Minggu, 24 Januari 2016

FF : Sing/A sky Full Of Stars



Sing A Sky Chapter 16



hAIII!!! Aku datang lagiii. Oiyya Selamat Tahun Baru yaaa!!!
Ini Sing A Skynya kulanjutin lagii lohh, tinggal 4 chapter lagiii...
Ditunggu yaaa!!!!

        “Christ? Bagaimana rapor Mia?” tanya Maddi pada Christ yang sedang sibuk dengan berkas yang berisi nama-nama peserta yang masuk Grand-Final Sing Competition Sinatrhya University.
        “Bagus!” jawab Christ singkat, tanpa memalingkan wajahnya dari dokumen yang sedang di bacanya.
Maddi merasa sangat kesal melihat sikap Christ yang sok sibuk, padahal memang sedang sibuk. Maddi duduk disamping Christ, lalu mengambil nama-nama peserta yang sedang nganggur diatas meja.
        “Christ? Apa semuanya akan saling berkompetisi?” tanya Maddi dengan wajah bingung sambil membaca satu-persatu nama yang tertera di kertas itu.
        “Iya! Memangnya kenapa?” tanya Christ yang menyadari kebingungan Maddi Jane.
        “Dengar! Maddi Jane Featuring Greyson Chance, Tanner Patrick Featuring TIFFANY ALVORD?” Maddi membaca nama Tiffany dengan keras. “Kapan Tiffany berduet dengan laki-laki yang gak ku kenal ini?” lanjutnya lagi, dengan alis yang terangkat.
        “Siapa? Tiffany dan Tanner? Itu usulan Chester! Dia bilang suara mereka menyatu. Dan saat Audisi terakhir...” Jeda “Mereka memang berhasil”lanjut Christ santai.
        “Dan aku akan melawan Conor Maynard juga???” Maddi sedikit menjerit. Bagaimana mungkin? Itu Conor Maynard!!!
        “Maynard? Suaranya sangat halus. Aku sangat menyukai suaranya.” Seru Christ sambil tersenyum simpul, kemudian kembali ke pekerjaannya.
        “Kenapa tidak sekalian saja dengan Megan!” Maddi mengumpat kesal. Christ yang mendengar nama Megan langsung tersentak.
        “Suaranya sangat halus Madd. Tapi... Conor lebih bagus” Lagi-lagi Christ menjawab dengan sangat santai.
        “Apa??” Maddi sedikit frustasi mendengar kalimat ‘Conor lebih bagus’. “Yang benar saja! Mereka itu berpacaran!” Maddi menarik napas, “Dan setahuku... suara Megan jauh lebih menarik dari Conor.” Maddi melanjutkan keberatannya.
***
        Hari ini adalah hari pertama libur semester. Maddi, Christ dan Mia terlihat sangat sibuk, mereka memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan. Pekerjaan apa ya?? Tentu saja membersihkan rumah, mengganti seluruh gorden yang ada di rumah tersebut, hahh... pokoknya semua pekerjaan rumah yang biasanya hanya dikerjakan oleh Mom-nya Maddi sendirian. Saat ini dapat terlihat dengan jelas, Maddi sedang mengelap televisi, Mia sedang membersihkan meja dengan kemoceng, dan Christ.... dia sedang asyik mengganti kain gorden.
Tapi pekerjaan Christ berhenti sejenak, saat I-phone hitamnya itu berbunyi dengan sangat keras.
Austin Mahone Calling
Dengan cepat Christ menekan gambar yang berwarna hijau di layar Touch-screen I-phonenya.
        “Hn?” seru Christ. Maddi dan Mia masih sibuk dengan pekerjaan mereka.
        “Halo Christ?” terdengar suara seseorang dari seberang sana, ya... itu adalah Austin Mahone.
        “Ya?”
        “Can we meet Now?” kembali suara seseorang dari seberang menjawab.
        “I’m not sure. Why?” Christ melihat ke sekeliling. Maddi dan Mia sudah selesai dengan pekerjaan mereka masing-masing.
        “No....” Jeda ”Okay, Aku yang datang ke rumah kamu.” Sambung Austin
        “Untuk apa?” tanya Christ sedikit bingung.
        “Soal,, Sing-competition!”
        “Oh yaudah datang aja! I will wait you!” sahut Christ.
        “Okay! See ya!” pamit Austin dari seberang.
        “See ya!” jawab Christ sambil mematikan sambungan.

        “Siapa Christ?” tanya Maddi yang sudah duduk disamping Christ.
        “Austin.” Jawab Christ sambil kembali memasang gorden.
        “Sing-Competition lagi?” tanya Maddi asal tebak. Dan ternyata tebakannya itu sangat-sangat tepat.
        “Ya. Mereka datang nanti.” Sahut Christ tanpa memalingkan wajahnya dari lipatan Gorden.
        Mood Maddi langsung berubah, wajahnya ditekuk. “Selalu.” Ujarnya pelan.
***
       

        Megan’s House garden.
Hari ini genap satu minggu, sekolah Maddi Jane libur semester.
Megan sedang duduk di taman depan rumahnya, seperti biasa mendengarkan musik sambil menikmati udara malam. Terlihat dia sedang menidurkan dirinya di kursi kayu panjang tempatnya biasa mendengarkan musik. Jaket hitam dan celana panjang hitam membalut tubuhnya.
        Conor yang dari tadi mengawasi Megan terlihat sedang mendengarkan musik juga. Head-phone terpasang dikepalanya. Jam tangannya sudah hampir menunjukkan setengah sembilan.
        “Kenapa Megan belum masuk?” tanya Conor pada dirinya sendiri, “ Atau dia sudah tertidur?” lanjutnya lagi. Karena penasaran akhirnya Conor memberanikan diri untuk berjalan mendekati kursi tempat Megan berbaring. Dan dilihatnya lah Megan yang sedang menutup mata, Head-phone hitam terpasang dengan baik di kepalanya. Tunggu dulu, Megan menggunakan syal putih pemberian Conor padanya beberapa hari lalu, tentu saja sebelum mereka tidak berbicara. Tunggu... tidak bicara kenapa?.
       
        #Flash-Back
        “Kau baik-baik saja?” tanya Conor pada Megan yang sedang makan bubur putih siang itu. Megan menoleh, untuk memandang Conor. Terlihat wajahnya putih pucat, bibirnya pun berwarna putih, terlihat seperti mayat hidup.
        “Yang kau lihat?” tanya Megan cuek, dia tidak menganggap Conor ada sejak tadi, tentu saja, dia masih berkutat dengan bubur tak berasanya.
        “Kau ini!” terdengar suara Conor meninggi, tapi dia menahan emosinya dia tidak ingin membentak Megan. Tentu saja keadaan Megan sangat memprihatinkan. “Makanlah yang banyak Megan.... supaya cepat sembuh.” Ucap Conor lembut. Megan yang mendengar kata-kata Conor bukannya senang dengan perilaku kekasihnya itu malah berdiri dan..
        “Makan banyak?” Megan berdiri, sekarang dia benar-benar terlihat seperti mayat hidup. “Bubur itu tidak enak! Dan kau menyuruh ku memakannya banyak-banyak?” Erang Megan, dia berjalan menuju kamarnya tanpa memerhatikan Conor.
        “Megan!” Teriak Conor. “Kau harus makan.” Lanjutnya lagi.
        “Kau saja yang makan! Jangan hanya menyuruh!” Kata Megan tanpa menoleh, dia tetap melanjutkan langkah kakinya. Terlihat dengan sangat jelas, gurat-gurat kemarahan mulai menguasai wajah Conor. Sekarang dia bahkan tidak perduli kalau Megan itu adalah kekasihnya.
        “Megan! Kau kenapa sih?” teriak Conor, Megan berhenti, dia membalikkan dirinya.
        “Aku tidak ingin berbicara dengan mu!” ucap Megan, Megan mengatakan hal yang makin memancing emosi Conor. Mata Conor membulat. “Aku sedang tidak suka berbicara dengan mu! aku harap kau memakluminya.” Megan kembali berucap, sekarang Conor benar-benar sudah sampai pada  puncak amarahnya.
        “Aku juga!” tiba-tiba Conor mengatakan hal yang sama, “Aku tidak ingin berbicara dengan mu lagi!!!” Ucap Conor. Megan yang mendengarnya menoleh ke arah Conor.
        “Aku benci pada mu!” jeda “Jangan datang lagi!” berlari menuju kamarnya sambil menangis.

        #Flash-back Off

        Conor duduk dikursi kayu itu juga. Sekarang kepala Megan terletak di atas kaki Conor, mungkin kaki Conor menjadi bantalnya.
        “Megan....” seru Conor pelan. Megan bergerak sebentar, tapi kemudian tertidur kembali. Tangan Conor mengelus kepala Megan dengan lembut. Kenapa mereka berkelahi coba? Kan Megan nanti jadi tambah sakit kalau tidur diluar. Ya beberapa hari belakangan ini, Megan selalu emosi-an, belum lagi dia sedang sakit. Begini kalau orangtua selalu ada di luar negeri, jadinya tak pernah jaga kesehatan.
        “Conor...” desah Megan pelan sambil merapatkan kedua lengannya, sepertinya dia kedinginan. Conor terkejut mendengar namanya dipanggil oleh Megan. Bayangkan saja sudah 4 hari semenjak kejadian itu mereka tidak bicara. Conor tidak berani minta maaf, karena dia takut mengganggu jam istirahat Megan. Tentu saja Megan butuh istirahat yang cukup, dia sedang sakit. Demamnya baru saja turun tapi sudah tidur di luar.
        “Ya...” jawab Conor, sambil memegang tangan Megan erat. Jam tangan Conor menunjukkan angka sepuluh tepat. Megan harus dibawa masuk. Conor menggendong Megan, terasa dilengan Conor rasa panas. Megan demam tinggi lagi.
Conor meletakkan Megan di tempat tidur dan menyelimuti Megan.
        “Tuan... ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita yang terlihat berusia 40 tahunan, ya itu adalah pembantu rumah tangga di keluarga Nicole. Megan adalah anak pertama, dia punya adik perempuan. Tapi adiknya tinggal di Las Vegas bersama dengan kakeknya. Mereka jarang bertemu, kalau bertemu paling kalau liburan musim panas doang. Itu juga kalau orangtua Megan pulang ke Chicago.
        “Bawakan aku sesuatu yang bisa mendinginkan suhu tubuh Megan!” Ujar Conor panik
Conor tidak pulang kerumahnya. Tentu saja karena harus merawat Megan. Suhu tubuh Megan mencapai 41o . Conor selalu memegang tangan Megan. Berharap Megan bangun dengan cepat.
        Tiba-tiba Megan menyebut nama Conor lagi. Conor yang sempat tertidur, bangun kembali.
        “Gan...” ucap Conor, “Sayang... bangunlah....” lanjut Conor lagi.
***
        Hari ini final Sing-Competition dilaksanakan, Greyson dan Maddi terlihat bersemangat. Austin duduk tepat disamping Maddi, lalu Greyson disamping Maddi. Maddi menggunakan dress coklat semi-formalnya, terlihat menggunakan sepatu boot hitam. Greyson yang duduk disampingnya menggunakan kemeja lengan pendek berwarna coklat, semua kancingnya dilepas sehingga terlihatlah dalaman kemeja itu sebuah kaus putih, dengan jeans hitam panjang dan sepatu hitam. Seperti biasa Austin terlihat biasa saja, tidak ada yang spesial dengan penampilannya.
        Greyson yang duduk disamping Maddi sedang menghapal lirik lagu, sedangkan Maddi sendiri hanya bermain-main dengan I-phonenya. Saat Maddi membuka aplikasi Blackberry Messenger, dilihatnya nama Conor Maynard yang mengiriminya pesan BBM.
Conor Maynard : Berjuang Madd! Kau harus bisa jadi juara, karena aku tak ikut babak final.
        Sebuah pesan singkat yang dapat membuat Maddi terkejut sekali.
        “Conor tidak ikut Grey...” ucap Maddi pelan. Kedua laki-laki yang duduk disampingnya itu hanya menoleh.
        “Apa Madd?” tanya Austin pada Maddi yang masih terpaku dengan pesan BBM tersebut. Greyson yang menangkap kegelisahan Maddi langsung mengambil I-phone Maddi, sesaat setelah membaca pesan BBM yang ada di layar I-phone Maddi, Greyson pun ikut terdiam.
        Austin bingung dengan sikap kedua teman duduknya itu tiba-tiba terdiam.
        “Apa yang terjadi dengan Megan?” Terdengar suara pelan terucap dari bibir Maddi. Greyson menatap Maddi sejenak. Kemudian sebuah suara terdengar, tidak terdengar jelas. Austin yang tidak mengerti apa yang terjadi kemudia bertanya.
        “Ada apa kalian ini? Megan? Conor? Siapa mereka?”
        “Aku harus pergi sekarang! Aku tak bisa ikut Final.”
        “Ada apa ini? Kau tidak bisa seperti ini Madd. Kalian tinggal sedikit lagi menuju kemenangan!”
        “Kami minta maaf.” Greyson akhirnya membuka suara dengan jelas. “Tapi, baik aku maupun Maddi” Jeda, “Kami harus pergi.” Maddi segera berlari keluar dari ruangan back-stage, dia bahkan tak ingat kalau tadi Greyson berkata mereka harus pergi.

***
        #At Megan Home.
        Maddi dan Greyson turun dari mobil Jeep hitam milik Austin, tapi kok Austinnya gak ada ya? Hei, what ever?
Maddi berjalan tergesa-gesa, dia mengetuk pintu rumah Megan dengan sekuat tenaga. Terdengar juga suara Greyson menyuarakan. “Any Body Home??”
        Pintu putih besar itu pun akhirnya terbuka, terlihatlah seorang ibu memasang wajah terkejut. “Non Maddi ya? Masuk!” ucap Ibu itu sambil membungkukkan badan mempersilahkan Maddi dan Greyson masuk.
        “Megan dimana bu?” Tanya Greyson.
        “Dikamarnya Tuan...” jawab Ibu itu dengan lembut.

        Pintu kamar terbuka disertai dengan suara dorongan yang kuat, hampir saja Conor ingin melempar orang yang mendorong pintu itu dengan gelas.
        “Maynard? Apa yang terjadi pada Megan?” tanya seorang gadis yang terlihat sangat panik. Conor terkejut melihat gadis itu, lebih kagetnya lagi gadis itu terlihat sangat kacau.
        “Maddi? Kenapa kau ada disini? Bukannya...” belum sempat melanjutkan kata-katanya. Sudah ada laki-laki lain yang memotong.
        “Maddi khawatir.”
        “Greyson?” Kali ini Conor merasa sangat-sangat terkejut. “Kalian kan harus ikut Final! Kenapa kalian ada disini?”
        “Final katamu? Kau pikir aku perlu ikut final, jika temanku sedang sakit.” Ujar Maddi yang tiba-tiba sudah memegang tangan Megan yang terbaring lemah diatas tempat tidur.
        “Kami mengundurkan diri. Maddi dan aku lebih memilih melihat Megan.” Greyson akhirnya bersuara lagi. Conor memandang Maddi dan Greyson dengan tatapan ‘Aku kecewa pada kalian’.
        “Kau kenapa? Kalian kenapa? Kalau begini sekolah kita tidak akan menang.” Conor terlihat sangat kecewa, dia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang ada di kamar Megan.
        “Siapa perduli dengan hal itu? Aku lebih perduli untuk menemani temanku yang sedang sakit.” Maddi.
        “Madd...” terdengar suara Greyson memanggil Maddi yang sedang menggenggam tangan Megan.
        “Ada apa Grey?” tanya Maddi, tanpa melihat ke arah Grey.
        “Aku harus kembali.” Jawab Greyson.
        “Untuk apa? Aku sudah tidak mau lagi mengikuti kegiatan yang merepotkan seperti itu.”
        “Memberitahu Christ dan Austin, kalau kita mengundurkan diri.” Suara memancarkan kesedihan.
        “Terserah saja.” Jawab Maddi tetap tak perduli.
Melihat kelakuan Maddi itu, Greyson akhirnya pergi dari tempat itu. Dia menaiki Jeep hitam yang tadi dipakainya dengan Maddi.
       
TO BE CONTINUED....