Jumat, 14 Agustus 2015

ShikaTema Fic :)

ShikaTema lagi nihh...
Gapapa dong ya?? habis ini karakter favorit aku. :)



ShikaTema
        "Kau mau kemana? Pagi-pagi sudah mau pergi." tanya pemuda berambut seperti nanas kepada wanita berambut blonde kuncir empat yang sedang sarapan.
        "Aku ada janji dengan seseorang." jawab wanita itu ketus tanpa memperhatikan pemuda yang duduk didepannya.
        "Dengan siapa?" tanya pemuda itu penasaran.
        "Nanti kuberitahu. Aku pergi dulu. Oh ya, aku mual minum susu itu" ujar wanita itu sambil menunjuk segelas susu yang masih hangat, kemudian pergi dan membanting pintu.
        "Ck, Mendokusei. Dia kenapa sih?" Pria itu menggaruk-garuk kepalanya, dan berjalan menuju kamar mandi.
        Suami mana yang tidak penasaran, melihat sang istri yang sudah 5 hari ini selalu pulang malam, dalam keadaan yang hamil 6 bulan pula.

***
        Malam harinya, saat sang suami telah menunggu lama. Istrinya malah melewati suami dengan muka tidak berdosa.
        "Dari mana?" tanya pria itu dengan pandangan tajam, mengintrogasi sang istri yang baru saja pulang.
        "Hanya berjalan-jalan." jawab wanita itu singkat.
        "Kau kemana Temari? Kenapa tidak menjawab teleponku? Smsku juga, kenapa tidak dibalas?"
        "Kenapa kau berubah menjadi cerewet Shika? Aku lelah sekali, ingin tidur." Temari masuk kekamar, membaringkan badannya sambil tersenyum sinis.
Shikamaru pun berjalan mengikuti istrinya, dan berbaring disamping sang istri.
        "Kenapa tidak minum susu khusus ibu hamil milikmu?" Shikamaru membelai rambut Temari, tapi tangannya segera ditepis.
        "Aku tidak suka" jawabnya sambil memejamkan mata, berpura-pura tidur sambil membelakangi sang suami.
        'Ah, mungkin ini karena dia sedang hamil, makanya emosinya labil ‘Ck! Tapi, masa sampai lima hari berturut-turut?, Kan “merepotkan?’ batin Shikamaru.
        "Temari, kau kenapa sih? Aku salah apa?" ujar Shikamaru lirih. Dia sangat khawatir, sang istri yang biasanya manja kepadanya mendadak cuek dan tidak menganggapnya ada . Ck, wanita memang merepotkan.
        Sementara, sang istri yang sedang berpura-pura tidur hanya tersenyum sinis lagi.
***
        "Kali ini kemana lagi?" Shikamaru menatap Temari dengan pandangan yang menusuk. Kali ini dia harus tau Temari kemana.
        "Aku ada janji dengan seseorang" jawabnya sambil memakan roti selai coklat dan hendak meminum kopinya.
        "Kau menjawab itu dari lima hari yang lalu. Apa tidak ada jawaban yang lain?" Shikamaru menarik nafas agar dia tidak membentak Temari.
        "Apa yang kau lakukan, bodoh? Kopi tidak baik untuk ibu hamil!" lanjutnya kemudian menarik kopi dari tangan istrinya kemudian membuatkan susu khusus ibu hamil.
        "Maksudmu apa Shika? Aku tidak mau minum susu menjijikan itu!" jawab Temari sambil membuang susu ibu hamil miliknya ke tong sampah.
        "Kau mau anak kita cacat hah?" Kali ini nada suara Shikamaru meninggi. Shikamaru mengira istri yang telah dinikahi selama satu tahun itu sudah gila. Apa dia hendak membunuh buah cinta mereka?
        "Ah terserah kau saja lah" ujar Temari sambil pergi kemudian membanting pintu.
***
        "Kau kenapa Shika?" tanya Naruto, rekan kerja Shikamaru. Saat melihat tampang tidak bersahabat dari wajah Shikamaru.
        "Temari membuatku gila" ucap Shikamaru sambil menjambak rambutnya.
        "Kenapa dia? Bukannya dia memang sudah membuatmu tergila-gila untuk mencintainya?,"
        "Bukan itu, kau tau? dia hendak meminum kopi tadi pagi, dan selalu bersikap dingin terhadapku,"
        "Wah, kau pasti punya salah kepadanya. Sudah yah, aku ada janji dengan Hinata!" Naruto berlalu meninggalkan Shikamaru yang sedang mencurahkan isi hatinya.     Dasar ! Teman macam apa dia itu? Meninggalkan temannya tanpa memberi saran yang membantu.
        Karena penasaran dengan apa yang dikerjakan istrinya selama lima hari belakangan ini, Shikamaru memilih menelepon istrinya.
        Tut...Tut...Terdengar nada tunggu dari telepon milik Shikamaru.
        "Halo?" Terdengar nada sinis dari wanita yang diteleponnya
        "Halo, kau dimana sayang?" tanya Shikamaru lembut.
        "Ihh, kau tidak perlu tau."
        "Tentu saja perlu, aku suami mu."
        "Sejak kapan kau menganggapku istrimu? Bukankah kau tidak menganggap aku istrimu? Urus saja sana SIMPANANMU!!!" Temari membentak Shikamaru dengan nada tinggi
        "Simpanan apa? Aku bersumpah aku tidak punya simpanan,"
        "Kau makan saja sumpahmu itu! Aku tidak perlu sumpahmu!"
        "Temari, ayo kita lanjutkan!" Terdengar suara laki-laki yang sangat familiar ditelinga Shikamaru diujung sana.
        "Baiklah Itachi." ujar Temari dengan nada genit.
        "Temari , kau dengan Itachi?" bentak Shikamaru dengan nada meninggi. Gila saja, istri sang dia sayangi sedang bersama Itahi, mantan Rivalnya itu? Ck! Dunia memang sudah gila.
        "Sudah ya,"
        Tut...Tut...Terdengar nada suara telepon yang diputuskan oleh Temari.
Shikamaru mencoba mencerna kejadian yang baru dialaminya.
        "Halo? Kankuro?" Shikamaru memilih menelepon Kankuro, adik Temari, dia ingin mengetahui hubungan antara Temari dan Itachi karena selama ini Kankuro dekat dengan Temari.
        "Ya? Ada apa Shikamaru?"
        "Kau tau? Ada hubungan apa Temari dengan Itachi?"
        "Itachi? Oh... Dulu mereka itu bersahabat, tapi beberapa tahun sebelum Nee-chan bertemu dengan mu. Mereka sempat berpacaran, sampai sekarang pun mereka masih dekat." ucapan Kankuro itu akhirnya membakar api cemburu Shikamaru.
        "Oh ya?"
        "Iya! Periksa saja barang-barang Temari pasti ada foto-foto mereka." Ucapan Kankuro membuat Shikamaru langsung mematikan sambungan teleponnya dan mengecek barang-barang Temari, dari mulai lemari tas, pakaian, sepatu dan akhirnya di meja rias Temari, ternyata benar, dalam laci meja Temari itu. Ada foto-foto Temari saat bersama Itachi. Ada banyak sekali, bahkan ada foto Itachi sedang mencium kening Temari, mungkin itu foto lama. Shikamaru meremas foto itu. Ada juga Foto Temari dan Itachi disebuah Mall, terlihat Temari mengenakan dress panjang yang dibelikan Shikamaru untuknya saat mengetahui kalau Temari sudah hamil. Sepertinya itu foto yang baru diambil. Shikamaru semakin emosi.
        "Tega sekali kau Temari," Shikamaru berkata lirih sambil menyobek-nyobek foto Itachi dan Temari.
       

        Sementara itu....
        "Gimana Kankuro? Sudah berhasil?"
        "Beres, Nee-chan"
        "Haha baiklah, ayo lanjutkan kerja kita"
***
        "Tandatangani ini sekarang!" bentak Shikamaru sambil melemparkan dokumen kearah Temari.
        "Apa ini?"
        "Surat cerai! Aku salut kepadamu, berselingkuh dibelakangku" ujar Shikamaru dengan tatapan menusuk.
        "Bukannya kau yang berselingkuh duluan?" Temari berbicara dengan mata berkaca-kaca.
        "Aku tidak pernah berselingkuh!"Seru Shikamaru yang tidak memperhatikan raut wajah Temari.
        "Baca inbox dan sent items handphonemu beberapa hari yang lalu, maksudnya apa hah? Ino sayang, Ino my sweety, menjijikan! Padahal kau sebentar lagi menjadi ayah, Shika..." Ucap Temari kali ini air matanya menetes membasahi pipinya.
        "A-pp-aa? Shikamaru mengecek Hand-phonenya. “Aku tidak merasa mengirim ini."
“Sekarang kau pura-pura tidak mengerti? Aku akan menandatangani surat cerai kita besok, aku mau tidur dulu, aku lelah sekali"Ujar Temari sambil menghapus airmatanya. Temari langsung meninggalkan Shikamaru yang masih mematung diruang tv.
       
        "Berhasil" ucap Temari senang, lalu tidur.
***
        "Mana suratnya?" tanya Temari ketus kepada Shikamaru yang baru bangun tidur. Semalam, Shikamaru tidak tidur dikamar mereka, melainkan tidur di sofa karena pertengkaran mereka.
        " Aku merobeknya, aku tidak mau bercerai darimu." ucap Shikamaru lirih matanya menatap Temari yang sedang sarapan, dan yang membuat Shikamaru kesal adalah secangkir kopi disamping piring Temari.
        "Aku pernah mendengar, suami berselingkuh ketika istrinya hamil, miris sekali." Temari terus memakan rotinya tanpa memandang sang suami yang berada didepannya.
        "Aku tidak selingkuh dengan Ino, dia kan sudah bertunangan dengan Sai, aku tidak akan merebut tunangan orang, toh aku sudah punya istri."
        "Buktinya sudah jelas Shika." Temari pergi dan membanting pintu yang tidak berdosa . Lagi dan lagi meninggalkan Shikamaru yang sedang berdiri mematung, memikirkan nasib pernikahannya.
       
        Dikantor, Shikamaru tidak berniat menyelesaikan laporan miliknya, pikiran nya tertuju kepada Temari Temari dan Temari. Dia sangat merindukan saat-saat pertama kali mereka menikah, saat dia mengetahui bahwa Temari hamil. Ya, Shikamaru memang bukan tipe pria romantis, dan menganggap semua hal merepotkan. Tapi dia sungguh merindukan Temari yang dulu.

Drttttt...drttt
One Message Received
From:
Istriku
(+628XXXX)
Kau dimana?
To:
Istriku
(+628XXXXX)
Dikantor, banyak laporan yang harus ku selesaikan. Kau dimana?

Drtt...Drttt
From:
Istriku
(+628XXXXX)
Oh, aku dirumah, pulang kantor, langsung pulang ya. aku sudah menyiapkan surat cerai yang baru dan aku ingin mengatakan sesuatu.

Shikamaru tidak mau membalas sms Temari jika berkaitan dengan kata cerai. Ingin sekali dia merobek surat cerai itu didepan wajah Temari. Sungguh, dia tidak ingin bercerai.
        "Kau selingkuh?" ujar rekan sekantor Shikamaru berbadan Gendut, sambil memakan kripik kentang ditangannya.
        "Tidak,"
        "Gosip sudah menyebar, Shika. Aku tidak menyangka kau selingkuh disaat istrimu sedang hamil,"
        "Itu tidak benar." Satu lagi masalah Shikamaru, dia harus menghadapi gosip yang sudah tersebar itu.
        Benar-benar merepotkan!

        Sepulang dari kantor, Shikamaru langsung pulang, seperti yang dikatakan Temari. Shikamaru heran, melihat rumahnya mendadak gelap. Pasti Temari belum pulang, pikirnya. Saat menutup pintu dia dikagetkan dengan suara lantang milik Temari.
        "Tanda tangani sekarang," Shikamaru merobek kertas itu didepan Temari, membuat Temari terbelalak kaget.
        "Aku tidak mau!" jawab Shikamaru ketus. "Aku tidak mau kita pisah. Aku-" Shikamaru kemudian memeluk Temari erat.
        SURPRISEEEEE !
        Mendadak lampu yang semula gelap, menjadi terang. Shikamaru cengo melihat tampilan rumahnya yang berubah mendadak menjadi ruang pesta lengkap dengan hiasan-hiasan. Semua teman-temannya ada disana termasuk Shikaku dan Yoshino, orang tua Shikamaru serta Sabaku Rei dan Karura, orang tua Temari. Temari yang berada dipelukan Shikamaru bergetar tidak bisa menahan tawanya. Sementara Shikamaru masih cengo, bingung dengan semua yang terjadi.
        Ada apa ini? Kenapa banyak orang ? Pertanyaan Shikamaru terjawab setelah melihat tulisan besar dinding bertuliskan "HAPPY BIRTHDAY SHIKAMARU"
Dia ulang tahun? Astaga dia melupakan hari ulang tahunnya sendiri.
        "Otanjoubi Omedetou sayang, hahaha," Temari melepaskan pelukannya dan mencium pipi Shikamaru singkat, sambil tertawa dan memberikan kado ke suami tercintanya.
        "Temari, kau-, argh merepotkan! Kau sukses membuat aku gila, Nyonya Nara !" seru Shikamaru, dia yang memiliki IQ diatas rata-rata ternyata dengan mudahnya masuk kedalam perangkap istrinya.
        Dia telah ditipu istrinya selama lima hari. Ternyata semuanya adalah skenario yang disusun oleh Temari. Temari sengaja menelepon Itachi untuk datang membantunya menyiapkan ulang tahun Shikamaru, dan meminta Itachi untuk berfoto mesra bersamanya setelah meminta ijin ke tunangan Itachi tentunya, kemudian memasukan ke laci meja riasnya, dan meminta Kankuro untuk memancing Shikamaru agar membuka laci itu. Kemudian, Sms sms dihandpone Shikamaru untuk Ino, Temari telah meminta Ino untuk membalas setiap sms yang ada dia kirimkan ke hp Ino dengan menggunakan hp Shikamaru, seolah-olah Shikamaru dan Ino sedang berpacaran, dan juga meminta teman-teman sekantor Shikamaru untuk memanas-manasi Shikamaru, dan sepertinya Temari sukses.
        "Wah-wah ada yang dikerjain nih," seru Naruto sambil mengedipkan matanya.
        "Gimana pancinganku?" tawa Kankuro mengelegar disambut cekikikan cool milik Gaara.
        "Bagus dan merepotkan,"
        "Ayo tiup lilin!" seru Yoshino, ibu Shikamaru sambil membawa kue tart yang bertuliskan Happy Birthday Shikamaru.
        "Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga... Sekarang juga . Sekarang jugaaa!" semua orang yang berada diruangan itu kompak menyanyikan lagu tersebut.
Kemudian Shikamaru menutup matanya, make a wish dan meniup lilin berangka 25 tersebut.
        Setelah semuanya mengucapkan selamat ke Shikamaru dan pesta telah selesai, Temari kembali bersikap manja ke Shikamaru.
        "Bagaimana actingku?" tanya Temari genit sambil menyandarkan kepalanya kebahu suaminya.
        "Merepotkan" dengus Shikamaru kesal, walaupun dia sebenarnya senang karena sang istri telah menyiapkan semuanya lama untuk dirinya.
        "Maaf, maaf." ujar Temari sambil cekikikan tidak jelas.
        “Temari kau benar-benar menangis malam itu?” tanya Shikamaru sedikit khawatir.
        “Ya... Aku menangis” jawab Temari sendu.
        “Benarkah?” Tanya Shikamaru
        “Hahhaaa.... Itukan bagian dari Acting.” Seru Temari sambil tertawa.
        "Temari, kau benar-benar meminum kopi itu?" tanya Shikamaru khawatir, lebih khawatir dari saat pertanyaan pertama.
        "Tentu saja tidak, itu kan bagian dari acting juga"
        Shikamaru mengelus perut Temari kemudian berkata "Nak, ibumu menjahili ayah, merepotkan" dia berbicara dengan lembut, "kau ingin sesuatu?," lanjutnya sambil menggenggam tangan Temari. Temari hanya tertawa mendengar penuturan Shikamaru.
        "3 bulan lagi putra kita akan hadir ditengah-tengah kita"         ucap Shikamaru
        "Iya.. Aku ingin dipeluk,"
        "Itu keinginan anak kita atau keinginanmu?,"
        "Dua-duanya." jawab Temari dengan nada manja.
        Kemudian tangan kekar Shikamaru memeluk Temari, mengecup keningnya.
        "Hey Temari, aku mencintaimu."
        "Aku juga,"

CUP-
        Pasangan itu menikmati ciuman mereka dan menikmati kemesraan diantara mereka dihari ulang tahun sang pria. Diusia ke 25 ini Shikamaru sudah memiliki istri yang disayangi nya dan calon putra mereka yang sebentar lagi lahir ke dunia, kehidupan yang mapan, dan dikelilingi oleh orang yang sayang kepadanya. Kehidupan yang menyenangkan bukan?

THE END
Tittle : Can I ?
Cast : Shikamaru Nara
          Temari
Genre : Anda yang bisa menilai ._.

Peringatan! Typo bertebaran , Author masih minim pengalaman + sangat amatir!!

Suara sisa-sisa air hujan yang masih tersisa di genting menetes begitu saja dengan seenaknya, angin dingin belum juga ingin beranjak pergi dari tempat ini seolah masih ingin tinggal lebih lama , tetapi langit mulai sudah mulai menampakan cahaya seperti bayi yang berhenti menangis karna dot mainannya hilang, langit seperti bayi... Sepertinya dia ( langit ) sudah lelah menangis semalaman..



"aaah aku masih malas untuk beranjak dari tempat tidur " sambil menyelimuti dirinya kembali dengan selimut

"shikamaru, ayo cepat turun! Kau harus segera bersiap! Ayo cepatlah , mengapa kau malas sekali seperti ayahmu hah? Setidaknya kau harus lebih baik dari dia apa kau tau?!" terdengar ibu Shikamaru berteriak2 memanggil Shikamaru yang pemalas itu untuk segera bangun dari mimpi indahnya semalam

"Dasar wanita, selalu saja mengomel setiap pagi, setiap hari, apa tidak ada waktu yang lain? Daripada wanita itu mengomel lebih lama, lebih baik aku segera bersiap" Shikamaru kemudia beranjak dari tidurnya seraya menggeliatkan tubuhnya terlebih dahulu. Karna dirasa tenaga nya sudah berkumpul, dia mulai merapikan tempat tidur beserta selimutnya

setelah selesai merapikan tempat tidur serta membersihkan dirinya ia makan pagi bersama ibu dan juga ayahnya.
Ini adalah kebiasaan dirumahnya setiap hari, ibunya Shikamaru melarang dia dan ayahnya untuk keluar rumah sebelum mereka membersihkan diri dan sarapan terlebih dahulu
"ini, makanlah ikan. Kau harus banyak makan, lihat betapa kurusnya dirimu . Bagaimana jika ibu tak memasak untuk kalian? Apa kalian akan mati kelaparan?" tanya ibu Shikamaru kepada dia dan ayahnya itu
Ayah shikamaru mendelik kepada Shikamaru seraya tersenyum kecil. Shikamaru tau apa yang dipikirkan ayahnya, iya dan ayahnya selalu berpikir sama tentang ibunya
" cerewet " ucap mereka bersamaan
"kalian itu, selalu saja sama . Bosan ibu berbicara setiap hari jika kalian tidak mendengarkan ibu, huh " dengus ibu Shikamaru dengan kesal

ini sudah rutin terjadi setiap pagi dirumah hangat keluarga Nara , setiap orang yang melihat tingkah keluarga ini pasti akan terkekeh-kekeh karna tingkah ayah shikamaru dan Shikamaru

setelah selesai sarapan, ia segera berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk menyelesaikan misi dari hokage ke-5


·         Saat berhadapan dengan Tsunade

"Shikamaru.. Apakah kau sudah tau misi apa yang akan ku berikan kepadamu?" tanya Tsunade pada Shikamaru dengan tampang serius
"tidak, tapi aku harap misi itu tak terlalu merepotkan" jawab Shikamaru santai
"haha , aku tau kau pasti akan menjawab begitu . Tidak, misi ini tidak terlalu merepotkan untuk ukuran IQ sepertimu" timpal Tsunade
"baiklah, serahkan saja padaku"
"aku percaya padamu"


"aku mempunyai firasat buruk ._." fikir Shikamaru . Dia berfikir bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya

Dan tiba-tiba seorang wanita datang dengan rambut yang diikat dan membawa kipas besar.
" Aaaah wanita ini lagi" fikir Shikamaru
"baru saja semalam aku bermimpi tentang dia, mengapa sekarang aku bertemu denganmu lagi? TT aku bosan bertemu denganmu terus"
"apa kau fikir aku senang bertemu denganmu?. Apa? semalam kau bermimpi tentang aku? Bermimpi tentang apa? Ah mungkin karna sebelum tidur kau memikirkan aku, jadi aku terbawa kedalam mimpimu! Apa yang kau impikan ha? Jangan macam2!"
"apa2an kau ini ? Kenapa bertanya begitu banyak? Dasar cerewet"
"temanku tidak begitu, dia wanita yang cukup tak banyak bicara. Dan wanita itu harusnya seperti dia"
"hah? Siapa itu? Apa kau menyukainya? Jika semua wanita seperti dia . Itu bukan wanita! Wanita itu memang kodratnya begini, banyak omong , cerewet. Apa kau mengerti hah?"
"sudahlah jangan terlalu banyak bicara. Telingaku sakit mendengar suaramu"
 "hum dasar pria" jawab Temari meledek
"ngomong2 , mengapa kita dalam satu tim. Apa misi yang harus kita tuntaskan?"
"aku sama sekali tidak tau, Gaara yang menyuruhku menuntaskan misi"
"si anak kecil itu..."
"heh, dia sudah dewasa!"
"ah baiklah, daripada berdebat denganmu membuatku lebih pusing lebih baik kita berdamai saja"

·         Tsunade POV

"haha, shikamaru harus dikerjai seperti ini. Anak itu terlalu serius, semoga saja dia menikmati misinya kali ini" Tsunade terkekeh "ah, nona tsunade bisanya hanya mengerjai orang saja" suzune menimpali
"Anak itu kali2 harus di kerjai hahahaha"

·         kembali ke Shikamaru dan Temari


"Whaaaa apa2an ini! Mengapa misinya menjaga anak nakal kecil ini?" Shikamaru keheranan
"entahlah, aku fikir Misi ini memang sengaja ditujukan untuk kita" Temari menimpali
"hey kau anak kecil, jangan pipis disana!"
"hahaha, Shikamaru kau lucu sekali! Berusahalah untuk tetap manis dihadapan anak kecil. Bagaimana kau mau menjadi ayah kalau begini? Hahahaha"
"Sudahlah, aku pusing. Kau urus saja anak kecil ini"
"kau! Ini misi kita berdua! Dasar lelaki malas!" Temari kemudian mendaratkan jitakan bertubi2 ke kepala Shikamaru
"hey hey hey sudah!"

Sementara itu, anak kecil yang dimaksud adalah anak bernama Michi. Anak berusia 4 tahun yang sangat menggemaskan

Saat mereka berhasil menidurkan si Michi-kun itu , shikamaru merebahkan dirinya diatas kursi panjang dan memandang awan seperti yang biasa dia lakukan , fikirannya menerawang jauh tentang apa yang akan dilakukannya bila nanti dia menjadi seorang ayah. Awan putih dan langit biru berkonspirasi menjadi simphoni yang indah . Panasnya matahari tak terlalu terasa siang itu.
Temari mendatangi shikamaru dengan wajah yang sama lelah
"apa kau haus? Aku bisa membuatkanmu sesuatu" tawar Temari
"ah tidak, begini saja rasa haus dan lelahku telah hilang. Dengan begini rasanya semua terbayarkan"
"hummmm"
(Shikamaru beranjak duduk dan mendekatkan wajahnya pada Temari)
"apa kau lelah?" tanya Shikamaru dengan wajah yang hanya beberapa cm dari wajah Temari
Wajah Temari memerah , jantungnya berdegup kencang , kemudian dia memalingkan tatapannya dari wajah Shikamaru
"heeey kenapa kau seperti itu? Kau fikir aku akan berbuat apa?" tanya shikamaru malas
"kaaaau!!!" Temari menjambak2 rambut Shikamaru kesal
"memang apa yang kau harapkan hah??!" tanya Shikamaru mulai serius
"....."

·         Keesokan harinya

"bagaimana misimu Kemarin Shikamaru?" Tanya Choji sepanjang jalan dengan memakan Keripik kesukaannya, hingga gigitannya itu menghasilkan suara yang renyah
"ummm, lumayan sukses" jawab Shikamaru malas
"kelihatannya kau kurang senang Shikamaru?"
"tidak, aku kemarin sangat menikmatinya, dan misinya juga berjalan sukses"
"ummm baguslah"
"yaaah... Tepatnya kurang sukses" ucap Shikamaru dalam hati


"Seharusnya kemarin aku melakukannya! Aku bodoh sekali!" Shikamaru terus saja berkata yang sama berulang2 kali


Seharian itu Shikamaru hanya bisa bermain catur dengan sedikit tidak berkonsentrasi, fikirannya melayang pada hari kemarin.
Pada saat dia pulang kerumah pun dia hanya melamun , hingga pertanyaan ibunya pun tak di hiraukan
"Shikamaru, apa kau lapar? Ibu membuat kue beras manis, apa kau mau mencobanya?"
"...."
"Shikamaru, jawab ibu"
Shikamaru hanya duduk di meja makan dengan bertopang dagu , raganya ada disana . Tapi fikirannya melayang entah kemana
"shikamaru!" bentak ibunya
"kau pura2 tidak mendengar ibu hah?!"
"ah. Um, bukan begitu bu" gugup
"apa yang kau fikirkan hah?"
"ti.. Tidak"
"ayolah jujur saja pada ibu"
"emm.. Begini bu.."
"yaaa? Lanjutkan"
"aku menyukai seorang wanita" tampang malu2
"yak! Kenapa kau tidak bilang? Baka-ttebayo (?) xD"
"a, anu bu"
"bagaimana wanita itu? Apa dia cantik?"
"tentu sajaaaa"
"haaahhh ibu bersyukur kau masih menyukai wanita Shikamaru!" berlalu dengan mengusap2 kepala Shikamaru
"haaaaah ibu itu =,="





·          Shikamaru POV


Hujan masih mengguyur Konoha dalam beberapa hari ini , tempat-tempat berjualan makanan hangat dan minuman hangat semakin laku saja. Dengan cuaca yang begitu dingin, orang2 yang pergi maupun di dalam rumah tetap memakai baju hangat yang berlapis2 tebalnya. Tangan yang hangat menuntunku untuk segera keluar dari kedinginan.
"Kenapa kau diam saja? Disini dingin"
"ummm, aku menunggumu"
"sekarang aku sudah datang, ayo cepat pakai syal ini, aku tidak ingin kau kedinginan" (sambil memakaikan syal pada leher Shikamaru . Sementara Shikamaru hanya bisa menatap mata Temari begitu lekat)
"kenapa kau menatapku seperti itu? Bagaimana? Sudah hangat?"
"Bajumu terlalu ketat, umm, (menarik Temari kepelukannya) begini baru hangat . Lain kali jangan terlalu ketat pakaiannya, aku tidak ingin kau dilirik oleh pria lain"
"(pipinya memerah) kauuu... "
"kemari, peluk aku dengan seksi , jangan dilepas, nanti aku kedinginan, cium aku dengan bibir tipismu..."
"...."
"Can I ?" (mendekatkan bibir nya pada Bibir Temari)
"Yeah, just do it babe"
*chuuuuuu~~~
End

Happy reading


Nara Shikamaru, 23 tahun. Seorang polisi muda yang sangat jenius dijodohkan dengan Sabaku No Temari, 20 tahun, model. Mereka menikah atas dasar perjodohan dari kedua almarhum ayah mereka masing masing yang notabene-nya bersahabat sejak kecil. Temari awalnya menolak perjodohan ini, hingga saatnya shikamaru meyakinkan temari bahwa pernikahan ini hanya sandiwara. Walaupun shikamaru tak mencintai temari, tapi dia bersikap layaknya suami pada temari.

Mereka tinggal di sebuah apartment besar di Konoha. Yoshino, yang tak menyetujui dan sekaligus tak menyukai Temari pun ikut tinggal di apartment tersebut. Untuk memastikan bahwa shikamaru tak benar benar menyentuh temari.

Setiap harinya yoshino terus saja membentak temari, menghinanya dan mengatainya manja, pemalas, dan tak becus jadi istri. Shikamaru yang tak mau masuk dalam hal merepotkan ini pun hanya bisa melerai keduanya. Temari pun hanya bisa diam saja. Dia terlalu takut untuk menjawab ibu mertuanya itu. 

Hingga pada suatu saat…

“Dari dulu juga ibu tidak suka dengan dia, shika. Dia manja, dan sangat malas. Bagaimana bisa mengurusmu dan keluarga kalian!” teriak yoshino menggema di dapur. Memarahi anak semata wayangnya karena telah menyetujui perjodohan dengan gadis sabaku itu. Yoshino memang tidak setuju dengan pernikahan ini, pernikahan yang diatas dasari ‘perjodohan’ antara shikaku Nara dan Sabaku Rei. Hanya demi amanat almarhum suaminya tercinta lah dia rela menikahkan shikamaru dengan gadis itu.
Temari yang mendengarnya hanya menunduk. Kesal memang punya mertua cerewet seperti yoshino. Untung saja dia ada di kamar sehingga shikamaru tidak melihat guratan kesedihan di wajah cantiknya itu. Tiba tiba pintu kamar terbuka, dan muncul lah sosok shikamaru yang sedang memijat kepalanya pening. Shikamaru Nampak terkejut melihat sang isteri yang sedang duduk di tepi ranjang sambil membereskan baju shikamaru.

Perlahan dia mendekati temari dan duduk di sampingnya. “Jangan dengarkan kata ibu, mungkin dia hanya sed..” belum selelsai shikamaru berbicara, temari pun berdiri dan menjawab “Tidak apa apa..” sambil tersenyum manis. 
‘aku sudah biasa’ lanjutnya dalam hati. Shikamaru hanya melihat punggung temari dengan nanar.

“oh iya, kau berangkat jam berapa?” Tanya temari. Shikamaru berdiri lalu mengambil handuk yang tergantung di balik pintu kamar. “mungkin sebentar lagi” jawabnya lalu masuk ke dalam kamar mandi.

-

Shikamaru telah pergi ke kantor. Hanya temari dan yoshino lah yang berada dirumah. Temari keluar dari kamar setelah selesai mandi dan beres beres kamar.

“Bagus ya, jam segini baru bangun. Mau jadi ibu rumah tangga macam apa kau ini? Kerjamu hanya tidur, makan, dan pergi keluar. Kau lupa kau sudah berkeluarga nona cantik? Lihat pekerjaan dapur! Masa setiap hari harus mertua yang mengerjakannya!” semprot yoshino sambil berkecak pinggang menghadap temari. Temari terkejut. Dia hanya bisa memandangi mertuanya dengan tatapan takut.

“masih diam saja? Heh kau ini bisu apa? Mertua ngomong tuh dengar dengan telinga!” ujar yoshino sambil mendekati temari dan menatap tajam gadis itu. Dengan segenap keberanian, temari menatap mertuanya itu.

“ibu, aku sudah bangun dari jam 6 pagi, aku baru saja menyelesaikan tugas beres beres kamarku. Sebentar lagi aku harus ke studio, ada jadwal pemotretan..” jawab temari

“aku tidak akan mengijinkanmu keluar rumah sebelum kau menyelesaikan tugasmu di rumah” ujar yoshino dan berlalu menuju kamarnya. Temari mendesah pelan, berat memang kehidupan temari yang sekarang. Selalu saja serba salah. Dengan sabar, dia menuju dapur dan mulai mencuci piring.

Temari hanya punya waktu sekitar tiga jam untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Jam 11 dia harus sudah tiba di studio. Tiba tiba ponselnya berbunyi dan dengan cepat temari mengangkat telepon dari sahabatnya itu.

“Hallo, temari? Kau dimana?” suara sakura, dari seberang
“aku masih dirumah, aku sedang menyapu rumah. Nanti kalau sudah selesai aku telpon lagi.” Jawab temari sedikit sedih, terdengar dari nada bicaranya.

“pasti ibu mertuamu itu lagi ya” ucap sakura. Temari mendadak berhenti

“walaupun begitu aku tetap menyayanginya, sudah ya. Nanti ku telpon” jawab temari

“yasudah, sampai jumpa” 

Temari memandang kosong ke depan. Dia sedang meyakinkan bahwa dia menyayangi ibu mertuanya. Iya, harus.

-

“ibu, aku berangkat dulu ya. Sakura sudah menungguku di bawah” pamit temari sambil memakai high heelsnya. Yoshino pun hanya acuh menonton tv. Temari menghela nafas tegar dan berbalik menutup pintu apartment.

“maaf sakura, kau pasti menungguku lama.” Ujar temari sembari memasang sabuk pengamannya. 
“Tidak apa apa, sudah biasa. Iya kan?” goda sakura. Temari hanya tersenyum kecut. 
“dia memang menyebalkan, tapi dia tetap mertuaku. Huh” jawab temari sambil mengerucutkan bibirnya. Sakura hanya terkekeh mendengar keluhan sahabatnya itu. Dan mereka pun melaju ke studio.

-

“Hey shika, bagaimana kabarmu?” Tanya naruto. Saat shikamaru baru saja duduk ke mejanya. “aku baik, kau sendiri? Oh iya katanya bulan depan kau akan menikah, kenapa tak memberitahuku bodoh?” kata shikamaru

“haha bukannya tidak membertahumu, kau kan teman seperjuanganku, jadi aku mengundangmu dengan special. Kau, neji, sasuke, sai dan yang lainnya pasti aku undang. Hanya saja dengan undangan yang special” jawab naruto. “oh iya bagaimana keadaan istrimu?” Tanya naruto. 
Shikamaru tersenyum tipis “dia baik, kenapa?” jawab shikamaru. “Tidak, errr rumah tangga kalian sudah hampir satu tahun, tapi kenapa dia errr belum err.. hamil?” Tanya naruto hati hati. Shikamaru mendadak terdiam, dan memandang kosong map yang berada di tangannya.

“mungkin belum waktunya.” Jawab shikamaru sambil tersenyum, sedih.

-

Istirahat pun tiba. Hinata, tunangan naruto pun memasuki kantor tempat naruto dkk bekerja. Dilihatnya naruto yang sedang duduk sambil menerima telepon dari seseorang. 

“na..naruto-kun, aku.. membawa bekal untukmu.” Ucap hinata lembut sambil menyerahkan bekal yang terbungkus cantik. Naruto terlihat bahagia dan menerima bekal tersebut lalu mengajaknya keluar. Shikamaru hanya memandang iri pada pasangan tersebut.

“andai saja temari begitu.” Harapnya. Tunggu, apa? Shikamaru bilang apa?

“eh.. ngapain aku bilang begitu, toh masih ada rekanku yang lain yang bisa aku ajak makan bersama. Hah merepotkan”gerutunya seperti orang gila saja, bicara sediri.

-

Sementara itu, di cafe. Sakura dan temari sedang asik makan. Sesekali mereka tertawa karena merasa lucu dengan teka teki atau pelesetan dari lawan bicaranya.

“oh iya, kau tahu? Senior yang berambut hitam panjang dan berbulu mata lentik itu kemarin mendatangiku di studio, dia menanyakanmu lagi, temari.” Ucap sakura sesaat setelah tawa mereka reda. Temari terlihat berfikr. Senior yang berambut hitam panjang dan berbulu mata lentik? Bukankan itu itachi? 

“untuk apa?” Tanya temari bingung. “sepertinya dia menyukaimu. Setiap kita bertemu dia, aku selalu melihatnya tersenyum sambil memandangmu.” Jawab sakura. Temari melepaskan tangannya dari keyboard laptop.

“aku sudah berkeluarga..” ucap temari yakin
“siapa? Siapa yang berkeluarga?” seorang pria berkulit tan dan punya tato taring di kedua pipinya pun duduk di sebelah sakura, kiba.

“eh? Kiba? Err itu, anjingku.” Jawab temari gagap. Temari memang menyembunyikan pernikahannya. Kecuali pada sakura, karena temari menganggap bahwa dia terlalu muda untuk mendapatkan status sebagai ‘ibu rumah tangga’ kiba menyerngit kan dahinya.

“kau punya anjing? Kenapa tidak kau kenalkan pada akamaru. Benarkan akamaru?” ujar kiba sambil mengusap anjing besarnya. Akamaru menggonggong tanda dia setuju.

“err.. itu.. karena..”

“sudahlah, tugasnya masih banyak. Heh kiba, ayo traktir. Kau kalah taruhan kemarin. Iruka sensei benar benar meminum vinegar itu demi aku, ayo cepat belikan aku burger. Dua dengan temari. Jangan yang pedas.” Ucap sakura mengalihkan topic pembicaraan. Kiba yang sepertinya tak terlalu ngeh pun hanya mendengus kesal saat sakura memaksanya membelikan burger. 

“nih. Kalau begitu mari kita taruhan lagi. Kali ini pasti aku menang.” Ucap kiba membanggakan diri.

“kau yakin tuan bertaring?” Tanya sakura, sedikit menggoda.

“tentu saja. Bagaimana?” Tanya kiba. Temari hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali mengetik tugasnya.

-

“Aku pulang..” temari memasuki apartment nya dan melepas high heels tingginya. Dia memasuki ruang keluarga dan tak menemukan ibu mertuanya yang biasanya mengomeli temari habis habisan karena pulang telat. Sementara dia harus memasak untuk mereka bertiga, dengan shikamaru.

“ibu kemana..” gumamnya.

Temaripun masuk ke kamarnya dan mengganti baju. Dia buru buru membuka laptop dan browsing tentang makanan pavorite shikamaru. Dia mencari resepnya. Dia ingin memanjakan suaminya, sekali sekali.
Mackerel miso. Makanan kesukaan shikamaru.

Setelah dapat, dia pun mem-print nya dan menyiapkan bahan bahan dan siap terjun ke dapur.

Setelah sekian lama dia berkutat dengan wajan, minyak, garam dan rempah rempah lainnya di dapur, temari pun langsung menyiapkan piring dan menatanya dengan cantik.

“setelah ini mandi dan menunggu ibu juga shikamaru pulang.” Ujarnya senang. Temari pun memasuki kamarnya dan mandi lalu memakai baju yang sedikit lebih bagus dari biasanya. Dress peach yang cantik dan anggun. Hari ini tepat satu tahunnya pernikahannya dengan shikamaru.
Temari duduk di sofa ruang keluarga, menunggu sang suami dan mertua pulang. Sudah hampir jam 9 tapi shikamaru dan mertuanya belum pulang. Apa shikamaru lembur? Kalau di telpon, itu bukan surprise. 

Menelpon yoshino? Siap siap jadi janda.

Temari mulai mengantuk, jam menunjukan jam setengah sebelas. Dinernya pun sudah sangat dingin, dengan tidak sengaja, diapun tertidur di sofa.

-

Shikamaru dan Yoshino memasuki apartment. Dilihatnya lampu masih menyala.

“Ya ampun, dasar gadis manja, boros sekali menyalakan lampu malam hari. Aduh aku pusing, aku tidur duluan saja kalau begitu.” Ujar yoshino sambil berjalan menuju kamarnya, dia tak melihat ada temari di sofa. Shikamaru mengamati seisi rumah dan tak medapati temari, dia tersentak mendapati temari yang sedang tertidur di sofa.

“heuh, anak ini, selalu ceroboh” ujar shikamaru sambil menggendong temari menuju kamar mereka. Menidurkannya di ranjang. Shikamaru masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya. Dia merasa haus dan berjalan meuju dapur. Matanya terbelalak saat melihat makanan pavoritenya tersedia di meja makan.

“a..apa ini temari yang masak?” tanyanya pada diri sendiri. Dia terbelalak melihat resep yang berada di atas meja bar. Ini benar, temari memasak untuknya. Shikamaru benar tak mengingat hari ini, dia mengambil air mineral dan langsung masuk ke kamarnya.

“Kau baru pulang?” shikamaru tersentak saat mendapati temari sedang duduk di tepi ranjang sambil mengucek matanya. Shikamaru mendekatinya.

“ya, kau terbangun karenaku?” Tanya shikamaru. Temari menggeleng lalu memasuki kamar mandi untuk mengganti baju.

-

Hari minggu. Hari yang cocok untuk bersantai bagi sebagian orang—kecuali Temari. Dari jam 7 tadi dia masih berkutat dengan piring kotor dan dinnernya yang tak termakan. Mubazir sekali. Sudah basi pula. Dia menghela nafas lalu membuang mackerel misso tersebut ke tong sampah.
“Bagus ya! Bisanya buang-buang makanan! Beli makan itu pakai uang! Belum tentu orang yang di luar sana bisa membeli makanan enak seperti itu nona!” Cecar Yoshino. Nah kan, mulai lagi.. fikir temari.

“Tapi mackerel misso ini sudah basi, bu” jawab temari pelan.

“Mackerel miso? Dimana?” Tanya shikamaru yang baru saja keluar kamar. Mendengar makanan pavoritenya di sebut-sebut.

“itu, di tong sampah.” Jawab yoshino dan berlalu pergi ke luar apartement. Sepertinya dia akan pergi ke supermarket.

Shikamaru memandang temari meminta penjelasan atas kata ibunya tadi. Temari memandang shikamaru.

“Mackerel miso nya sudah basi, dan aku sengaja membuangnya..” ucap temari sambil menunduk. Shikamaru mengingat kejadian semalam, dia pun tersenyum.

“Kita bisa membuat yang baru.” Jawab shikamaru sambil tersenyum. Temari mengadah.

“Benarkah?” tanyanya sumringah. Shikamaru lantas mendekatinya sambil tersenyum dan menyiapkan bahan-bahan.
 
-

“Aduh.. anak itu selalu saja membuat onar. Masa makanan masih utuh di buang bgitu saja? Bukannya bisa di hangatkan? Dasar pemalas! Bisanya hanya memperlihatkan perut dan paha saja!” gerutu yoshino dari tadi sambil memilih-milih bahan masakan dan keperluan rumah tangga. Dia terlihat seperti orang gila, bicara sendiri. Bahkan orang-orang yang melihatnya sempat tersenyum aneh.
 
“apa lagi ya yang harus di beli?” Tanya nya pada diri sendiri.
“Ah, wortel!” lanjutnya.

‘BRUUKK’

“Aw!!!! Adu..duh aduh pinggangku sakit!” keluhnya sesaat setelah bertabrakan dengan seseorang.
“gomen-ne.. eh? Bibi yoshino?”
Yoshino menoleh ke belakang masih dengan memegang pingganganya yang kambuh, biasa, encok.

Perlahan matanya berbinar. 

“Eh? Ino. Kau ino kan?” Tanya nya senang
“Iya ini aku bi, apa kabar?” Tanya ino sambil memeluk Yoshino. Yoshino pun memeluk Ino balik.

“Bibi baik sekali, kau makin cantik saja.”
“ah bibi bisa saja, oh iya bagaimana keadaan Shikamaru? Ku dengar dia sudah menikah”
Senyum pun pudar dari bibir Yoshino. Ternyata ino sudah tau kalau Shikamaru menikah. Tadinya Yoshino ingin Shikamaru menikah dengan Ino, tapi kalau begini ino pasti tidak mau.

“Ya.. begitulah. Kau sendiri? Sudah punya pendamping?”
“haha belum, aku masih mau focus pada proyek taman bunga ku di amerika.”

“Ohh kau tinggal di amerika?”
“Iya bi”
“Lalu kau di jepang dengan siapa?”
“Aku di hotel.” Ting. Lampu neon pun menyala di atas kepala Yoshino.
“Di hotel buang-buang uang saja Ino, bagaimana kalau kau tinggal dengan kami?”

“hah? Kami? Bibi dan Shika? Bagaimana dengan istrinya? Aku tak enak bi~” Ino menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
“Ahh sudah biarkan, dia pasti menerima saja.”
“eh? Yasudah kalo..begitu”
Yoshino hampir meloncat kegirangan saat Ino menerima ajakannya. Ini bisa di jadikan senjata untuk membuat hubungan Shikamaru dan Temari jauh. Dan mereka cepat-cepat bercerai.

­-

Temari meregangkan ototnya yang kaku. 3 jam lebih dia berkutat dengan kamera. Membuat bibirnya hampir sobek karena terus tersenyum. Huh menyebalkan.

“Ini.” Sakura memberikan minuman kaleng dingin padanya.
“Terima kasih” ucapnya.

“oh iya, pulang ini aku mau ke toko Samui-san dulu. Kau mau ikut? ada barang baru disana. Tas yang kita lihat kemarin di majalah” Sakura terihat antusias sambil membayangkan dia memakai tas impiannya.

“kau lupa dirumahku ada siapa? Bisa bisa aku diomeli semalaman” Temari berucap miris.

“Kalau begitu belikan saja buat dia.”

“Dulu juga aku pernah membelikannya sepatu yang ia idam-idamkan setelah melihatnya di iklan. Eh pas aku membelikannya dia menolak mentah mentah, dia bilang dia bisa membelinya dengan uang sendiri. Membuatku sakit hati tau.”

“haha yasudahlah, tapi mungkin yang ini beda.” 

“Terserah apa katamu. Aku lelah”

Kring..

Temari menoleh ke ponselnya yang berbunyi. Satu pesan, dari.. shikamaru? Dia mengirim pesan? Alis Temari berkerut. Tumben.

From : Shikamaru
Kau sudah pulang?
Hanya pesan singkat, tapi..berharga. bibirnya melengkung tipis.
to     : Shikamaru
sudah. Kenapa kau mau menjemputku?
Send.
From : Shikamaru
Aku sudah menunggumu di bawah gedung-_- cepat kesini, aku lapar
Temari membelalakan matanya.
“Sakura, aku harus duluan. Shikamaru ada di bawah.”
“hah? Tumben sekali. Yasudah hati-hati”

-

“Kau menunggu lama? Maaf” ucap temari setelah masuk ke mobil dan memasangkan sabuk pengamannya.
“Tidak juga, hanya sekitar..setengah jam” Temari terbelalak.
“Ya ampun, shika. aku minta maaf, aku kira kau tak akan menjemputku. Lagian sih kau tumben-tumbennya mengajakku pulang bersama” Shikamaru suka menggoda Temari.
“haha tenang saja, tidak selama itu. Memangnya kenapa? Apa seorang suami tidak di perbolehkan menjemput istrinya sepulang kerja?” Deg. Temari terdiam, pipinya memerah. Memang akhir-akhir ini Shikamaru lebih sering mempublikasikan kalau mereka suami-istri, tentunya dengan perbuatannya. Seperti sekarang ini.
“Kau sakit Temari? Pipimu memerah.” Shikamaru panic dan menempelkan tangannya di dahi Temari. Temari menggeleng cepat dan membuang muka.
“Tidak apa-apa. Ayo cepat jalan, katanya lapar”
Shikamaru tersenyum penuh arti
“Baiklah, sesuai permintaan istriku.” Temari kembali blushing.
‘shika~’ 

-

Hening. Itulah suasana perjalanan suami-istri ini. Temari sedang asik mendengarkan lagu dengan headsetnya dan Shikamaru sibuk menyetir.
“Kau marah?” Tanya Shikamaru tiba-tiba.
“Marah kenapa?” Tanya temari heran.
“Karena aku memanggilmu ‘istriku’”
“tidak, bukannya kita memang suami-istri? Walaupun atas dasar..”
“Kau pernah bilang kalau kau tidak ingin banyak orang yang tahu.” Shika memotong ucapan istrinya. Membuat Temari terdiam
“Kita berhenti didepan. Aku ingin beli makanan untuk ibu” Temari mengalihkan topik, tapi Shikamaru yang tidak mau berdebat pun hanya menurutinya.
Temari dengan cepat memakai jaket dan topinya. Berjalan keluar mobil dan masuk ke sebuah kedai. Disusul oleh shikamaru yang masih berpakaian polisi.
“Mau membeli apa?” Tanya Shikamaru.
“Aku tidak tahu, menurutmu menu malam ini apa?” Tanya Temari balik.
“beli lah sebanyak-banyaknya. Ini malam special” jawab Shikamaru sambil tersenyum penuh arti. Temari menatap Shikamaru bingung.
‘malam special?’

-

Pasangan itupun masuk ke dalam apartement nya dengan membawa masing-masing satu kantong besar.

“tadaima~” ucap mereka
“Okaeri. Shikamaru, lihat ini siapa!” teriak dari ruang keluarga. Temari dan Shikamaru bingun dan berjalan sedikit cepat ke sana.
Alis shikamaru menyerngit.
“ino?” ucapnya.
“Shika! hey apa kabar?” Temari berlali menuju Shikamaru dan memeluknya, didepan temari. Temari hanya terdiam di belakang Shikamaru.
“eh, Temari-san kan?” Tanya ino setelah pelukannya terlepas. Temari buru-buru tersenyum manis.
“Iya, salam kenal Ino-san” ucap temari sopan.
“Sok manis sekali” ujar Yoshino. Temari hanya terdiam.
“ibu, jangan memulai” Shika melerai.
“siapa yang memulai?” Yoshino mengerutkan dahinya tak suka
“Sudahlah, ayo kita makan.” Shikamaru malas meladeni ibunya yang selalu tak mau kalah itu.
‘jadi ini yang dimaksud shika malam special..’ batin Temari.
“jangan bengong terus, Temari. Cepat siapakan makanannya!” bentak Yoshino membuat Temari terkaget. Temari menghela nafas berat dan mulai menyiapkan makanan yang ia beli.
Setelah bersiap, Temari pun duduk di samping kiri Yoshino. Di depannya terdapat Shikamaru, dan di samping Shika ada…ino. Ini semua Yoshino yang mengatur-_-

Temari menunduk. Shikamaru melihat perubahan sikap akan istrinya itu. Padahal tadinya shikamaru ingin menikmati makan malam berdua dengannya. Hari ini adalah hari ke-setahun rumah tangga mereka.
“Ittadakimasu~” ucap Yoshino dan Ino bersamaan.
“waw~ makanan nya enak sekali. Aku sudah jarang makan makanan jepang. Di amerika sangat jarang sekali aku menemuinya” ucap ino.
“oya? Sayang sekali” jawab Yoshino. Dan blablabla
 
Mereka terus ngerumpi dan bicara banyak

‘katanya tak boleh bicara saat makan. Sekarang? Huh!’ rutuk Temari dalam hati. Yoshino selalu saja memarahi Temari jika ia bicara sedikitpun saat makan, atau menerima telepon, tertawa dan lain sebagainya. Tapi nyatanya mertuanya sendirilah yang melanggar.
“haha iya, kau ingat waktu itu? Saat bibi membuatkan kalian kue kering. Saat kalian masih berumur 9 tahun. Kalian bilang kalian akan menikah.. haha” 

DEG.

Toki no Shizuku

Jumat, 30 September 2011

Too Late

"Tepung terigu, sudah. Maizena, sudah. Gula pasir, sudah. Telur, sudah," Temari tampak sibuk mendata daftar belanjaannya. "Sepertinya semua sudah lengkap."

Disiapkannya alat-alat yang diperlukannya. Semenit kemudian, ia sudah mulai sibuk membuat adonan. Ya. Ia memang sedang membuat kue. Kue tart tepatnya. Hari ini, adalah hari yang special. Karena hari ini adalah hari ulang tahun kekasihnya. Nara Shikamaru. Ia ingin membuat kue tart special khushus untuknya. Apalagi yang ia dengar dari Gaara, Shikamaru dan beberapa Shinobi dari Konoha yang mendapat tugas ke Tsuna akan tiba hari ini.

Sambil bernyanyi kecil, Temari mencampur semua adonan. Diambilnya mixer untuk mengaduk adonan cake supaya tercampur rata dan mendapat tekstur yang pas. Pelan-pelan ditambahkannya fermipan dan soda kue. Berkali-kali diubahnya kecepatan mixer, menyesuaikan dengan resep yang dianjurkan. Tapi saat ia sedang mengaduk, tiba-tiba saja mixer berhenti berputar.

"Eh? Kenapa ini?" Temari mengangkat mixer. Diperiksanya kabel listrik. Masih terpasang dengan baik dengan stop kontak. Tidak mungkin mati listrik 'kan?

"Mati listrik," Gaara tiba-tiba muncul di belakang Temari.

Temari mematung mendengar ucapan adik bungsunya tersebut. What? Jadi benar mati listrik?

"Aaargghh!" Temari mengacak-acak rambutnya.

Bagaimana nasib kue tart-nya kalau mati listrik begini? Tanpa mixer bagaimana ia bisa mengaduk adonan dengan benar? Lalu, bagaimana ia memanggangnya nanti tanpa oven? Gezz… haruskah semuanya ia lakukan secara manual? Temari menatap horror ke arah adonan di tangannya.

Kami-sama…

Gaara menatap Neesan-nya tanpa ekspresi. Melihat adiknya masih bediri di belakangnya, Temari berbalik.

"Kenapa masih di situ? Mau membantu?" tanya Temari.

"No, thanks. Aku cuma mau ambil minum. Neesan teruskan saja pekerjaan Neesan, tidak usah mempedulikan aku," kata Gaara ngeloyor ke kulkas. "Good luck, Neesan," Gaara menepuk pundak Temari sebelum kembali ke kamarnya.

Temari menatap kepergian Gaara sambil menggerutu, "Adik macam apa itu? Kakaknya sedang kesusahan bukannya membantu malah cuek."

Huft… tidak boleh mengeluh Temari. Harus semangat. Yosh—Ganbatte! Temari menyemangati diri sendiri. Perlahan ia mulai melanjutkan mengaduk adonan dengan pengaduk kayu. Ia berusaha mengaduk dengan kecepatan yang pas agar adonan mengembang dengan sempurna.

Selesai mengaduk, sekarang ia tampak ragu untuk mulai memanggang di atas kompor. Bagaimana kalau nanti kuenya hangus? Atau malah tidak mau mengembang dan menjadi bantet? Temari menggigit ujung kukunya. Harus dicoba dulu 'kan? Kalau tidak, bagaimana bisa jadi kuenya.
Dimasukannya adonan kue ke dalam loyang yang telah diolesi dengan mentega. Lalu memasukkannya ke dalam panci di atas kompor. Diaturnya besar api. Tidak boleh terlalu besar, tapi juga tidak boleh terlalu kecil.

"Uhm… dua puluh menit dengan suhu 180 derajat celcius dengan oven. Kalau dengan kompor, kira-kira berapa menit ya dengan api sedang?" Temari mengira-ngira timer memanggangnya.

Sesekali Temari memeriksa kue yang dipanggangnya. Ditusuk-tusuknya kue itu dengan garpu.

"Luarnya oke. Mengembang dengan bagus. Tapi dalamnya masih basah," Temari mencicip adonan kue yang menempel pada garpu. Tak mau kuenya gosong sementara dalamnya belum matang, Temari mengecilkan volume api. Lima menit kemudian, kue sudah matang sesuai yang diharapkannya. Kuning kecoklatan. Diangkatnya loyang dari panci.

"Yahh... sambil menunggu kuenya dingin, sebaiknya sekarang aku siapkan bahan toping dan cream pelapisnya," Temari mengambil gula dan mentega. Kemudian mengaduknya secara manual. Sesekali ia mengibaskan tangannya yang terasa pegal, ia juga tampak berkali-kali menghapus peluh di pelipisnya. Tak apa. Perjuangan ini 'kan untuk kekasihnya.

Selesai membuat cream pelapis, Temari pun mulai menghias kuenya. Dengan senyum terkembang dibibir, ia menuliskan kata-kata selamat ulang tahun untuk Shikamaru di atas kue. Setelah itu, ditambahkannya hiasan potongan-potongan buah strawberry di pinggiran kue. Puas dengan hasil kerjanya, Temari tersenyum lebar.

"Haah… akhirnya. Selesai juga kuenya," kata Temari senang. "Yakk! Sekarang, tinggal memasak menu makan malam."

Dari balik pintu menuju ruang makan, Gaara tersenyum simpul. Ternyata, tanpa setahu Temari, dari tadi ia terus berdiri bersandar di sana. Melihat dan memperhatikan Temari yang sibuk membuat kue.
"Ganbatte, Neesan!" lirih Gaara. "Kau beruntung rambut nanas. Awas kau berani mengecewakan, Neesan-ku."

Tak ingin mengganggu kerja Temari, Gaara berlalu pergi. Ada sesuatu yang harus dilakukannya.
Sementara itu, Temari terlihat kembali sibuk berkutat dengan kompor dan peralatan dapur lainnya.
_(^_^)_
"Tadaimaaa~," teriak Kankurou. Ia masuk ke dalam rumah diikuti Gaara di belakangnya.

"Okaeriii~," sambut Temari tersenyum. Di tangannya tergenggam piring dan kain lap.

"Neesan belum selesai masak?" selidik Gaara.

"Temari mengerutkan dahi, "Ohh… ini," kata Temari saat menyadari apa yang dipegangnya. "Hanya tinggal menata hidangan di meja."

"Wahh… Neesan masak banyak sekali," kata Kankurou. "Sayang… karena badai pasir yang tiba-tiba melanda, utusan dari Konoha tidak bisa datang tepat waktu. Jadi, kita tidak bisa mengundang mereka makan malam di sini."

"Apa kau bilang?" tanya Temari seraya memberikan death glare ke arah Kankurou.

"A-apa, Neesan?" Kankurou tergagap. Kaget tiba-tiba saja dapat pelototan dari Neesan-nya.

"Kau tadi bilang apa?" ulang Temari sambil berjalan mendekati Kankurou yang merepet ke tembok.

"B-badai pasir, maksud Neesan?" tanya Kankurou.

"Bukan!" seru Temari sambil mencengkeram baju Kankurou. "Kenapa dengan utusan dari Konoha?"

"Oh, itu. Karena badai pasir, utusan dari Konoha kemungkinan baru akan tiba di Tsuna dua hari lagi," jawab Kankurou.

Temari terdiam. Kankurou melirik Gaara yang dari tadi berdiri diam di sampingnya.

"Tidak…" Temari melepas tangannya. Ia pun terduduk lemas di hadapan Kankurou. "Ini tidak mungkin…" digigitnya keras-keras bibirnya, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.

Kankurou yang terkejut melangkah mundur, "Neesan?" tadinya ia berpikir, ia akan diteriaki atau dikipas oleh Temari ke Konoha, tapi… ditatapnya Gaara yang menunjuk ke arah meja makan dengan dagunya. Melihat kue tart di sana, Kankurou paham. Ia dan Gaara tahu, sejak beberapa hari yang lalu, Neesan-nya itu memang sudah sibuk mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk merayakan ulang tahun Shikamaru. Sekarang, mendengar kalau utusan dari Konoha baru akan tiba dua hari lagi, Temari pasti kecewa sekali.

"Sudahlah, Neesan jangan sedih," Gaara melangkah menghampiri Temari, lalu duduk jongkok di hadapannya, "Dia pasti akan datang. Neesan tidak usah khawatir," dihapusnya air mata yang mulai menetes di pipi Neesan-nya.

Temari menatap adik bungsunya dengan pandangan sendu, "tapi Kankurou bilang…"

"Percaya padaku," kata Gaara tersenyum. "Sekarang Neesan siap-siap. Sebentar lagi dia pasti datang."

Temari melihat ke dalam mata Gaara. Ia tahu, Gaara tidak pernah berbohong padanya. Di setiap kata-katanya, selalu ada kilat kejujuran di sana. Temari mengangguk. Dibantu Gaara, ia bangkit. Dengan gelisah ia menuju ke kamarnya.

"Hei, Gaara. Bagaimana kau bisa seyakin itu? Bukannya, Kakashi sudah mengirmkan berita kalau mereka akan datang terlambat?" tanya Kankurou penasaran.

Gaara hanya diam, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengacuhkan pertanyaan Kankurou.

"Hei, Gaara! Kau mau main rahasia-rahasiaan denganku ya?" kejar Konkurou.
_(^_^)_

Temari tampak gelisah. Berkali-kali dia mondar-mandir dari ruang keluarga ke ruang tamu. Sesekali diliriknya pintu depan yang masih tertutup rapat. Berharap ada seseorang yang mengetuk pintu, tapi tak ada. Malam mulai merayap naik, tapi orang yang ditunggunya belum muncul juga.

"Neesan… kapan kita boleh makan?" tanya Kankurou lemas. Sedari tadi mereka dilarang menyentuh makanan di meja.

"Nanti!" kata Temari tak acuh. Ia masih sibuk mondar-mandir.

"Aku lapar, Neesan," Kankurou mengelus perutnya yang dari tadi bernyanyi minta diisi.

"Iyaaa. Sabar sedikit kenapa?" sergah Temari mulai kesal.

"Dari tadi juga sudah sabar, Neesan-ku sayaaang," Kankurou mendesah.

Temari yang jengkel memberikan death glare pada Kankurou yang langsung terdiam. Dengan raut wajah kesal, Kankurou meminum segelas air putih yang ke tujuh. Sementara Gaara hanya diam, duduk anteng melihat kedua kakaknya ribut.

Tok…tok…tok… 

Temari terlonjak. Gaara dan Kankurou saling melempar pandang. Tanpa ba-bi-bu, Temari segera berlari menuju ke depan. Dibukanya pintu dengan senyum terkembang. Tapi senyum itu langsung pudar saat melihat siapa yang berdiri di sana.

"Matsuri. Ada apa?" tanya Temari dengan raut kecewa.

"Uhm—aku ada sedikit urusan dengan Kazekage-sama, apa dia ada?" tanya Matsuri sopan.

"Ohh—ya. Gaara ada di dalam, silahkan masuk," kata Temari dengan senyum dipaksakan.

Setelah Matsuri masuk. Temari duduk terpaku di sofa ruang tamu. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan angka delapan lebih sepuluh. "Apa dia tidak akan datang?"desah Temari gelisah.

Gaara yang ada di ruang keluarga bersama Matsuri dan Kankurou pun sesekali melirik ke arah ruang tamu.

"Bagaimana, Matsuri, apa tugas yang kuberikan padamu sudah kau laksanakan?" tanya Gaara pelan.

"Sudah, Kazekage. Menurut berita, dia sudah sampai di gerbang desa," jawab Matsuri.

"Tugas? Tugas apa? Dia siapa?" tanya Kankurou penasaran.

"Kau akan tahu sendiri nanti, Niisan," Gaara melirik Temari yang duduk menyandar pada sofa.
"Baiklah—kalau begitu saya permisi dulu, Kazekage," Matsuri membungkuk hormat. "Selamat malam, Kankurou-san."

"Ya. Hati-hati dijalan, Matsuri. Segeralah tidur, sudah malam," kata Gaara.

Matsuri tersenyum senang mendengarnya, "Iya. Terima kasih, Kazekage."

Matsuri pun melangkah keluar. Di ruang tamu, ia mengucap salam pada Temari yang hanya mengangguk menanggapinya. Mengerti suasana hati Temari yang sedang buruk, Matsuri tersenyum maklum.

Mendekati tengah malam. Temari masih duduk menunggu di sofa, matanya terasa sangat berat. Setelah seharian sibuk di dapur, ia merasa sangat lelah sekali sekarang. Gaara dan Kankurou yang ada di ruang tengah—yang telah kehilangan selera makannya—menatap miris kakak kesayangan mereka.

"Gaara—apa kau yakin si rambut nanas itu akan datang?" tanya Kankurou. Ia mulai terlihat cemas dengan keadaan Temari.

"Hn—dia pasti datang," jawab Gaara datar.

Tok…tok…tok…

Pintu depan terdengar diketuk lagi. Tapi Temari tak terlihat bangkit untuk membukanya. Kankurou yang heran, bangkit berdiri. Ternyata Temari jatuh tertidur. Tak ingin membangunkan Neesan-nya, dengan perlahan ia melangkah ke depan untuk membuka pintu.

Dan…

"Kau—," Kankurou menatap tajam sosok yang berdiri di depannya. Sosok yang dari tadi ditunggu oleh Temari.

"Maaf—aku terlambat," kata Shikamaru dengan wajah letih.

Melihat keadaan Shikamaru yang kusut—menyedihkan—Kankurou urung melabraknya.

"Masuklah. Neesan sudah menunggumu dari tadi," Kankurou menyingkir, memberi ruang agar Shikamaru masuk ke dalam.

Shikamaru tercenung di tempat saat melihat Temari yang tertidur di sofa.

"Neesan tertidur kelelahan saat menunggumu," kata Kankurou.

"Maaf—," Shikamaru membungkuk pada Kankurou dan Gaara yang muncul dari dalam.

"Minta maaflah nanti pada Neesan," kata Gaara. "Sekarang—kuserahkan semua padamu."

Gaara dan Kankurou pun masuk meninggalkan Shikamaru dan Temari di sana.

Shikamaru berjalan mendekat ke sofa. Perlahan, ia duduk di samping Temari. Shikamaru menghela napas panjang.

"Maafkan aku—," lirih Shikamaru sambil membelai lembut rambut Temari. Disibaknya poni yang menutupi sebagian wajah Temari.

Sedikit terganggu, Temari menggeliat, "Nghh—," Temari mengerjap-ngerjapkan matanya. Tampak di hadapannya bayangan kabur dari sosok yang ditunggunya. "S-shika?" tanya Temari ragu.

"Ya—ini aku," jawab Shika seraya merengkuh Temari ke dalam pelukannya.

"Benar ini kau?" tanya Temari lirih. Dengan perasaan yang membuncah, Temari memeluk Shikamaru.

"Ya. Maaf aku datang terlambat," Shikamaru mengeratkan pelukannya.

"Aku sudah menunggumu dari tadi," protes Temari setengah merajuk.

"Maaf—," Shikamaru terlihat merasa bersalah.

"Selamat ulang tahun, Shika," Temari melepaskan pelukan dan mencium pipi Shikamaru.

"Shikamaru tersenyum, "Terima kasih. Terima kasih sudah menyiapkan pesta untukku—pesta yang gagal berantakan karena aku. Maaf," Shikamaru kembali merengkuh Temari ke dalam pelukannya.

"Tak apa, Shika. Kau sudah ada di sini sekarang," kata Temari tersenyum.

"Kau pasti lelah dan mengantuk. Tidurlah—aku akan menemanimu di sini," Shikamaru membelai lembut rambut Temari.

"Terima kasih, Shika. Terima kasih—sudah datang," kata Temari tersenyum bahagia. Perlahan, dipejamkannya kembali matanya. Ia merasa, ia pasti akan mimpi indah tidur dalam pelukan kekasihnya. Tak lama kemudian, ia sudah jatuh tertidur kembali dengan senyuman tersungging di bibirnya.

Shikamaru tersenyum, diciumnya kening gadis dipelukannya itu lembut, "Terima kasih, Temari. Aku—menyayangimu."
OWARI

Omake

"SHIKAMARUUUUUU!" teriakan melengking Temari terdengar memecah keheningan pagi.

Shikamaru yang masih terlelap di alam mimpinya terbangun karena kaget. Gaara dan Kankurou yang juga terkejut pun turun dan bergegas menuju ke ruang tamu.

"Ada apa, Temari?" tanya Shikamaru malas.

"Ada apa kau bilang? Kau mau kuhajar ya?" teriak Temari.

Shikamaru mengerutkan dahi. Sementara Gaara dan Kankurou menatap ke arah Shikamaru dengan tatapan—kau—apakan—kakakku, huh?

Ditatap demikian oleh tiga bersaudara Sabaku. Shikamaru jadi keder juga.

"T-tunggu—aku salah apa?" Shikamaru meminta penjelasan.

"Salah apa tanyamu?" Temari mendesis. "Sudah datang terlambat. Datang-datang tanpa minta maaf kau langsung tidur memelukku tanpa ijin, huh?"

Shikamaru sweatdrops mendengarnya. Lalu—suasana romantis semalam itu apa? Gaara dan Kankurou yang diam-diam semalam mengintip juga langsung speechless. Jangan-jangan—semalam Temari setengah sadar dan belum ngeh ya? Mereka bertiga spontan menatap Temari yang gantian bingung mendapat tatapan aneh dari kekasih dan dua adiknya.

"Apa?" tanya Temari.

"Hahh—ya sudahlah. Selesaikan sendiri, Shika," Gaara berlalu diikuti Kankurou yang geleng-geleng kepala melihat Neesan dan calon kakak iparnya itu.

"Hei, Gaara. Kau masih tidak ingin mengatakan padaku, kenapa Shika bisa datang sementara yang lain tidak?" tanya Kankurou saat mereka menaiki tangga.

"Hmm—aku mengirim pesan khusus padanya. Aku katakan padanya, bisa tidak bisa, dia harus datang! Kalau dia tidak bisa datang tepat waktu—apapun alasannya—aku sendiri yang akan menguburnya hidup-hidup di tengah badai pasir," kata Gaara datar.

"A-apa?" Kankurou menganga mendengarnya. "Hahaha—kasihan sekali nasib si nanas itu. Dia yang ulang tahun, tapi dia sendiri yang menderita."

Sementara itu di ruang tamu. Shikamaru masih harus berjuang menghadapi kemarahan Temari, sekaligus melawan kantuk yang masih menggelayut di matanya. Yakk! Ganbatte, Shika!

A/N : Yeyy! Akhirnya selesai juga fic ini. Sebenarnya ini fic untuk ultah Shika, tapi karena kemarin saya sempat sakit, fic ini ga bisa selesai tepat waktu. Jadinya telat banget deh kaya' judulnya, huhu… u_u
ShikaTema, tapi porsi Shika-nya dikiiiiiit banget. Gomeeeen…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar