Sing A Sky Chapter 11
Ini Chapter terbarunya...
Makasih buat teman-teman aku yang ngedukung untuk nyelesain Fic ini
Fitri, Kiky, Yola .(I Love Ossi!!)
Megan yang sedang duduk di
pekarangan rumahnya sedang bernyanyi-nyanyi sendiri. Terlihat jelas ada sebuah‘headset’ menempel di telinganya. Tiba-tiba ada yang
menepuk bahunya, “Yo... Megan!!” suara itu terdengar sangat ‘Familiar’ di telinga Megan.
“Apa?” jawab Megan santai,
sepertinya sudah sering diterkejutkan oleh orang. Buktinya bila ada orang yang
mengejutkan dia tidak tidak pernah terkejut.
Laki-laki bermata abu-abu itu duduk
disamping Megan. Dia menarik salah satu ‘headset’ yang menempel di telinga
Megan, kemudian memasangkannya ke telinganya. Megan menatap pria itu dengan
pandangan kesal.
“Kau ini.”
Megan menggeram. Pria tetap tidak perduli, sepertinya dia menikmati lagu yang
sedang diputar oleh Megan.
“Conor
Maynard !!!” seru Megan dengan keras sampai Conor melompat dari duduknya.
“Kau ini! Kalau mau berteriak jangan
tepat ditelinga ku!” seru Conor sambil menutup telinganya, sepertinya
telinganya memang sangat sakit.
Megan tersenyum puas, dia melepaskan
‘headset’ dari telinganya. Kemudian
mematikan musik yang tadi diputarnya. “Makanya. Jangan suka mengambil barang
orang lain tanpa meminta!” seru Megan di sambung dengan tawa renyahnya.
Conor kembali duduk disamping Megan,
“Maaf kalau begitu.” Conor berbicara sangat pelan. Bahkan Megan tidak
mendengarnya. Megan menatap Conor sejenak lalu dia berdiri tepat didepan pria
itu.
“Kau tidak berniat mengajak ku
jalan-jalan?” Megan bertanya.
“Hah??” tiba-tiba jantung Conor
berdegup kencang tak beraturan, refleks tangannya langsung memegangi dadanya.
Kalau saja tulang rusuk pria itu tidak ada, mungkin jantungnya sudah melompat
keluar. Dia merasa sangat kaget, tidak pernah Megan bertanya seperti itu
padanya ‘Apa dia mau kami berkencan?’ batinnya. Ditepisnya angan-angannya itu.
Melihat sikap Conor yang aneh, Megan
duduk di depan Conor. Jadi mereka duduk berhadapan, sangat dekat.
Conor yang
duduk di kursi merasakan kalau jantungnya akan segera melompat keluar. Megan
menengadahkan kepalanya supaya dia dapat memandang wajah Conor.
Mata Megan
menatap Conor dengan tatapan aneh. “Hey.. Yo!” serunya tiba-tiba sehingga
membuat Conor terkejut. Dan yang paling terkejutnya adalah Conor mencium kening
Megan. Conor masih menutup matanya, ‘Aneh.. kenapa bibirku rasanya menyentuh
sesuatu ya?’ batinnya.
Mata Megan terbelalak, tiba-tiba darahnya
mengalir sangat cepat ‘Mr. Maynard mencium ku’ serunya dalam hati.
Megan sadar, Conor sudah menciumnya
terlalu lama, dia mendorong tubuh Conor. Tindakan itu membuat tubuh Conor
terlempar, sehingga dia jatuh dari kursi kayu tanpa sandaran itu.
“Arggghhh...” suara Conor terdengar
seperti orang yang sedang kesakitan.
“Kau gak papa kan?” tanya Megan
tiba-tiba sambil menarik tangan Conor.
“Ahhh..??!?? Tidak apa-apa.”
Jawabnya sambil mencoba berdiri, dia menatap Megan, dia akhirnya sadar kalau
tadi dia mencium kening Megan. “Maaf... aku tidak sengaja. Aku sangat menyesal,
aku tidak bermaksud!” seru Conor, dia sangat menyesal melakukan sesuatu yang
sangat memalukan. ‘MEMALUKAN?’ tentu saja.. gadis yang diciumnya tadi kan bukan
kekasihnya.
Megan tertunduk malu, dia juga tidak
bisa bicara apa-apa. Dia bingung sekali, kenapa tiba-tiba tubuhnya merasa kaku,
dan kenapa sekarang jantungnya berdegup kencang? Dia memang sudah lama sekali
menyukai Conor. Tapi, tak pernah sekalipun dia merasakan detak jantungnya
berdegup sekencang ini saat bersama Conor. Tapi sekarang kog bisa seperti ini?.
Melihat Megan tidak menjawab, Conor
merasa bersalah, mungkin sekarang Megan sedang marah padanya. Dia sudah tidak
berani lagi untuk membuka suara. Wajahnya menunduk.
Megan merasa sudah cukup lama mereka
berdua diam, akhirnya dia berbicara “Aku tidak apa-apa kok.”
Conor menatap Megan, “Aku minta maaf
Megan!” seru Conor, wajahnya menunjukkan kalau dia sangat-sangat-sangat
menyesal.
Megan tersenyum kecil, “Sudahlah..
itukan kecelakaan!” serunya sambil memegang bahu Conor. Dia menatap –laki-laki
yang sedang berdiri di hadapannya itu.
“Terimakasih mau memaafkan ku”
“Sama-sama” jawab Megan sambil
tersenyum kecil, sebenarnya senyum itu adalah senyum yang dipenuhi kebingungan.
Conor menciumnya, dan anehnya dia tidak marah sama sekali. Apa dia juga
menyukai Conor? Atau bagaimana?
***
Jam dinding dirumah Maddi
menunjukkan angka ‘Tujuh lewat empat puluh lima’. Maddi, Christ, Austin dan
Greyson sedang ada di dalam kamar yang tidak memiliki tempat tidur, tapi
Greyson merasa dia sedang berada di sebuah studio musik jelas saja di ruangan
ini...
Ada sebuah Grand
Piano berwarna hita mengilap dekat jendela, sebuah piano kecil yang ditempeli
stikers dengan tulisan ‘cHRistInA
gRimmIE’, ada sebuah komputer lengkap di dekat pintu masuk, sebuah gitar
dan sebuah ‘bass’ di pojok ruangan,
sebuah sofa di tengah ruangan dan sebuah mic lengkap dengan penyaring suaranya
di dekat gitar itu.
‘Ini itu studio!, yang kurang hanya
ruangan untuk rekaman’ pikir Greyson dalam hati, Christ berdiri dekat piano yang di tempeli stikers dengan namanya itu.
Maddi
mengambil gitar dan duduk di sofa, Austin duduk disamping Maddi, sementara
Greyson masih berdiri di depan pintu, dia masih asik memperhatikan semua benda
yang ada diruangan tempat ia berada itu.
“Ini semua milik siapa?” tanya Greyson memecah
keheningan.
Christ menatap kearah Greyson lalu
tersenyum kecil, “Ini milik kami berdua” jawabnya santai sambil melirik ke arah
Maddi, tapi Maddi masih asik dengan gitarnya sehingga tidak mendengar apa yang
sedang dibicarakan oleh Christ dan Greyson.
Sedangkan
Austin, matanya berkutat pada sebuah layar kecil yang berada di hadapannya, ya
tentu saja itu ‘hand-phone’.
Greyson menelan ludah, Christ
tersenyum kecil. “Kalian menyanyikan lagu apa ya?” tanya Christ tiba-tiba.
Maddi mengalihkan pandangannya dari gitar, sekarang dia melihat ke arah Christ
dan berkata.
“Bagaimana kalau ‘A Thousand Of
Years’?”
“Hah?”, “Ohh, iya lagu itu bagus,
setiap liriknya sangat bermakna” sahut Christ bersemangat.
Austin menatap ke arah Christ,
‘Setiap liriknya bermakna?’ batinnya. ‘Untuknya? Atau untuk Maddi dan Grey?’
pertanyaan-pertanyaan aneh mulai terngiang di kepalanya.
“Ahh?.. lagu itu ya? Bagus sih”
Greyson memberikan komentar.
“Jadi lagu itu yang akan kalian
nyanyikan?” Austin akhirnya berbicara. Matanya masih menatap ke arah Christ,
dia jadi penasaran, ‘Kenapa harus berarti?’.
“Ya, I think that’s not bad” Maddi
tersenyum kecil.
“Okay, kalau memang Maddi suka itu
yasudah” jawab Greyson sambil berpikir, ‘Aturannya jangan lagu itu’ batinnya
sebenarnya menentang untuk menyanyikan lagu itu, dia merasa perasaannya pasti
sangat kalut saat menyanyikannya nanti bersama Maddi.
“Jadi kita ‘deal’ ya? A Thousand Of Years!” seru Christ bersemangat. Dia
kemudian menekan tuts-tuts pianonya itu sehingga
terdengar melodi-melodi yang indah. “Hey Grey? Kau kan jago main piano ayo
mainkan pianonya!” seru Christ yang memberhentikan permainannya.
Grey merasa terkejut lalu berdiri di
depan grand piano hitam itu, dia duduk dan mulai menekan tuts piano itu.
“Hearts beats fast... Colours and promises... How to be brave? How can I love
when I’m Affraid to fall?” dia berhenti bernyanyi , nada dari piano itu pun
sudah tak terdengar lagi.
Austin berjalan ke arah Greyson lalu
menepuk pundak Grey, “Kenapa berhenti?” tanya Austin.
“Kan bukan Cuma aku yang mau
menyanyi” jawab Greyson gugup. Christ mengerti apa maksud Grey, dia tersenyum
kecil kemudian melirik ke arah Maddi yang sedang menatap Christ dengan
pandangan aneh.
“Maddi! Kau berdiri disamping Grey,
agar kalian bisa bernyanyi bersama” seru Christ sambil tersenyum kecil.
Maddi terkejut mendengar perkataan
Christ, yang lebih menjurus ke perintah. Dengan pasrah Maddi berdiri di samping
piano itu.
“Ya sudah ayo kita latihan!” suara
terdengar keberatan. Grey hanya bisa tersenyum melihat wajah Maddi yang hanya
setengah menurut.
Mereka pun memulai latihan, Greyson
masuk di verse I, Lalu Maddi di verse II, Grey di Chorus yang I, Maddi di
Chorus yang II, dan keduanya di Chorus terakhir. Christ tersenyum, dia seperti
sedang menonton konser sebuah pasangan anak muda yang saling mencintai.
Tapi
tiba-tiba dia berpikir kenapa Laki-laki yang duduk disampingnya itu hanya diam,
seperti tidak menikmati konser yang sedang berjalan.
“Apa-apaan ini? Tidak enak sekali!”
Dan benarlah, Austin tidak suka pertunjukan yang dibuat oleh Maddi dan Grey.
“Kalian seperti orang yang sedang bermusuhan tidak ada kebahagiaan yang
terpancar dari wajah kalian berdua” seru Austin lagi.
Christ mengangkat alis, ‘APA?? Dia
memperhatikan mimik keduanya? Aku saja tidak memperhatikan wajah dua orang yang
sedang bernyanyi.’.
Maddi melihat ke arah Austin dan
Christ, dia kelihatan bingung ‘Apa maksud Austin?’ batinnya. “Maksudnya
bagaimana?” tanya Maddi tiba-tiba.
“Huh? Kalian tidak mengerti apa yang
ku maksud?” sahut Austin menatap Maddi.
Greyson menggeleng, kedua alisnya
terangkat, itu menandakan kalau dia sangat bingung. “Kau harus beritahu apa
maksudnya!” seru Greyson sambil menekan tuts-tuts piano dengan sembarangan
sehingga menimbulkan sebuah kebisingan.
“Grey hentikan!” seru Maddi sambil
menutup telinganya. Greyson segera menghentikan gerakannya lalu menunduk.
“Maaf bila mengganggu mu” Greyson
meminta maaf. Maddi menatap ke arah Greyson lalu tersenyum kecil.
“It’s alright!” sahut Maddi, “Lalu
apa maksud mu tadi?” lanjutnya lagi sambil melihat ke arah Austin.
Austin memasang wajah kesal, “Maksud
ku kalian harus menunjukkan ekspresi kalian saat bernyanyi, tunjukkan perasaan
kalian saat menyanyikan lagu!”
“Perasaan seperti apa? Aku masih
tidak mengerti apa maksudnya?” tanya Greyson yang masih terlihat bingung.
Austin menarik nafas dalam-dalam,
“Tunjukkan kalau kalian ‘saling mencintai’ saat kalian bernyanyi”
“SALING MENCINTAI??” Teriak Greyson
dan Maddi bersamaan, wajah mereka berdua merah padam.
Sadar kalau
mereka berbicara bersamaan, mereka saling menatap satu sama lain.
Detak
jantung mereka berdua terasa sangat cepat, darah mereka berdesir cepat seperti
turun dari kepala menuju kaki.
Austin yang menyadari kalau Maddi
dan Greyson itu sebenarnya masih sama-sama suka tersenyum kecil, dia melirik
Christ yang diam terpaku melihat kelakuan dua orang yang berada di dekat piano.
“Christ?” bisik Austin pelan.
Christ menoleh, “Apa?” jawabnya
pelan.
“Mereka berdua cocok kan?” Austin
berbicara sangat pelan
“Ya, I think, mereka berdua itu
cocok sekali” Suara Christ juga terdengar pelan.
Greyson tiba-tiba berdiri, dia
menarik tangan Maddi dan membawa gadis itu keluar dari ruangan itu, mereka
berdua menuruni tangga sambil berpegangan tangan dan keluar dari rumah Maddi,
Mia yang sedang menonoton film merasa aneh dengan kelakuan Sist Maddinya dan
Greyson.
***
Megan dan Conor sedang tidur-tiduran
di taman belakang rumah Megan, mereka sedang berhayal.
Conor POV
‘Kalau saja aku berani, kenapa tadi
aku tidak bilang kalau aku menyukai Megan?. Apa Megan juga menyukai ku? Apa
baik jika aku ingin memiliki Megan lebih dari seorang sahabat? Jika kami
benar-benar berpacaran lalu putus, apa hubungan ku dan Megan akan kembali
seperti ini?’ Conor selalu memikirkan semua hal sampai jauh, apa yang akan
terjadi bila seperti ini? Kalau seperti itu bagaimana? Kalau nanti begini,
begitu?. Karena hal itu lah makanya Conor tidak pernah bisa mengungkapkan
perasaannya pada Megan. Dia takut bila harus kehilangan Megan untuk selamanya, dia
takut bila nanti Megan membencinya karena dia mengatakan bagaimana perasaannya
yang sebenarnya.
Conor
menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan suara “Hah!!”.
Megan menoleh ke arah Conor, “Kau
kenapa?” tanya Megan khawatir.
“hah? Tidak, aku tidak kenapa-napa.”
Jawab Conor sambil menggeleng.
Megan berpikir keras, bagaimana
caranya supaya dia bisa mengungkapkan perasaannya pada Conor, sekarang Conor
sedang berbaring disampingnya, ingin sekali dia memegang tangan Conor lalu
mengatakan semua perasaannya yang sudah Tujuh tahun ia pendam. Tak pernah ada
keberanian untuk mengungkapkannya. “Conor! Aku sangat menyukai mu”bisiknya
pelan, ia tidak sadar kalau ternyata Conor mendengarnya.
“Apa?” Terdengar suara Conor sangat
keras, Megan melihat Conor bangun dari tidurnya.
‘Apa yang terjadi? Conor mendengar
ku?’ Megan merasa risau, ‘Apa mungkin sekarang adalah waktunya untuk mengatakan
perasaan ku padanya?’ Megan bertanya-tanya dalam hati. Dia masih berbaring, dia
melihat tubuh Conor yang sudah duduk, dia menatap sendu punggung itu. Dia lalu
bangkit untuk duduk.
“Megan? Kau tadi bilang sesuatu kan?
Tolong ulangi kalimat yang barusaja kau ucapkan itu!”
“Ahh??!” seru Megan, wajahnya
terlihat sangat pucat, degup jantungnya sangat-sangat cepat.
Conor menatap ke arah Megan,
pandangannya adalah pandangan bingung, “Katakan Megan! Ulangi kalimat yang tdi
kau ucapkan!” suara Conor tiba-tiba terdengar kuat.
“Err... Ehm” Megan sangat gugup, dia
tidak sanggup memberi tahu Conor tentang perasaannya.
“Megan?” terdengar suara Conor lagi,
kali ini kedua tangan Conor sudah berada di pundak Megan, dia
mengguncang-guncangkan badan Megan.
Megan masih diam, kini terlihat
kalau matanya menutup. “Aku menyukai mu Conor Maynard” Ucap Megan pelan,
matanya masih senantiasa tertutup. Dia kelihatan sangat ketakutan, bila-bila
nanti Conor akan menolaknya.
Conor melepaskan tangannya dari
pundak Megan, matanya terbelalak, jantungnya berdegup kencang, napasnya tidak
teratur. “Maksud mu apa Megan?” tanya Conor tiba-tiba, “Jangan main-main
mengatakan hal seperti itu!” lanjutnya lagi.
Megan mengangkat kepalanya lalu
menatap pria yang sedang berdiri di hadapannya itu, “Aku tidak main-main, aku
sudah memendamnya selama tujuh tahun! Kau tak tahu itu kan?” Megan menjawab
dengan berani, “Aku merasakannya mulai kau memilih untuk mendekati Tiffany!”
lanjutnya lagi, kali ini suaranya meninggi.
Conor terdiam, ‘saat aku mendekati
Tiffany?’ batin Conor mulai bertanya-tanya. Dia menatap Megan sejenak, lalu
menatap langit. “Megan? Terimakasih untuk kejujuran mu!”
“Huh?” Alis Megan terangkat, seakan
tidak mengerti.
“Do you know? How many times I
spent, only to say like you said before?”
“Conor?”
“Megan?” Conor berlutut di hadapan
Megan, gadis yang berdiri di hadapannya terlihat kaget. “I Love you...”
“What?” Megan terkejut dengan
kata-kata Conor barusan.
“Yes, will you be my girlfriend
Megan ?” pertanyaan itu keluar dari bibir pria bermata abu-abu itu secara
tiba-tiba.
Seorang
Conor Maynard? Bisa mengucapkan kata-kata seperti itu? Author juga gak percaya
sih.
Megan menatap tubuh Conor yang mulai
berdiri, sekarang mata mereka bertemu, Megan menatap dalam-dalam mata abu-abu
milik Conor kemudian tersenyum kecil, “Can you repeat it?”
Conor membalas tatapan Megan,
bibirnya terdiam, otaknya berpikir, ‘Apa Megan menerima ku?’, ‘Atau dia mau
menghina ku?’. Tapi Conor memberanikan diri, kedua tangannya meraih pergelangan
tangan Megan.
Kemudian dia
menarik napas, “Megan... I Love You! Will you be my girlfriend?” Conor
mengucapkan kata-kata itu kembali dengan lancar.
Megan tersenyum, entah keberanian
darimana dia segera memeluk tubuh pria yang sedang berada di depannya itu, “Of
course, I Love You so much!” bisiknya di telinga Conor.
To Be
Continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar