Sabtu, 02 Mei 2015

Fanfiction : Sing A Sky Full Of Stars Chapter 10



Sing A Sky Chapter 10


            Maddi yang sedang berbincang dengan Conor, dia tidak sadar ada yang memperhatikannya dengan tatapan aneh. Dia tidak memperdulikannya, dia tetap berbicara dengan Conor.
            Terdengar bel masuk sudah berbunyi. Maddi masuk ke kelas bersama Conor. Saat berdiri di pintu, dia melihat Greyson sejenak. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba menjalari tubuhnya. Dia berjalan menuju meja Greyson, meletakkan ransel coklatnya diatas meja, lalu duduk.
            Hari ini, kelas free, guru bahasa inggris mereka tidak datang. Tapi meskipun tidak datang mereka tetap diberikan tugas yaitu untuk membuat sebuah karangan Narasi. Dan yang paling sialnya bagi Maddi dan Greyson adalah Karangan ini dikerjakan berkelompok dengan teman sebangku masing-masing.
            “Topiknya apa ya Madd?” suara Greyson terdengar.
            Maddi ragu untuk menjawabnya, tapi ini akan menjadi nilai praktek mereka. “Menurut mu apa yang bagus?” Maddi mengeluarkan suaranya.
            “Aku juga tidak tahu, kau kan tahu aku tak pernah bisa mengarang”
            Maddi menatap Greyson, “Kau bisa mengarang dan menciptakan lagu” Maddi berbicara pelan.
            Greyson tertegun, kemudian menatap Maddi yang sedang menatapnya lalu menelan ludahn. “Aku memang bisa mengarang lagu. Tapi aku akan menyelesaikannya berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan” jawab Grey.
            Maddi tersenyum tipis, “Yang penting kau bisa mengarang”. “Dan lagu-lagu mu juga sangat terkenal, iya kan??”
            ‘Apa kau pernah mendengar lagu ku?’ Batin Greyson. ‘Tidak mungkin, kau kan sibuk dengan video-video cover mu’ Greyson menggalau.
            “Hei, ayo kita kerjakan waktunya tinggal sebentar” Maddi membuyarkan lamunan Grey.
            “Uhh? Iya ayo” jawab Grey kemudian.
            Akhinya karangan narasi mereka selesai. Kegiatan kelompok pun segera berakhir. Greyson membuka Hand-phone nya. Maddi pun menjadi sibuk dengan lirik lagu yang ada di layar Hand-phone nya. Tiba –tiba dunia mereka menjadi berbeda.
            Perasaan tadi mereka masih tertawa bersama karena karangan, tapi sekarang mereka seperti berada di dunia yang berbeda.

***
            Bel istirahat pun akhirnya berbunyi,. Semua siswa yang ada di kelas Maddi berhamburan keluar kelas.
            Conor berjalan ke arah meja Greyson dan Maddi sambil membawa sebuah kertas.
            “Hey kalian berdua!” seru Conor sambil memukul-mukul meja Grey dan Maddi.
            Greyson menoleh, lalu menyimpan Hand-phonenya. “What’s?” tanyanya pelan.
            Maddi masih terlihat cuek, dia sama sekali tidak tertari dengan semua hal yang dilakukan Conor, matanya masih saja berkutat di depan layar Hand-phonenya. Sebelum akhirnya Greyson menyentuh Hand-phone Maddi.
            “Madd? Conor mau bilang sesuatu” kata Greyson sambil meletakkan Hand-phone Maddi dia atas Meja.
            Maddi merasa terkejut, tapi dia tak bisa melawan jika Greyson sudah bicara, dia merasa harus menuruti semua yang dikatakan Grey. Tapi gak mungkin dia mau, sebenarnya jantungnya berdegup terlalu kencang sampai akhirnya dia menunduk. “What’s Mr. Maynard?”
            Conor tersenyum kecil, “Ini ada acara Sing Competition. Aku rasa kalian berdua bisa ikut”
            “Hah? Kenapa bukan kau dan Megan saja?” suara Maddi terdengar kuat.
            Greyson masih diam, dia tidak mengerti. ‘Kenapa harus aku dan Maddi?’ batinnya.
            “Aku dan Megan ikut. Tapi bukan duet melainkan solo. Kau kan tau suara ku terlalu halus bila harus digabungkan dengan suara Megan yang terkesan kuat. Suara kami punya karakter yang berbeda” Ujar Conor menjelaskan.
            Greyson berdehem, “Hn, jadi maksud mu suara ku dan suara Maddi itu cocok gitu?” tanya Greyson.
            Conor mengangguk, “Iya. Kalian berdua kan penyanyi. Apalagi Greyson Chance dia bahkan sudah pernah mengadakan tour di Asia”
            “T..tapi, kenapa harus aku? Ajak saja Tiffany Alvord!” Ujar Maddi, dari nada suaranya dia sepertinya menolak jika harus berduet dengan Grey.
            Grey menoleh ke arah Maddi lalu menarik napas, “Aku tidak akan ikut, bila teman duet ku adalah Tiffany”
            Maddi tersentak, dia sangat kaget.’Bagaimana mungkin dia tidak mau berduet bersama Tiffany’ Maddi kembali memutar otaknya.
            Terjadi keheningan selama tiga puluh detik sampai akhirnya Conor membuka suara. “Ayolah Madd?? Grey akan ikut bila bersama mu.”
            “Uh? Conor tapii”
            “Baiklah. Aku mau.” Maddi akhirnya setuju.
            “Bagus. Besok adalah audisi. Bersiaplah” seru Conor sambil meninggalkan ruangan kelas.
            “BESOK” Greyson dan Maddi mengucapkannya bersamaan.
            Greyson menoleh ke arah Maddi. Maddi merasa sangat kaget.
            “Bagaimana ini? Kita latihan kapan?” tanya Maddi.
            “Emmm... Err.. ya hari ini kan sudah tidak ada lagi waktu. Jadi ya hari ini.” Jawab Greyson, dia sangat canggung.
            Maddi menarik napas, lalu mengeluarkan nya “Haa..!!!?”, kemudian menatap Greyson yang sedang menatapnya. Mata mereka berdua akhirnya bertemu. Maddi merasakan bahwa Detak jantungnya menjadi semakin keras dan tidak beraturan.
            Greyson pun merasakan hal yang sama. Ingin sekali dia lari tapii,
            “Baiklah sore ini kau datang ke rumah ku. Kita akan latihan disana.” Kata Maddi yang sudah memalingkan wajahnya dari Greyson.
            “Hah? Dirumah mu? Kenapa harus dirumah mu? Di rumahku saja!” ucap Greyson, dia terkejut. Tentu saja dia disuruh datang kerumah Maddi.
            “Iya, karena ada Christ yang bisa mengajari kita nanti” terang Maddi.
            “Di rumahku juga ada Austin, dia bisa mengajari kita.”
            “Tidak bisa. Harus dirumahku, kau datang saja bersama Austin supaya dia dan Christ bisa mengajari kita.” Kata Maddi lalu bangkit dari duduknya segera mengambil Hand-phonenya dan berjalan meninggalkan kelas.
            “Bagaimana ini?? Aku kerumah Maddi?” Greyson merasa sangat tidak enak jika harus kerumah Maddi. Dia kan tidak punya hubungan apa-apa lagi sama Maddi, tapi harus datang berkunjung ke rumah Maddi, dengan alasan latihan. Karena ada Sing Competition.
            Greyson menarik napas dalam-dalam. Kemudian pergi keluar dari kelas juga.
***
            “Austin!! Nanti antar aku kerumah Maddi ya... kalau perlu kau juga harus menemaniku latihan” seru Greyson yang baru saja pulang sekolah, langsung melemparkan tasnya ke atas sofa dan membaringkan dirinya disamping Austin yang sedang menonton film yangtidak diketahui apa judulnya.
            “Huh?? What for?” tanya Austin sambil memandang Grey yang sedang tidur-tiduran.
            “Aku kan udah bilang, mau latihan. Besok kami harus audisi.”
            “Audisi apa?”
            “Song Competition” seru Grey, dia bangun dari tidurnya dan mulai meraba isi tasnya lalu memberikan selembar kertas brosur.
            Austin memperhatikan brosur itu dengan seksama, lalu kemudian tersenyum. “Ini kan ‘Song Competition’ yang diadakan sama kampus kami” serunya tiba-tiba.
            “Huh?? Jadi kalian yang mengundang sekolah kami supaya ikut?” tanya Greyson penasaran.
            “Bukan, brosur ini kan memang disebarkan ke seluruh sekolah yang dekat dengan kampusku.” Terang Austin.
            “Hanya yang dekat saja?” tanya Greyson tiba-tiba.
            “Tidak tahu, aku bukan panitia penyelenggaranya Grey. Berhentilah bertanya” seru Austin yang kelihatannya sudah bosan menjawab pertanyaan Greyson.
            Greyson menaikkan alisnya, menatap Austin dengan kesal, “Bertanya saja tidak boleh. Dasar” Grey berdiri lalu berjalan menuju kamarnya yang ada dilantai atas.
            “Grey??” seru Austin tiba-tiba.
            Greyson menghentikan langkah kakinya, lalu menoleh.
            “Jam berapa kau mau pergi?”
            “Hm, sekitar setengah lima, aku masih harus mengerjakan pr ku” jawab Grey sambil tersenyum.
“Oh.. bagus lah kalau kau masih ingat untuk mengerjakan pr” seru Austin dengan nada bercanda.

***
            Maddi terkejut mendengar penjelasan Christ, tentang lomba menyanyi yang membuatnya menjadi kerepotan. Ternyata kompetisi itu diadakan oleh kampus Christ, dan yang paling mengejutkan adalah Christ itu salah satu panitia penyelenggara.
            “Jadi, nanti kau akan mengatur semua kegiatan yang ada?” tanya Maddi dengan nada suara tinggi.
            Christ mengangguk sambil tersenyum. Maddi menelan ludah.
            “Hah?? Kalau panitianya saja sudah seperti kau, jurinya bagaimana??” tanya Maddi gelisah.
            “Memangnya aku kenapa Madd??”, “Emangnya kalau aku panitia kenapa?” lanjutnya lagi.
            “Ya tentu saja. Aku pasti sangat takut. Pasti aku tidak akan berhasil audisi saja. Sedangkan panitia penyelenggaranya saja sudah sangat mengenal musik, punya suara yang ‘POWERFULL’ lagi. Pasti juri-jurinya adalah penyanyi yang handal” Seru Maddi, nada suaranya meninggi.
            Christ tertawa kecil sambil mencubit pipi Maddi, “Tenang saja, mereka memperhatikan bakat yang terpendam”
            “Argghh... sakit Christ.” Kata Maddi sambil mengusap pipi kirinya yang baru saja dicubit oleh Christ.
            Christ tersenyum kecil, “Yasudah ayo kita mengemasi rumah, sebentar lagi Greyson kan akan datang” Ujar Christ dengan nada menggoda.
            Maddi mengangguk, “Hm..”

***
Grey dan Austin sudah sudah sampai dirumah Maddi sekitar tiga puluh menit yang lalu. Tapi, mereka belum saja latihan.
“Grey.. sebenarnya kalian latihan atau gak sih??” Tanya Austin yang sudah mulai bosan menunggu.
“Ya iyalah, mereka kan hanya pergi sebentar katanya, mungkin saja membeli bahan makanan.” Jawab Greyson yang sambil memainkan games di Laptopnya.
Tiba-tiba....
Terdengar suara ketukan pintu, “Itu siapa??” tanya Grey.
            Austin mengangkat bahu, “Panggil saja Mia untuk membukakan pintu.” Seru Austin.
            Ternyata Mia mendengar suara ketukan itu, ia langsung berlari dari kamarnya menuju ruang tamu untuk membukakan pintu, tanpa memperhatikan Grey dan Austin dia langsung membukakan pintu.
            “Christ? Kau kenapa lama sekali?” tanya Mia sambil memeluk Christ.
            Christ masuk sambil membawa beberapa kantongan belanja, saat berjalan memasuki rumah, dia terkejut melihat dua orang pria duduk di atas sofa di ruang tamu.
            Maddi yang baru masuk juga terkejut melihat dua orang laki-laki itu. ‘Mereka sudah disini? Sejak kapan?’ batin Maddi.
            Greyson dan Austin bingung dengan tingkah dua gadis yang berdiri di depan mereka. Terjadi keheningan selama lima menit sampai akhirnya Austin berdehem.
            “Huh? Kalian siapa?” tanya Christ dengan cepat.
            Greyson berdiri lalu tertawa, “You don’t know ‘bout me Sist?”
            Maddi menatap Greyson, lalu dia membuka suara. “He is Greyson”
            “Oh, I’m sorry. Kau tau aku sangat gugup. Tidak pernah ada laki-laki yang berkunjung kerumah ini kecuali Matty.” Jelas Christ, suaranya kedengaran parau.
            Austin yang dari tadi tidak berhenti menatap wajah Christ, ‘Cantik sekali’ batinnya.
            “It’s okay Sist. Oh ya.. This is Austin Mahone. Sepupu ku” Ujar Greyson sambil memperkenalkan Austin pada Christ dan Maddi.
            Austin berdiri, “Austin Mahone” ucapnya sambil bersalaman dengan Maddi dan Christ.
            “Maddi Jane” Maddi memperkenalkan diri.
            “Christina Grimmie” ujar Christ memperkenalkan diri juga.
            Saat bersalaman dengan Christina, Austin merasa sangat mengenalnya, ‘Tapi siapa?’ Serunya dalam hati.

            “Maaf membuat kalian menunggu. Sebentar aku akan buatkan minuman” Ujar Christ kemudian menarik Mia dan Maddi menuju dapur.

            Di Dapur....
“Mia mereka sudah lama?” tanya Maddi sambil mengeluarkan isi dari kantong belanjaan.
            “Lumayan. Kak Greyson terlihat lebih tampan ya sekarang.” Seru Mia sambil melirik Maddi.
            Maddi mengangkat alisnya, Christ tertawa. “Hahhaaaa... Mia! Benar dia tampan sekali sekarang.” Seru Christ juga,
            “Hmmph... Kalian kenapa melihat ke arah ku?” Tanya Maddi sambil meraba wajahnya yang mulai memanas.
            “Nothing,” seru Mia, “Christ aku mau makan. Kau beli sesuatu kan untuk ku?” lanjutnya lagi sambil berjalan mendekati Christ.
            “Of course. We bought some fried rice.” “Maddi? Tolong kau ambil bungkusan nasi gorengnya!” seru Christ.
            “Alright, here this.” Jawab Maddi sambil memberikan sebuah bungkusan besar yang terasa panas.
            “Okay. Sekarang kau suruh mereka kesini. Supaya kita makan sama-sama. Sekarang sudah waktunya untuk makan malam.” Seru Christ sambil mengambil beberapa peralatan makan. Dan menyusunnya di atas meja makan.
            “Mia saja.” Maddi tampaknya ogah-ogahan.
            “Madd! Mereka kan teman-teman mu” seru Christ dengan nada menggoda.
Maddi akhirnya menuruti kata-kata Christ dan berjalan meninggalkan meja makan.

Diruang Tamu...
“Hey... kita makan dulu ya... sebagai ucapan maaf karena kalian jadi menunggu sangat lama.” Seru Maddi.
            Austin dan Grey melihat ke arah Maddi bersamaan.
            “Tidak usah. Merepotkan saja” Jawab Greyson yang sepertinya menolak ajakan Maddi.
            Austin berdiri lalu menginjak kaki Greyson. “Bodoh” ucapnya ke arah Greyson.
            Maddi tersenyum kecil. “Gak kok. Gak merepotkan memang sudah sengaja kok tadi menyiapkan makanan untuk kalian.” “ Jadi ayo kita Makan malam aja dulu” lanjut Maddi lagi.
            Greyson menatap ke arah Maddi, “Baiklah kalau begitu” Greyson tersenyum ke arah Maddi.
            Maddi tersenyum kecil, “Ya sudah ayo!” ajak Maddi sambil berjalan ke arah dapur.

            Kembali ke Christ...
Mejanya sudah selesai ditata, dia duduk di ujung Meja makan tersebut. Dimana ayah Maddi sering duduk bila sedang makan.
            Mia duduk disamping Christ, “Christ? Kau kan bisa masak nasi goreng. Kenapa harus beli sih?” tanya Mia yang melihat ke arah Christ.
            Christ tersenyum kecil, “Karena aku tahu. Tak akan sempat jika harus memasak lagi”
            Maddi, Greyson dan Austin akhirnya tiba di dapur Maddi. Maddi duduk di dekat Mia.
            Austin di depan Mia dan Grey di depan Maddi.
            Melihat semuanya sudah duduk rapi. Christ akhirnya bicara “Selamat menikmati” serunya dengan senyuman yang sangat ramah.
            Mereka akhirnya makan, Maddi merasa sangat canggung, karena sekarang di depannya tengah duduk Greyson yang sedang menyantap nasi gorengnya. Maddi menyuapkan nasi kemulutnya pelan-pelan, dia takut bila nanti dia tersedak jika harus terburu-buru. Kenapa ya? Tentu saja ada Greyson didepannya sekarang.
            Sementara Austin terus memperhatikan Christ. Christ selalu memperhatikan Mia. Sampai ia lupa kalau sekarang acaranya makan malam.
            “Kenapa kau tidak makan??” tanya Christ memecah keheningan, dia takut apa makanan itu tidak enak, padahal menurutnya nasi goreng itu adalah nasi goreng paling enak setelah nasi goreng buatannya. “Gak enak ya?” tanya nya lagi. Tapi kali ini nada suaranya terdengar khawatir.
            “Ahh?? Enggak kok. Ini enak sekali.”Jawab Austin tersenyum dan mulai memakan makanan yang ada di depannya itu.
            “Baguslah. Kalau memang enak” sahut Christ.
            Greyson tahu kalau Austin kelihatannya suka pada Christ, caranya memperhatikan Christ itu sangat berbeda. ‘            Jadi Austin suka sama Kak Christ ya?’ gumamnya.
           
            Akhirnya mereka selesai makan, Jam dinding keluarga Jane sudah menunjukkan pukul 07.45 pm.
            “Kalian kan harus latihan” Seru Christ tiba-tiba.
            “Ah.. iya kog jadi malah duduk aja” Austin menambahi.
            Maddi dan Greyson sampai lupa pada hal itu. “Ini sudah terlalu malam” seru Grey.
            Christ tersenyum kecil,” Kalian menginap saja, disini ada kamar kosong kok. Besok pagi kalian bisa pulang. Lagipula besokkan hari minggu” Kata Christ.
            Maddi, Greyson dan Austin menatap Christ.
            “Yang benar saja mereka kan laki-laki Christ”Ujar Maddi sambil mencubit lengan Christ.
            “Iya itu benar” Austin berbicara bersamaan.
            Christ tertawa terbahak, “Memangnya kenapa? Ada masalah dengan hal itu?” tanya Christ sambil melihat wajah Maddi, Grey dan Austin.

            ‘Greyson tidur di rumah ku? Oh tidak...’ Batin Maddi menggalau. ‘Tidak mungkin, Christ benar-benar sudah gila’ pikir Maddi.


            To Be Continued....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar