Sing A Sky Chapter 16
hAIII!!! Aku datang lagiii. Oiyya Selamat Tahun Baru yaaa!!!
Ini Sing A Skynya kulanjutin lagii lohh, tinggal 4 chapter lagiii...
Ditunggu yaaa!!!!
“Christ?
Bagaimana rapor Mia?” tanya Maddi pada Christ yang sedang sibuk dengan berkas
yang berisi nama-nama peserta yang masuk Grand-Final Sing Competition Sinatrhya
University.
“Bagus!”
jawab Christ singkat, tanpa memalingkan wajahnya dari dokumen yang sedang di
bacanya.
Maddi merasa sangat kesal melihat
sikap Christ yang sok sibuk, padahal memang sedang sibuk. Maddi duduk disamping
Christ, lalu mengambil nama-nama peserta yang sedang nganggur diatas meja.
“Christ?
Apa semuanya akan saling berkompetisi?” tanya Maddi dengan wajah bingung sambil
membaca satu-persatu nama yang tertera di kertas itu.
“Iya!
Memangnya kenapa?” tanya Christ yang menyadari kebingungan Maddi Jane.
“Dengar!
Maddi Jane Featuring Greyson Chance, Tanner Patrick Featuring TIFFANY ALVORD?”
Maddi membaca nama Tiffany dengan keras. “Kapan Tiffany berduet dengan
laki-laki yang gak ku kenal ini?” lanjutnya lagi, dengan alis yang terangkat.
“Siapa?
Tiffany dan Tanner? Itu usulan Chester! Dia bilang suara mereka menyatu. Dan saat
Audisi terakhir...” Jeda “Mereka memang berhasil”lanjut Christ santai.
“Dan
aku akan melawan Conor Maynard juga???” Maddi sedikit menjerit. Bagaimana
mungkin? Itu Conor Maynard!!!
“Maynard?
Suaranya sangat halus. Aku sangat menyukai suaranya.” Seru Christ sambil
tersenyum simpul, kemudian kembali ke pekerjaannya.
“Kenapa
tidak sekalian saja dengan Megan!” Maddi mengumpat kesal. Christ yang mendengar
nama Megan langsung tersentak.
“Suaranya
sangat halus Madd. Tapi... Conor lebih bagus” Lagi-lagi Christ menjawab dengan
sangat santai.
“Apa??”
Maddi sedikit frustasi mendengar kalimat ‘Conor lebih bagus’. “Yang benar saja!
Mereka itu berpacaran!” Maddi menarik napas, “Dan setahuku... suara Megan jauh
lebih menarik dari Conor.” Maddi melanjutkan keberatannya.
***
Hari
ini adalah hari pertama libur semester. Maddi, Christ dan Mia terlihat sangat
sibuk, mereka memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakan. Pekerjaan
apa ya?? Tentu saja membersihkan rumah, mengganti seluruh gorden yang ada di
rumah tersebut, hahh... pokoknya semua pekerjaan rumah yang biasanya hanya
dikerjakan oleh Mom-nya Maddi sendirian. Saat ini dapat terlihat dengan jelas,
Maddi sedang mengelap televisi, Mia sedang membersihkan meja dengan kemoceng,
dan Christ.... dia sedang asyik mengganti kain gorden.
Tapi pekerjaan Christ berhenti
sejenak, saat I-phone hitamnya itu berbunyi dengan sangat keras.
Austin Mahone Calling
Dengan cepat Christ menekan
gambar yang berwarna hijau di layar Touch-screen I-phonenya.
“Hn?”
seru Christ. Maddi dan Mia masih sibuk dengan pekerjaan mereka.
“Halo
Christ?” terdengar suara seseorang dari seberang sana, ya... itu adalah Austin
Mahone.
“Ya?”
“Can
we meet Now?” kembali suara seseorang dari seberang menjawab.
“I’m
not sure. Why?” Christ melihat ke sekeliling. Maddi dan Mia sudah selesai
dengan pekerjaan mereka masing-masing.
“No....”
Jeda ”Okay, Aku yang datang ke rumah kamu.” Sambung Austin
“Untuk
apa?” tanya Christ sedikit bingung.
“Soal,,
Sing-competition!”
“Oh
yaudah datang aja! I will wait you!” sahut Christ.
“Okay!
See ya!” pamit Austin dari seberang.
“See
ya!” jawab Christ sambil mematikan sambungan.
“Siapa
Christ?” tanya Maddi yang sudah duduk disamping Christ.
“Austin.”
Jawab Christ sambil kembali memasang gorden.
“Sing-Competition
lagi?” tanya Maddi asal tebak. Dan ternyata tebakannya itu sangat-sangat tepat.
“Ya.
Mereka datang nanti.” Sahut Christ tanpa memalingkan wajahnya dari lipatan
Gorden.
Mood
Maddi langsung berubah, wajahnya ditekuk. “Selalu.” Ujarnya pelan.
***
Megan’s
House garden.
Hari ini genap satu minggu,
sekolah Maddi Jane libur semester.
Megan sedang duduk di taman depan
rumahnya, seperti biasa mendengarkan musik sambil menikmati udara malam.
Terlihat dia sedang menidurkan dirinya di kursi kayu panjang tempatnya biasa
mendengarkan musik. Jaket hitam dan celana panjang hitam membalut tubuhnya.
Conor
yang dari tadi mengawasi Megan terlihat sedang mendengarkan musik juga.
Head-phone terpasang dikepalanya. Jam tangannya sudah hampir menunjukkan
setengah sembilan.
“Kenapa
Megan belum masuk?” tanya Conor pada dirinya sendiri, “ Atau dia sudah
tertidur?” lanjutnya lagi. Karena penasaran akhirnya Conor memberanikan diri
untuk berjalan mendekati kursi tempat Megan berbaring. Dan dilihatnya lah Megan
yang sedang menutup mata, Head-phone hitam terpasang dengan baik di kepalanya.
Tunggu dulu, Megan menggunakan syal putih pemberian Conor padanya beberapa hari
lalu, tentu saja sebelum mereka tidak berbicara. Tunggu... tidak bicara
kenapa?.
#Flash-Back
“Kau
baik-baik saja?” tanya Conor pada Megan yang sedang makan bubur putih siang
itu. Megan menoleh, untuk memandang Conor. Terlihat wajahnya putih pucat,
bibirnya pun berwarna putih, terlihat seperti mayat hidup.
“Yang
kau lihat?” tanya Megan cuek, dia tidak menganggap Conor ada sejak tadi, tentu
saja, dia masih berkutat dengan bubur tak berasanya.
“Kau
ini!” terdengar suara Conor meninggi, tapi dia menahan emosinya dia tidak ingin
membentak Megan. Tentu saja keadaan Megan sangat memprihatinkan. “Makanlah yang
banyak Megan.... supaya cepat sembuh.” Ucap Conor lembut. Megan yang mendengar
kata-kata Conor bukannya senang dengan perilaku kekasihnya itu malah berdiri
dan..
“Makan
banyak?” Megan berdiri, sekarang dia benar-benar terlihat seperti mayat hidup.
“Bubur itu tidak enak! Dan kau menyuruh ku memakannya banyak-banyak?” Erang
Megan, dia berjalan menuju kamarnya tanpa memerhatikan Conor.
“Megan!”
Teriak Conor. “Kau harus makan.” Lanjutnya lagi.
“Kau
saja yang makan! Jangan hanya menyuruh!” Kata Megan tanpa menoleh, dia tetap
melanjutkan langkah kakinya. Terlihat dengan sangat jelas, gurat-gurat
kemarahan mulai menguasai wajah Conor. Sekarang dia bahkan tidak perduli kalau
Megan itu adalah kekasihnya.
“Megan!
Kau kenapa sih?” teriak Conor, Megan berhenti, dia membalikkan dirinya.
“Aku
tidak ingin berbicara dengan mu!” ucap Megan, Megan mengatakan hal yang makin
memancing emosi Conor. Mata Conor membulat. “Aku sedang tidak suka berbicara
dengan mu! aku harap kau memakluminya.” Megan kembali berucap, sekarang Conor
benar-benar sudah sampai pada puncak
amarahnya.
“Aku
juga!” tiba-tiba Conor mengatakan hal yang sama, “Aku tidak ingin berbicara
dengan mu lagi!!!” Ucap Conor. Megan yang mendengarnya menoleh ke arah Conor.
“Aku
benci pada mu!” jeda “Jangan datang lagi!” berlari menuju kamarnya sambil
menangis.
#Flash-back
Off
Conor
duduk dikursi kayu itu juga. Sekarang kepala Megan terletak di atas kaki Conor,
mungkin kaki Conor menjadi bantalnya.
“Megan....”
seru Conor pelan. Megan bergerak sebentar, tapi kemudian tertidur kembali.
Tangan Conor mengelus kepala Megan dengan lembut. Kenapa mereka berkelahi coba?
Kan Megan nanti jadi tambah sakit kalau tidur diluar. Ya beberapa hari
belakangan ini, Megan selalu emosi-an, belum lagi dia sedang sakit. Begini
kalau orangtua selalu ada di luar negeri, jadinya tak pernah jaga kesehatan.
“Conor...”
desah Megan pelan sambil merapatkan kedua lengannya, sepertinya dia kedinginan.
Conor terkejut mendengar namanya dipanggil oleh Megan. Bayangkan saja sudah 4 hari
semenjak kejadian itu mereka tidak bicara. Conor tidak berani minta maaf,
karena dia takut mengganggu jam istirahat Megan. Tentu saja Megan butuh
istirahat yang cukup, dia sedang sakit. Demamnya baru saja turun tapi sudah
tidur di luar.
“Ya...”
jawab Conor, sambil memegang tangan Megan erat. Jam tangan Conor menunjukkan
angka sepuluh tepat. Megan harus dibawa masuk. Conor menggendong Megan, terasa
dilengan Conor rasa panas. Megan demam tinggi lagi.
Conor meletakkan Megan di tempat
tidur dan menyelimuti Megan.
“Tuan...
ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang wanita yang terlihat berusia 40
tahunan, ya itu adalah pembantu rumah tangga di keluarga Nicole. Megan adalah
anak pertama, dia punya adik perempuan. Tapi adiknya tinggal di Las Vegas
bersama dengan kakeknya. Mereka jarang bertemu, kalau bertemu paling kalau
liburan musim panas doang. Itu juga kalau orangtua Megan pulang ke Chicago.
“Bawakan
aku sesuatu yang bisa mendinginkan suhu tubuh Megan!” Ujar Conor panik
Conor tidak pulang kerumahnya.
Tentu saja karena harus merawat Megan. Suhu tubuh Megan mencapai 41o
. Conor selalu memegang tangan Megan. Berharap Megan bangun dengan cepat.
Tiba-tiba
Megan menyebut nama Conor lagi. Conor yang sempat tertidur, bangun kembali.
“Gan...”
ucap Conor, “Sayang... bangunlah....” lanjut Conor lagi.
***
Hari
ini final Sing-Competition dilaksanakan, Greyson dan Maddi terlihat
bersemangat. Austin duduk tepat disamping Maddi, lalu Greyson disamping Maddi.
Maddi menggunakan dress coklat semi-formalnya, terlihat menggunakan sepatu boot
hitam. Greyson yang duduk disampingnya menggunakan kemeja lengan pendek
berwarna coklat, semua kancingnya dilepas sehingga terlihatlah dalaman kemeja
itu sebuah kaus putih, dengan jeans hitam panjang dan sepatu hitam. Seperti
biasa Austin terlihat biasa saja, tidak ada yang spesial dengan penampilannya.
Greyson
yang duduk disamping Maddi sedang menghapal lirik lagu, sedangkan Maddi sendiri
hanya bermain-main dengan I-phonenya. Saat Maddi membuka aplikasi Blackberry
Messenger, dilihatnya nama Conor Maynard yang mengiriminya pesan BBM.
Conor Maynard : Berjuang Madd!
Kau harus bisa jadi juara, karena aku tak ikut babak final.
Sebuah
pesan singkat yang dapat membuat Maddi terkejut sekali.
“Conor
tidak ikut Grey...” ucap Maddi pelan. Kedua laki-laki yang duduk disampingnya
itu hanya menoleh.
“Apa
Madd?” tanya Austin pada Maddi yang masih terpaku dengan pesan BBM tersebut.
Greyson yang menangkap kegelisahan Maddi langsung mengambil I-phone Maddi,
sesaat setelah membaca pesan BBM yang ada di layar I-phone Maddi, Greyson pun
ikut terdiam.
Austin
bingung dengan sikap kedua teman duduknya itu tiba-tiba terdiam.
“Apa
yang terjadi dengan Megan?” Terdengar suara pelan terucap dari bibir Maddi.
Greyson menatap Maddi sejenak. Kemudian sebuah suara terdengar, tidak terdengar
jelas. Austin yang tidak mengerti apa yang terjadi kemudia bertanya.
“Ada
apa kalian ini? Megan? Conor? Siapa mereka?”
“Aku
harus pergi sekarang! Aku tak bisa ikut Final.”
“Ada
apa ini? Kau tidak bisa seperti ini Madd. Kalian tinggal sedikit lagi menuju
kemenangan!”
“Kami
minta maaf.” Greyson akhirnya membuka suara dengan jelas. “Tapi, baik aku
maupun Maddi” Jeda, “Kami harus pergi.” Maddi segera berlari keluar dari
ruangan back-stage, dia bahkan tak ingat kalau tadi Greyson berkata mereka
harus pergi.
***
#At
Megan Home.
Maddi
dan Greyson turun dari mobil Jeep hitam milik Austin, tapi kok Austinnya gak
ada ya? Hei, what ever?
Maddi berjalan tergesa-gesa, dia
mengetuk pintu rumah Megan dengan sekuat tenaga. Terdengar juga suara Greyson
menyuarakan. “Any Body Home??”
Pintu
putih besar itu pun akhirnya terbuka, terlihatlah seorang ibu memasang wajah
terkejut. “Non Maddi ya? Masuk!” ucap Ibu itu sambil membungkukkan badan
mempersilahkan Maddi dan Greyson masuk.
“Megan
dimana bu?” Tanya Greyson.
“Dikamarnya
Tuan...” jawab Ibu itu dengan lembut.
Pintu
kamar terbuka disertai dengan suara dorongan yang kuat, hampir saja Conor ingin
melempar orang yang mendorong pintu itu dengan gelas.
“Maynard?
Apa yang terjadi pada Megan?” tanya seorang gadis yang terlihat sangat panik.
Conor terkejut melihat gadis itu, lebih kagetnya lagi gadis itu terlihat sangat
kacau.
“Maddi?
Kenapa kau ada disini? Bukannya...” belum sempat melanjutkan kata-katanya.
Sudah ada laki-laki lain yang memotong.
“Maddi
khawatir.”
“Greyson?”
Kali ini Conor merasa sangat-sangat terkejut. “Kalian kan harus ikut Final!
Kenapa kalian ada disini?”
“Final
katamu? Kau pikir aku perlu ikut final, jika temanku sedang sakit.” Ujar Maddi
yang tiba-tiba sudah memegang tangan Megan yang terbaring lemah diatas tempat
tidur.
“Kami
mengundurkan diri. Maddi dan aku lebih memilih melihat Megan.” Greyson akhirnya
bersuara lagi. Conor memandang Maddi dan Greyson dengan tatapan ‘Aku kecewa
pada kalian’.
“Kau
kenapa? Kalian kenapa? Kalau begini sekolah kita tidak akan menang.” Conor
terlihat sangat kecewa, dia menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang ada di
kamar Megan.
“Siapa
perduli dengan hal itu? Aku lebih perduli untuk menemani temanku yang sedang
sakit.” Maddi.
“Madd...”
terdengar suara Greyson memanggil Maddi yang sedang menggenggam tangan Megan.
“Ada
apa Grey?” tanya Maddi, tanpa melihat ke arah Grey.
“Aku
harus kembali.” Jawab Greyson.
“Untuk
apa? Aku sudah tidak mau lagi mengikuti kegiatan yang merepotkan seperti itu.”
“Memberitahu
Christ dan Austin, kalau kita mengundurkan diri.” Suara memancarkan kesedihan.
“Terserah
saja.” Jawab Maddi tetap tak perduli.
Melihat kelakuan Maddi itu,
Greyson akhirnya pergi dari tempat itu. Dia menaiki Jeep hitam yang tadi
dipakainya dengan Maddi.
TO BE CONTINUED....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar