perlu bantuan?” Tanya Austin
menawarkan diri. Christ menoleh ke arah Austin, kemudian memalingkan wajahnya
lagi.
“Tidak usah!”
“Yakin? Aku rasa kau sangat
memerlukan bantuan, miss Grimmie.” Seru Austin dengan nada menggoda.
“Tidak, aku bisa melakukannya
sendiri!” Jawab Christ tanpa melihat ke arah Austin.
“Tapi aku harus membantumu! Aku
sudah biasa memasak pagi-pagi, jadi harus selalu aku lakukan.” Seru Austin.
Tiba-tiba
saja dia sudah berdiri tepat disamping Christ, Christ yang tak menyadari hal
itu masih asyik dengan wortel yang sedang dikupasnya.
“HEIII!!! Kau tidak mendengarku ya?”
Teriak Austin sangat keras tepat di telinga kanan Christ.
“Kyaaa...., ihhh telinga ku sakit!”
Christ meringis sambil menutup telinga kanannya. Dia menatap wajah Austin
dengan tatapan murka.
“Maafkan aku. Habisnya kau tidak mau
mendengar ku sih!” Suara Austin terdengar pelan.
“IYA, TAPI KENAPA KAU HARUS
BERTERIAK TEPAT DI TELINGA KU? HAAA?” Teriak Christ.
Sontak Austin menutup kedua
telinganya dengan tangannya, “Hentikan itu Christ.. telinga ku sakit sekali.”
Austin berbicara sangat pelan.
“Hahhaaa, maaf kan aku!” Seru Christ
sambil tertawa kecil. Austin yang tadi masih meringis, tiba-tiba sudah
tersenyum.
“Kalau begitu, biarkan aku membantu
mu Miss.”
“Kau niat sekali ya! Tapi,baiklah.”
Mereka
akhirnya memasak bersama. Tidak sampai 35 menit, makanan sudah terhidang di
atas meja makan.
***
Maddi berjalan menuruni anak tangga,
menuju ke ruang tamu, terlihat rambutnya di ikat kuncir kuda, ‘Berantakan’.
Greyson yang baru saja bangun, keluar dari kamarnya, dilihatnya Maddi yang
sedang menuruni tangga.
Dia
tersenyum kecil. Dengan sedikit berlari, ia akhirnya mampu mengejar Maddi.
“Madd, tunggu!” Seru Greyson. Maddi
yang merasa namanya disebut menghentikan langkah kakinya lalu,menoleh ke asal
suara itu berada.
“Cepatlah.” Akhirnya suara Maddi
terdengar.
“Kenapa, kau berantakan sekali?”
tanya Greyson.
“Aku baru bangun tidur.” Seru Maddi
santai.
“Ohh,”
Maddi dan
Greyson akhirnya tiba di dapur, dilihatlah pemandangan yang sangat indah,
Makanan sudah tersedia dia atas meja makan, Christ masih sibuk dengan piring
kotor yang tadi ia gunakan untuk memasak.
Sedangkan,
Austin. Dia sedang duduk tepat di samping ‘Westafel’ tempat Christ mencuci piring, sambil menatap
wajah Christ yang kita ketahui ‘Cantik’ .
Greyson bertepuk tangan sambil tersenyum kecil,
Maddi tertawa dengan sangat keras.
“Hahhhaaaaaa, Haaa. Christ jadi kau
dengan Austin ya?” Suara tawa Maddi, sontak mengubah suasana dapur itu.
Austin
segera melompat turun dari duduknya, wajahnya memerah. Christ masih berkutat
dengan piring-piring kotornya, tapi pipinya sudah merah, degup jantungnya pun sangat
kencang. Mereka berdua kelihatan malu sekali.
“Madd, kau mau makan?” akhirnya
Suara Christ terdengar.
“Hm, I think. At before I have to
get Mia get-up!” seru Maddi.
“Yasudah bangunkan, jangan berdiri
disitu terus.”
Maddi
akhirnya berbalik badan, sekali lagi tawa renyahnya dilancarkan. Membuat Christ
bertambah malu saja.
Apa mungkin
ada perasaan, antara Christ dan Austin.
Seakrab itu
dalam waktu yang tak lebih dari 12 Jam.
Mungkin
saja, kita tidak tahu kapan cinta datang.
Saat ia
datang, kita sering tidak sadar.
Yang dapat
dilakukan hanya menikmatinya saja.
To Be
Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar