Gapapa dong ya?? habis ini karakter favorit aku. :)
ShikaTema
"Kau
mau kemana? Pagi-pagi sudah mau pergi." tanya pemuda berambut seperti nanas kepada wanita berambut blonde kuncir empat yang sedang sarapan.
"Aku
ada janji dengan seseorang."
jawab wanita itu ketus tanpa memperhatikan
pemuda yang duduk didepannya.
"Dengan
siapa?" tanya pemuda itu penasaran.
"Nanti
kuberitahu. Aku pergi dulu. Oh ya, aku mual
minum susu itu" ujar wanita
itu sambil menunjuk segelas susu yang masih hangat, kemudian pergi dan
membanting pintu.
"Ck,
Mendokusei. Dia
kenapa sih?" Pria itu menggaruk-garuk kepalanya, dan
berjalan menuju kamar mandi.
Suami
mana yang tidak penasaran, melihat sang istri yang sudah 5 hari ini selalu
pulang malam, dalam keadaan yang hamil 6 bulan pula.
***
Malam
harinya, saat sang suami telah menunggu lama. Istrinya malah melewati suami
dengan muka tidak berdosa.
"Dari
mana?" tanya pria itu dengan pandangan tajam, mengintrogasi sang istri
yang baru saja pulang.
"Hanya
berjalan-jalan." jawab wanita itu singkat.
"Kau
kemana Temari? Kenapa tidak
menjawab teleponku? Smsku juga, kenapa tidak
dibalas?"
"Kenapa
kau berubah menjadi cerewet Shika?
Aku lelah
sekali, ingin
tidur." Temari
masuk kekamar, membaringkan badannya sambil tersenyum sinis.
Shikamaru pun berjalan mengikuti istrinya, dan berbaring disamping sang
istri.
"Kenapa
tidak minum susu khusus ibu hamil milikmu?" Shikamaru membelai rambut
Temari, tapi tangannya segera ditepis.
"Aku
tidak suka" jawabnya sambil
memejamkan mata, berpura-pura
tidur sambil membelakangi sang suami.
'Ah, mungkin ini karena dia sedang hamil, makanya emosinya labil’ ‘Ck! Tapi, masa sampai lima hari
berturut-turut?, Kan “merepotkan”?’ batin Shikamaru.
"Temari,
kau kenapa sih? Aku salah apa?" ujar Shikamaru lirih. Dia sangat khawatir, sang istri
yang biasanya manja kepadanya mendadak cuek dan tidak menganggapnya ada . Ck,
wanita memang merepotkan.
Sementara,
sang istri yang sedang berpura-pura tidur hanya tersenyum sinis lagi.
***
"Kali
ini kemana lagi?" Shikamaru menatap Temari dengan pandangan yang menusuk.
Kali ini dia harus tau Temari kemana.
"Aku
ada janji dengan seseorang" jawabnya sambil memakan roti selai coklat dan hendak meminum kopinya.
"Kau
menjawab itu dari lima hari yang
lalu. Apa tidak ada jawaban yang lain?" Shikamaru menarik nafas agar dia
tidak membentak Temari.
"Apa
yang kau lakukan, bodoh? Kopi tidak baik untuk ibu hamil!" lanjutnya
kemudian menarik kopi dari tangan istrinya kemudian membuatkan susu khusus ibu
hamil.
"Maksudmu
apa Shika?
Aku tidak mau minum
susu menjijikan itu!" jawab
Temari sambil membuang susu ibu hamil miliknya ke tong sampah.
"Kau
mau anak kita cacat hah?" Kali ini nada suara Shikamaru meninggi. Shikamaru mengira istri yang telah
dinikahi selama satu tahun itu
sudah gila. Apa dia hendak membunuh buah cinta mereka?
"Ah
terserah kau saja lah" ujar Temari sambil pergi kemudian membanting pintu.
***
"Kau
kenapa Shika?" tanya Naruto, rekan kerja Shikamaru. Saat
melihat tampang tidak bersahabat dari wajah Shikamaru.
"Temari
membuatku gila" ucap Shikamaru sambil menjambak rambutnya.
"Kenapa
dia? Bukannya dia memang sudah membuatmu tergila-gila untuk
mencintainya?,"
"Bukan
itu, kau tau? dia hendak meminum kopi tadi pagi, dan selalu bersikap dingin
terhadapku,"
"Wah,
kau pasti punya salah kepadanya. Sudah yah, aku ada janji dengan Hinata!" Naruto berlalu meninggalkan
Shikamaru yang sedang mencurahkan isi hatinya. Dasar ! Teman macam apa dia itu? Meninggalkan
temannya tanpa memberi saran yang membantu.
Karena
penasaran dengan apa yang dikerjakan istrinya selama lima hari belakangan ini, Shikamaru memilih menelepon istrinya.
“Tut...Tut...” Terdengar nada tunggu dari telepon
milik Shikamaru.
"Halo?" Terdengar nada sinis dari
wanita yang diteleponnya
"Halo,
kau dimana sayang?" tanya
Shikamaru lembut.
"Ihh, kau tidak perlu tau."
"Tentu
saja perlu, aku suami mu."
"Sejak
kapan kau menganggapku istrimu? Bukankah
kau tidak menganggap aku istrimu? Urus
saja sana SIMPANANMU!!!" Temari
membentak Shikamaru dengan nada tinggi
"Simpanan
apa? Aku bersumpah aku tidak punya
simpanan,"
"Kau
makan saja sumpahmu itu! Aku tidak perlu sumpahmu!"
"Temari,
ayo kita lanjutkan!" Terdengar
suara laki-laki yang sangat familiar ditelinga Shikamaru diujung sana.
"Baiklah Itachi." ujar Temari dengan nada
genit.
"Temari
, kau dengan Itachi?"
bentak Shikamaru dengan nada meninggi. Gila saja, istri sang dia sayangi sedang
bersama Itahi,
mantan Rivalnya itu? Ck!
Dunia memang sudah gila.
"Sudah
ya,"
“Tut...Tut...” Terdengar nada suara telepon yang
diputuskan oleh Temari.
Shikamaru mencoba mencerna kejadian yang baru
dialaminya.
"Halo? Kankuro?" Shikamaru memilih menelepon
Kankuro, adik Temari, dia ingin mengetahui hubungan antara Temari dan Itachi karena selama ini Kankuro dekat
dengan Temari.
"Ya? Ada apa Shikamaru?"
"Kau
tau? Ada hubungan apa Temari dengan Itachi?"
"Itachi? Oh... Dulu
mereka itu bersahabat, tapi beberapa tahun sebelum Nee-chan bertemu dengan mu.
Mereka sempat berpacaran, sampai sekarang pun mereka masih dekat." ucapan Kankuro itu akhirnya
membakar api cemburu Shikamaru.
"Oh
ya?"
"Iya! Periksa saja
barang-barang Temari pasti ada foto-foto mereka." Ucapan Kankuro membuat Shikamaru
langsung mematikan sambungan teleponnya dan mengecek barang-barang Temari,
dari mulai lemari tas, pakaian, sepatu dan akhirnya di meja rias Temari, ternyata benar, dalam laci meja
Temari itu. Ada foto-foto Temari saat bersama Itachi. Ada banyak
sekali, bahkan ada foto Itachi sedang mencium kening Temari, mungkin itu foto
lama. Shikamaru meremas foto
itu. Ada juga Foto Temari dan Itachi disebuah Mall, terlihat Temari mengenakan
dress panjang yang dibelikan Shikamaru untuknya saat mengetahui kalau Temari
sudah hamil. Sepertinya
itu foto yang baru diambil. Shikamaru semakin emosi.
"Tega
sekali kau Temari," Shikamaru berkata lirih sambil menyobek-nyobek foto
Itachi dan Temari.
Sementara itu....
"Gimana
Kankuro? Sudah berhasil?"
"Beres,
Nee-chan"
"Haha
baiklah, ayo lanjutkan kerja kita"
***
"Tandatangani
ini sekarang!" bentak Shikamaru sambil melemparkan dokumen kearah Temari.
"Apa
ini?"
"Surat
cerai! Aku salut kepadamu, berselingkuh
dibelakangku" ujar Shikamaru dengan tatapan menusuk.
"Bukannya
kau yang berselingkuh duluan?" Temari berbicara dengan mata berkaca-kaca.
"Aku
tidak pernah berselingkuh!"Seru Shikamaru yang tidak memperhatikan raut wajah
Temari.
"Baca
inbox dan sent items handphonemu beberapa hari
yang lalu, maksudnya apa hah? Ino sayang, Ino my sweety, menjijikan! Padahal
kau sebentar lagi menjadi ayah, Shika..." Ucap Temari kali ini
air matanya menetes membasahi pipinya.
"A-pp-aa?
Shikamaru
mengecek Hand-phonenya. “Aku
tidak merasa mengirim ini."
“Sekarang kau pura-pura tidak mengerti? Aku akan menandatangani surat cerai
kita besok, aku mau tidur dulu,
aku lelah
sekali"Ujar Temari sambil
menghapus airmatanya. Temari
langsung meninggalkan Shikamaru yang masih mematung diruang tv.
"Berhasil"
ucap Temari senang, lalu tidur.
***
"Mana
suratnya?" tanya Temari ketus kepada Shikamaru yang baru bangun tidur.
Semalam, Shikamaru tidak tidur dikamar mereka, melainkan tidur di sofa karena
pertengkaran mereka.
"
Aku merobeknya, aku tidak mau bercerai darimu." ucap Shikamaru lirih matanya menatap Temari yang sedang
sarapan, dan yang membuat Shikamaru kesal adalah secangkir kopi disamping
piring Temari.
"Aku
pernah mendengar, suami berselingkuh ketika istrinya hamil, miris sekali." Temari terus memakan
rotinya tanpa memandang sang suami yang berada didepannya.
"Aku
tidak selingkuh dengan Ino, dia kan sudah bertunangan dengan Sai, aku tidak
akan merebut tunangan orang, toh aku sudah punya istri."
"Buktinya
sudah jelas Shika." Temari pergi dan membanting pintu yang tidak berdosa .
Lagi dan lagi meninggalkan Shikamaru yang sedang berdiri mematung, memikirkan
nasib pernikahannya.
Dikantor,
Shikamaru tidak berniat menyelesaikan laporan miliknya, pikiran nya tertuju
kepada Temari Temari dan Temari. Dia sangat merindukan saat-saat pertama kali
mereka menikah, saat dia mengetahui bahwa Temari hamil. Ya, Shikamaru memang
bukan tipe pria romantis, dan menganggap semua hal merepotkan. Tapi dia sungguh
merindukan Temari yang dulu.
Drttttt...drttt
One Message Received
From:
Istriku
(+628XXXX)
Kau dimana?
To:
Istriku
(+628XXXXX)
Dikantor, banyak laporan yang harus ku
selesaikan. Kau dimana?
Drtt...Drttt
From:
Istriku
(+628XXXXX)
Oh, aku dirumah, pulang kantor, langsung
pulang ya. aku sudah menyiapkan surat cerai yang baru dan aku ingin mengatakan
sesuatu.
Shikamaru tidak mau membalas sms Temari jika
berkaitan dengan kata cerai. Ingin sekali dia merobek surat cerai itu didepan
wajah Temari. Sungguh, dia tidak ingin bercerai.
"Kau
selingkuh?" ujar rekan sekantor Shikamaru berbadan Gendut, sambil
memakan kripik kentang ditangannya.
"Tidak,"
"Gosip
sudah menyebar, Shika. Aku tidak menyangka kau selingkuh disaat istrimu sedang
hamil,"
"Itu
tidak benar." Satu
lagi masalah Shikamaru, dia harus menghadapi gosip yang sudah tersebar itu.
Benar-benar
merepotkan!
Sepulang
dari kantor, Shikamaru langsung pulang, seperti yang dikatakan Temari.
Shikamaru heran, melihat rumahnya mendadak gelap. Pasti Temari belum pulang,
pikirnya. Saat menutup pintu dia dikagetkan dengan suara lantang milik Temari.
"Tanda
tangani sekarang," Shikamaru
merobek kertas itu didepan Temari, membuat Temari terbelalak kaget.
"Aku
tidak mau!" jawab Shikamaru ketus. "Aku tidak mau kita pisah.
Aku-" Shikamaru kemudian memeluk Temari erat.
SURPRISEEEEE
!
Mendadak
lampu yang semula gelap, menjadi terang. Shikamaru cengo melihat tampilan
rumahnya yang berubah mendadak menjadi ruang pesta lengkap dengan
hiasan-hiasan. Semua teman-temannya ada disana termasuk Shikaku dan Yoshino,
orang tua Shikamaru serta Sabaku Rei dan Karura, orang tua Temari. Temari yang
berada dipelukan Shikamaru bergetar tidak bisa menahan tawanya. Sementara Shikamaru
masih cengo, bingung dengan semua yang terjadi.
Ada
apa ini? Kenapa banyak orang ? Pertanyaan Shikamaru terjawab setelah melihat
tulisan besar dinding bertuliskan "HAPPY BIRTHDAY SHIKAMARU"
Dia ulang tahun? Astaga dia melupakan hari
ulang tahunnya sendiri.
"Otanjoubi
Omedetou sayang, hahaha," Temari melepaskan pelukannya dan mencium pipi
Shikamaru singkat, sambil tertawa dan memberikan kado ke suami tercintanya.
"Temari,
kau-, argh merepotkan! Kau sukses membuat aku gila, Nyonya Nara !" seru
Shikamaru, dia yang memiliki IQ diatas rata-rata ternyata dengan mudahnya masuk
kedalam perangkap istrinya.
Dia
telah ditipu istrinya selama lima hari.
Ternyata semuanya adalah skenario yang disusun oleh Temari. Temari sengaja
menelepon Itachi untuk datang membantunya
menyiapkan ulang tahun
Shikamaru, dan meminta Itachi
untuk berfoto mesra bersamanya setelah meminta ijin ke tunangan Itachi tentunya, kemudian memasukan ke laci meja riasnya, dan meminta Kankuro untuk
memancing Shikamaru agar membuka laci itu. Kemudian, Sms sms dihandpone
Shikamaru untuk Ino, Temari telah meminta Ino untuk membalas setiap sms yang
ada dia kirimkan ke hp Ino dengan menggunakan hp Shikamaru, seolah-olah
Shikamaru dan Ino sedang berpacaran, dan juga meminta teman-teman sekantor
Shikamaru untuk memanas-manasi Shikamaru, dan sepertinya Temari sukses.
"Wah-wah
ada yang dikerjain nih," seru Naruto sambil mengedipkan matanya.
"Gimana
pancinganku?" tawa Kankuro mengelegar disambut cekikikan cool milik Gaara.
"Bagus
dan merepotkan,"
"Ayo
tiup lilin!" seru Yoshino, ibu Shikamaru
sambil membawa kue tart yang bertuliskan Happy Birthday Shikamaru.
"Tiup
lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga... Sekarang juga .
Sekarang jugaaa!" semua
orang yang berada diruangan itu kompak menyanyikan lagu tersebut.
Kemudian Shikamaru menutup matanya, make a
wish dan meniup lilin berangka 25 tersebut.
Setelah
semuanya mengucapkan selamat ke Shikamaru dan pesta telah selesai, Temari
kembali bersikap manja ke Shikamaru.
"Bagaimana
actingku?" tanya Temari
genit sambil menyandarkan kepalanya kebahu suaminya.
"Merepotkan"
dengus Shikamaru kesal, walaupun dia sebenarnya senang karena sang istri telah
menyiapkan semuanya lama untuk dirinya.
"Maaf,
maaf." ujar Temari sambil cekikikan tidak jelas.
“Temari kau benar-benar menangis malam itu?” tanya Shikamaru
sedikit khawatir.
“Ya... Aku menangis” jawab Temari sendu.
“Benarkah?” Tanya Shikamaru
“Hahhaaa.... Itukan bagian dari Acting.” Seru Temari sambil
tertawa.
"Temari,
kau benar-benar meminum kopi itu?" tanya Shikamaru khawatir, lebih khawatir dari
saat pertanyaan pertama.
"Tentu
saja tidak, itu kan bagian dari acting juga"
Shikamaru
mengelus perut Temari kemudian berkata "Nak, ibumu menjahili ayah, merepotkan" dia berbicara
dengan lembut, "kau ingin sesuatu?," lanjutnya sambil menggenggam
tangan Temari. Temari hanya tertawa mendengar penuturan Shikamaru.
"3
bulan lagi putra kita akan hadir ditengah-tengah kita" ucap Shikamaru
"Iya..
Aku ingin dipeluk,"
"Itu
keinginan anak kita atau
keinginanmu?,"
"Dua-duanya."
jawab Temari dengan nada manja.
Kemudian
tangan kekar Shikamaru memeluk Temari, mengecup keningnya.
"Hey
Temari, aku mencintaimu."
"Aku
juga,"
CUP-
Pasangan
itu menikmati ciuman mereka dan menikmati kemesraan diantara mereka dihari
ulang tahun sang pria. Diusia ke 25 ini Shikamaru sudah memiliki istri yang
disayangi nya dan calon putra mereka yang sebentar lagi lahir ke dunia,
kehidupan yang mapan, dan dikelilingi oleh orang yang sayang kepadanya.
Kehidupan yang menyenangkan bukan?
THE END
Tittle : Can I ?
Cast : Shikamaru Nara
Temari
Genre : Anda yang bisa menilai ._.
Suara sisa-sisa air
hujan yang masih tersisa di genting menetes begitu saja dengan seenaknya, angin
dingin belum juga ingin beranjak pergi dari tempat ini seolah masih ingin
tinggal lebih lama , tetapi langit mulai sudah mulai menampakan cahaya seperti
bayi yang berhenti menangis karna dot mainannya hilang, langit seperti bayi...
Sepertinya dia ( langit ) sudah lelah menangis semalaman..
"aaah aku masih
malas untuk beranjak dari tempat tidur " sambil menyelimuti dirinya
kembali dengan selimut
"shikamaru, ayo
cepat turun! Kau harus segera bersiap! Ayo cepatlah , mengapa kau malas sekali
seperti ayahmu hah? Setidaknya kau harus lebih baik dari dia apa kau
tau?!" terdengar ibu Shikamaru berteriak2 memanggil Shikamaru yang pemalas
itu untuk segera bangun dari mimpi indahnya semalam
"Dasar wanita,
selalu saja mengomel setiap pagi, setiap hari, apa tidak ada waktu yang lain?
Daripada wanita itu mengomel lebih lama, lebih baik aku segera bersiap"
Shikamaru kemudia beranjak dari tidurnya seraya menggeliatkan tubuhnya terlebih
dahulu. Karna dirasa tenaga nya sudah berkumpul, dia mulai merapikan tempat
tidur beserta selimutnya
setelah selesai
merapikan tempat tidur serta membersihkan dirinya ia makan pagi bersama ibu dan
juga ayahnya.
Ini adalah kebiasaan
dirumahnya setiap hari, ibunya Shikamaru melarang dia dan ayahnya untuk keluar
rumah sebelum mereka membersihkan diri dan sarapan terlebih dahulu
"ini, makanlah
ikan. Kau harus banyak makan, lihat betapa kurusnya dirimu . Bagaimana jika ibu
tak memasak untuk kalian? Apa kalian akan mati kelaparan?" tanya ibu
Shikamaru kepada dia dan ayahnya itu
Ayah shikamaru
mendelik kepada Shikamaru seraya tersenyum kecil. Shikamaru tau apa yang
dipikirkan ayahnya, iya dan ayahnya selalu berpikir sama tentang ibunya
" cerewet "
ucap mereka bersamaan
"kalian itu,
selalu saja sama . Bosan ibu berbicara setiap hari jika kalian tidak
mendengarkan ibu, huh " dengus ibu Shikamaru dengan kesal
ini sudah rutin
terjadi setiap pagi dirumah hangat keluarga Nara , setiap orang yang melihat
tingkah keluarga ini pasti akan terkekeh-kekeh karna tingkah ayah shikamaru dan
Shikamaru
setelah selesai
sarapan, ia segera berpamitan kepada ayah dan ibunya untuk menyelesaikan misi
dari hokage ke-5
· Saat
berhadapan dengan Tsunade
"Shikamaru..
Apakah kau sudah tau misi apa yang akan ku berikan kepadamu?" tanya
Tsunade pada Shikamaru dengan tampang serius
"tidak, tapi aku
harap misi itu tak terlalu merepotkan" jawab Shikamaru santai
"haha , aku tau
kau pasti akan menjawab begitu . Tidak, misi ini tidak terlalu merepotkan untuk
ukuran IQ sepertimu" timpal Tsunade
"baiklah,
serahkan saja padaku"
"aku percaya
padamu"
"aku mempunyai
firasat buruk ._." fikir Shikamaru . Dia berfikir bahwa akan ada sesuatu
yang buruk terjadi padanya
Dan tiba-tiba seorang
wanita datang dengan rambut yang diikat dan membawa kipas besar.
" Aaaah wanita
ini lagi" fikir Shikamaru
"baru saja
semalam aku bermimpi tentang dia, mengapa sekarang aku bertemu denganmu lagi?
TT aku bosan bertemu denganmu terus"
"apa kau fikir
aku senang bertemu denganmu?. Apa? semalam kau bermimpi tentang aku? Bermimpi
tentang apa? Ah mungkin karna sebelum tidur kau memikirkan aku, jadi aku
terbawa kedalam mimpimu! Apa yang kau impikan ha? Jangan macam2!"
"apa2an kau ini
? Kenapa bertanya begitu banyak? Dasar cerewet"
"temanku tidak
begitu, dia wanita yang cukup tak banyak bicara. Dan wanita itu harusnya
seperti dia"
"hah? Siapa itu?
Apa kau menyukainya? Jika semua wanita seperti dia . Itu bukan wanita! Wanita
itu memang kodratnya begini, banyak omong , cerewet. Apa kau mengerti
hah?"
"sudahlah jangan
terlalu banyak bicara. Telingaku sakit mendengar suaramu"
"hum dasar
pria" jawab Temari meledek
"ngomong2 ,
mengapa kita dalam satu tim. Apa misi yang harus kita tuntaskan?"
"aku sama sekali
tidak tau, Gaara yang menyuruhku menuntaskan misi"
"si anak kecil
itu..."
"heh, dia sudah
dewasa!"
"ah baiklah,
daripada berdebat denganmu membuatku lebih pusing lebih baik kita berdamai
saja"
·
Tsunade
POV
"haha, shikamaru
harus dikerjai seperti ini. Anak itu terlalu serius, semoga saja dia menikmati
misinya kali ini" Tsunade terkekeh "ah, nona tsunade bisanya hanya
mengerjai orang saja" suzune menimpali
"Anak itu kali2
harus di kerjai hahahaha"
·
kembali
ke Shikamaru dan Temari
"Whaaaa apa2an
ini! Mengapa misinya menjaga anak nakal kecil ini?" Shikamaru keheranan
"entahlah, aku
fikir Misi ini memang sengaja ditujukan untuk kita" Temari menimpali
"hey kau anak
kecil, jangan pipis disana!"
"hahaha,
Shikamaru kau lucu sekali! Berusahalah untuk tetap manis dihadapan anak kecil.
Bagaimana kau mau menjadi ayah kalau begini? Hahahaha"
"Sudahlah, aku
pusing. Kau urus saja anak kecil ini"
"kau! Ini misi
kita berdua! Dasar lelaki malas!" Temari kemudian mendaratkan jitakan
bertubi2 ke kepala Shikamaru
"hey hey hey
sudah!"
Sementara itu, anak
kecil yang dimaksud adalah anak bernama Michi. Anak berusia 4 tahun yang sangat
menggemaskan
Saat mereka berhasil
menidurkan si Michi-kun itu , shikamaru merebahkan dirinya diatas kursi panjang
dan memandang awan seperti yang biasa dia lakukan , fikirannya menerawang jauh
tentang apa yang akan dilakukannya bila nanti dia menjadi seorang ayah. Awan
putih dan langit biru berkonspirasi menjadi simphoni yang indah . Panasnya
matahari tak terlalu terasa siang itu.
Temari mendatangi
shikamaru dengan wajah yang sama lelah
"apa kau haus?
Aku bisa membuatkanmu sesuatu" tawar Temari
"ah tidak,
begini saja rasa haus dan lelahku telah hilang. Dengan begini rasanya semua
terbayarkan"
"hummmm"
(Shikamaru beranjak
duduk dan mendekatkan wajahnya pada Temari)
"apa kau
lelah?" tanya Shikamaru dengan wajah yang hanya beberapa cm dari wajah
Temari
Wajah Temari memerah
, jantungnya berdegup kencang , kemudian dia memalingkan tatapannya dari wajah
Shikamaru
"heeey kenapa
kau seperti itu? Kau fikir aku akan berbuat apa?" tanya shikamaru malas
"kaaaau!!!"
Temari menjambak2 rambut Shikamaru kesal
"memang apa yang
kau harapkan hah??!" tanya Shikamaru mulai serius
"....."
·
Keesokan
harinya
"bagaimana
misimu Kemarin Shikamaru?" Tanya Choji sepanjang jalan dengan memakan
Keripik kesukaannya, hingga gigitannya itu menghasilkan suara yang renyah
"ummm, lumayan
sukses" jawab Shikamaru malas
"kelihatannya
kau kurang senang Shikamaru?"
"tidak, aku
kemarin sangat menikmatinya, dan misinya juga berjalan sukses"
"ummm
baguslah"
"yaaah...
Tepatnya kurang sukses" ucap Shikamaru dalam hati
"Seharusnya
kemarin aku melakukannya! Aku bodoh sekali!" Shikamaru terus saja berkata
yang sama berulang2 kali
Seharian itu
Shikamaru hanya bisa bermain catur dengan sedikit tidak berkonsentrasi,
fikirannya melayang pada hari kemarin.
Pada saat dia pulang
kerumah pun dia hanya melamun , hingga pertanyaan ibunya pun tak di hiraukan
"Shikamaru, apa
kau lapar? Ibu membuat kue beras manis, apa kau mau mencobanya?"
"...."
"Shikamaru,
jawab ibu"
Shikamaru hanya duduk
di meja makan dengan bertopang dagu , raganya ada disana . Tapi fikirannya
melayang entah kemana
"shikamaru!"
bentak ibunya
"kau pura2 tidak
mendengar ibu hah?!"
"ah. Um, bukan
begitu bu" gugup
"apa yang kau
fikirkan hah?"
"ti..
Tidak"
"ayolah jujur
saja pada ibu"
"emm.. Begini
bu.."
"yaaa?
Lanjutkan"
"aku menyukai
seorang wanita" tampang malu2
"yak! Kenapa kau
tidak bilang? Baka-ttebayo (?) xD"
"a, anu bu"
"bagaimana
wanita itu? Apa dia cantik?"
"tentu
sajaaaa"
"haaahhh ibu
bersyukur kau masih menyukai wanita Shikamaru!" berlalu dengan mengusap2
kepala Shikamaru
"haaaaah ibu itu
=,="
·
Shikamaru
POV
Hujan masih mengguyur
Konoha dalam beberapa hari ini , tempat-tempat berjualan makanan hangat dan
minuman hangat semakin laku saja. Dengan cuaca yang begitu dingin, orang2 yang
pergi maupun di dalam rumah tetap memakai baju hangat yang berlapis2 tebalnya.
Tangan yang hangat menuntunku untuk segera keluar dari kedinginan.
"Kenapa kau diam
saja? Disini dingin"
"ummm, aku
menunggumu"
"sekarang aku
sudah datang, ayo cepat pakai syal ini, aku tidak ingin kau kedinginan"
(sambil memakaikan syal pada leher Shikamaru . Sementara Shikamaru hanya bisa
menatap mata Temari begitu lekat)
"kenapa kau
menatapku seperti itu? Bagaimana? Sudah hangat?"
"Bajumu terlalu ketat,
umm, (menarik Temari kepelukannya) begini baru hangat . Lain kali jangan
terlalu ketat pakaiannya, aku tidak ingin kau dilirik oleh pria lain"
"(pipinya
memerah) kauuu... "
"kemari, peluk
aku dengan seksi , jangan dilepas, nanti aku kedinginan, cium aku dengan bibir
tipismu..."
"...."
"Can I ?"
(mendekatkan bibir nya pada Bibir Temari)
"Yeah, just do
it babe"
*chuuuuuu~~~
End
Happy reading
Nara Shikamaru, 23
tahun. Seorang polisi muda yang sangat jenius dijodohkan dengan Sabaku No
Temari, 20 tahun, model. Mereka menikah atas dasar perjodohan dari kedua
almarhum ayah mereka masing masing yang notabene-nya bersahabat sejak kecil.
Temari awalnya menolak perjodohan ini, hingga saatnya shikamaru meyakinkan
temari bahwa pernikahan ini hanya sandiwara. Walaupun shikamaru tak mencintai
temari, tapi dia bersikap layaknya suami pada temari.
Mereka tinggal di
sebuah apartment besar di Konoha. Yoshino, yang tak menyetujui dan sekaligus
tak menyukai Temari pun ikut tinggal di apartment tersebut. Untuk memastikan
bahwa shikamaru tak benar benar menyentuh temari.
Setiap harinya
yoshino terus saja membentak temari, menghinanya dan mengatainya manja,
pemalas, dan tak becus jadi istri. Shikamaru yang tak mau masuk dalam hal
merepotkan ini pun hanya bisa melerai keduanya. Temari pun hanya bisa diam
saja. Dia terlalu takut untuk menjawab ibu mertuanya itu.
Hingga pada suatu
saat…
“Dari dulu juga ibu
tidak suka dengan dia, shika. Dia manja, dan sangat malas. Bagaimana bisa
mengurusmu dan keluarga kalian!” teriak yoshino menggema di dapur. Memarahi
anak semata wayangnya karena telah menyetujui perjodohan dengan gadis sabaku
itu. Yoshino memang tidak setuju dengan pernikahan ini, pernikahan yang diatas
dasari ‘perjodohan’ antara shikaku Nara dan Sabaku Rei. Hanya demi amanat
almarhum suaminya tercinta lah dia rela menikahkan shikamaru dengan gadis itu.
Temari yang
mendengarnya hanya menunduk. Kesal memang punya mertua cerewet seperti yoshino.
Untung saja dia ada di kamar sehingga shikamaru tidak melihat guratan kesedihan
di wajah cantiknya itu. Tiba tiba pintu kamar terbuka, dan muncul lah sosok
shikamaru yang sedang memijat kepalanya pening. Shikamaru Nampak terkejut
melihat sang isteri yang sedang duduk di tepi ranjang sambil membereskan baju
shikamaru.
Perlahan dia
mendekati temari dan duduk di sampingnya. “Jangan dengarkan kata ibu, mungkin
dia hanya sed..” belum selelsai shikamaru berbicara, temari pun berdiri dan
menjawab “Tidak apa apa..” sambil tersenyum manis.
‘aku sudah biasa’ lanjutnya dalam hati. Shikamaru hanya
melihat punggung temari dengan nanar.
“oh iya, kau
berangkat jam berapa?” Tanya temari. Shikamaru berdiri lalu mengambil handuk
yang tergantung di balik pintu kamar. “mungkin sebentar lagi” jawabnya lalu
masuk ke dalam kamar mandi.
-
Shikamaru telah pergi
ke kantor. Hanya temari dan yoshino lah yang berada dirumah. Temari keluar dari
kamar setelah selesai mandi dan beres beres kamar.
“Bagus ya, jam segini
baru bangun. Mau jadi ibu rumah tangga macam apa kau ini? Kerjamu hanya tidur,
makan, dan pergi keluar. Kau lupa kau sudah berkeluarga nona cantik? Lihat
pekerjaan dapur! Masa setiap hari harus mertua yang mengerjakannya!” semprot
yoshino sambil berkecak pinggang menghadap temari. Temari terkejut. Dia hanya
bisa memandangi mertuanya dengan tatapan takut.
“masih diam saja? Heh
kau ini bisu apa? Mertua ngomong tuh dengar dengan telinga!” ujar yoshino
sambil mendekati temari dan menatap tajam gadis itu. Dengan segenap keberanian,
temari menatap mertuanya itu.
“ibu, aku sudah
bangun dari jam 6 pagi, aku baru saja menyelesaikan tugas beres beres kamarku.
Sebentar lagi aku harus ke studio, ada jadwal pemotretan..” jawab temari
“aku tidak akan
mengijinkanmu keluar rumah sebelum kau menyelesaikan tugasmu di rumah” ujar
yoshino dan berlalu menuju kamarnya. Temari mendesah pelan, berat memang
kehidupan temari yang sekarang. Selalu saja serba salah. Dengan sabar, dia
menuju dapur dan mulai mencuci piring.
Temari hanya punya
waktu sekitar tiga jam untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Jam 11 dia harus
sudah tiba di studio. Tiba tiba ponselnya berbunyi dan dengan cepat temari
mengangkat telepon dari sahabatnya itu.
“Hallo, temari? Kau dimana?” suara sakura, dari seberang
“aku masih dirumah,
aku sedang menyapu rumah. Nanti kalau sudah selesai aku telpon lagi.” Jawab
temari sedikit sedih, terdengar dari nada bicaranya.
“pasti ibu mertuamu itu lagi ya” ucap sakura. Temari
mendadak berhenti
“walaupun begitu aku
tetap menyayanginya, sudah ya. Nanti ku telpon” jawab temari
“yasudah, sampai jumpa”
Temari memandang
kosong ke depan. Dia sedang meyakinkan bahwa dia menyayangi ibu mertuanya. Iya,
harus.
-
“ibu, aku berangkat
dulu ya. Sakura sudah menungguku di bawah” pamit temari sambil memakai high
heelsnya. Yoshino pun hanya acuh menonton tv. Temari menghela nafas tegar dan
berbalik menutup pintu apartment.
“maaf sakura, kau
pasti menungguku lama.” Ujar temari sembari memasang sabuk pengamannya.
“Tidak apa apa, sudah
biasa. Iya kan?” goda sakura. Temari hanya tersenyum kecut.
“dia memang
menyebalkan, tapi dia tetap mertuaku. Huh” jawab temari sambil mengerucutkan
bibirnya. Sakura hanya terkekeh mendengar keluhan sahabatnya itu. Dan mereka
pun melaju ke studio.
-
“Hey shika, bagaimana
kabarmu?” Tanya naruto. Saat shikamaru baru saja duduk ke mejanya. “aku baik,
kau sendiri? Oh iya katanya bulan depan kau akan menikah, kenapa tak
memberitahuku bodoh?” kata shikamaru
“haha bukannya tidak
membertahumu, kau kan teman seperjuanganku, jadi aku mengundangmu dengan
special. Kau, neji, sasuke, sai dan yang lainnya pasti aku undang. Hanya saja
dengan undangan yang special” jawab naruto. “oh iya bagaimana keadaan istrimu?”
Tanya naruto.
Shikamaru tersenyum
tipis “dia baik, kenapa?” jawab shikamaru. “Tidak, errr rumah tangga kalian
sudah hampir satu tahun, tapi kenapa dia errr belum err.. hamil?” Tanya naruto
hati hati. Shikamaru mendadak terdiam, dan memandang kosong map yang berada di
tangannya.
“mungkin belum
waktunya.” Jawab shikamaru sambil tersenyum, sedih.
-
Istirahat pun tiba.
Hinata, tunangan naruto pun memasuki kantor tempat naruto dkk bekerja.
Dilihatnya naruto yang sedang duduk sambil menerima telepon dari
seseorang.
“na..naruto-kun,
aku.. membawa bekal untukmu.” Ucap hinata lembut sambil menyerahkan bekal yang
terbungkus cantik. Naruto terlihat bahagia dan menerima bekal tersebut lalu
mengajaknya keluar. Shikamaru hanya memandang iri pada pasangan tersebut.
“andai saja temari
begitu.” Harapnya. Tunggu, apa? Shikamaru bilang apa?
“eh.. ngapain aku
bilang begitu, toh masih ada rekanku yang lain yang bisa aku ajak makan
bersama. Hah merepotkan”gerutunya seperti orang gila saja, bicara sediri.
-
Sementara itu, di
cafe. Sakura dan temari sedang asik makan. Sesekali mereka tertawa karena
merasa lucu dengan teka teki atau pelesetan dari lawan bicaranya.
“oh iya, kau tahu?
Senior yang berambut hitam panjang dan berbulu mata lentik itu kemarin
mendatangiku di studio, dia menanyakanmu lagi, temari.” Ucap sakura sesaat
setelah tawa mereka reda. Temari terlihat berfikr. Senior yang berambut hitam
panjang dan berbulu mata lentik? Bukankan itu itachi?
“untuk apa?” Tanya
temari bingung. “sepertinya dia menyukaimu. Setiap kita bertemu dia, aku selalu
melihatnya tersenyum sambil memandangmu.” Jawab sakura. Temari melepaskan
tangannya dari keyboard laptop.
“aku sudah
berkeluarga..” ucap temari yakin
“siapa? Siapa yang
berkeluarga?” seorang pria berkulit tan dan punya tato taring di kedua pipinya
pun duduk di sebelah sakura, kiba.
“eh? Kiba? Err itu,
anjingku.” Jawab temari gagap. Temari memang menyembunyikan pernikahannya.
Kecuali pada sakura, karena temari menganggap bahwa dia terlalu muda untuk
mendapatkan status sebagai ‘ibu rumah tangga’ kiba menyerngit kan dahinya.
“kau punya anjing?
Kenapa tidak kau kenalkan pada akamaru. Benarkan akamaru?” ujar kiba sambil
mengusap anjing besarnya. Akamaru menggonggong tanda dia setuju.
“err.. itu..
karena..”
“sudahlah, tugasnya
masih banyak. Heh kiba, ayo traktir. Kau kalah taruhan kemarin. Iruka sensei
benar benar meminum vinegar itu demi aku, ayo cepat belikan aku burger. Dua
dengan temari. Jangan yang pedas.” Ucap sakura mengalihkan topic pembicaraan.
Kiba yang sepertinya tak terlalu ngeh pun hanya mendengus kesal saat sakura
memaksanya membelikan burger.
“nih. Kalau begitu
mari kita taruhan lagi. Kali ini pasti aku menang.” Ucap kiba membanggakan
diri.
“kau yakin tuan
bertaring?” Tanya sakura, sedikit menggoda.
“tentu saja.
Bagaimana?” Tanya kiba. Temari hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali
mengetik tugasnya.
-
“Aku pulang..” temari
memasuki apartment nya dan melepas high heels tingginya. Dia memasuki ruang
keluarga dan tak menemukan ibu mertuanya yang biasanya mengomeli temari habis
habisan karena pulang telat. Sementara dia harus memasak untuk mereka bertiga,
dengan shikamaru.
“ibu kemana..”
gumamnya.
Temaripun masuk ke
kamarnya dan mengganti baju. Dia buru buru membuka laptop dan browsing tentang
makanan pavorite shikamaru. Dia mencari resepnya. Dia ingin memanjakan
suaminya, sekali sekali.
Mackerel miso.
Makanan kesukaan shikamaru.
Setelah dapat, dia
pun mem-print nya dan menyiapkan bahan bahan dan siap terjun ke dapur.
Setelah sekian lama
dia berkutat dengan wajan, minyak, garam dan rempah rempah lainnya di dapur,
temari pun langsung menyiapkan piring dan menatanya dengan cantik.
“setelah ini mandi
dan menunggu ibu juga shikamaru pulang.” Ujarnya senang. Temari pun memasuki
kamarnya dan mandi lalu memakai baju yang sedikit lebih bagus dari biasanya.
Dress peach yang cantik dan anggun. Hari ini tepat satu tahunnya pernikahannya
dengan shikamaru.
Temari duduk di sofa
ruang keluarga, menunggu sang suami dan mertua pulang. Sudah hampir jam 9 tapi
shikamaru dan mertuanya belum pulang. Apa shikamaru lembur? Kalau di telpon,
itu bukan surprise.
Menelpon yoshino?
Siap siap jadi janda.
Temari mulai mengantuk,
jam menunjukan jam setengah sebelas. Dinernya pun sudah sangat dingin, dengan
tidak sengaja, diapun tertidur di sofa.
-
Shikamaru dan Yoshino
memasuki apartment. Dilihatnya lampu masih menyala.
“Ya ampun, dasar
gadis manja, boros sekali menyalakan lampu malam hari. Aduh aku pusing, aku
tidur duluan saja kalau begitu.” Ujar yoshino sambil berjalan menuju kamarnya,
dia tak melihat ada temari di sofa. Shikamaru mengamati seisi rumah dan tak
medapati temari, dia tersentak mendapati temari yang sedang tertidur di sofa.
“heuh, anak ini,
selalu ceroboh” ujar shikamaru sambil menggendong temari menuju kamar mereka.
Menidurkannya di ranjang. Shikamaru masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya.
Dia merasa haus dan berjalan meuju dapur. Matanya terbelalak saat melihat
makanan pavoritenya tersedia di meja makan.
“a..apa ini temari
yang masak?” tanyanya pada diri sendiri. Dia terbelalak melihat resep yang
berada di atas meja bar. Ini benar, temari memasak untuknya. Shikamaru benar
tak mengingat hari ini, dia mengambil air mineral dan langsung masuk ke
kamarnya.
“Kau baru pulang?”
shikamaru tersentak saat mendapati temari sedang duduk di tepi ranjang sambil
mengucek matanya. Shikamaru mendekatinya.
“ya, kau terbangun
karenaku?” Tanya shikamaru. Temari menggeleng lalu memasuki kamar mandi untuk
mengganti baju.
-
Hari minggu. Hari
yang cocok untuk bersantai bagi sebagian orang—kecuali Temari. Dari jam 7 tadi
dia masih berkutat dengan piring kotor dan dinnernya yang tak termakan. Mubazir
sekali. Sudah basi pula. Dia menghela nafas lalu membuang mackerel misso
tersebut ke tong sampah.
“Bagus ya! Bisanya
buang-buang makanan! Beli makan itu pakai uang! Belum tentu orang yang di luar
sana bisa membeli makanan enak seperti itu nona!” Cecar Yoshino. Nah kan, mulai
lagi.. fikir temari.
“Tapi mackerel misso
ini sudah basi, bu” jawab temari pelan.
“Mackerel miso?
Dimana?” Tanya shikamaru yang baru saja keluar kamar. Mendengar makanan
pavoritenya di sebut-sebut.
“itu, di tong
sampah.” Jawab yoshino dan berlalu pergi ke luar apartement. Sepertinya dia
akan pergi ke supermarket.
Shikamaru memandang
temari meminta penjelasan atas kata ibunya tadi. Temari memandang shikamaru.
“Mackerel miso nya
sudah basi, dan aku sengaja membuangnya..” ucap temari sambil menunduk. Shikamaru
mengingat kejadian semalam, dia pun tersenyum.
“Kita bisa membuat
yang baru.” Jawab shikamaru sambil tersenyum. Temari mengadah.
“Benarkah?” tanyanya
sumringah. Shikamaru lantas mendekatinya sambil tersenyum dan menyiapkan
bahan-bahan.
-
“Aduh.. anak itu
selalu saja membuat onar. Masa makanan masih utuh di buang bgitu saja? Bukannya
bisa di hangatkan? Dasar pemalas! Bisanya hanya memperlihatkan perut dan paha
saja!” gerutu yoshino dari tadi sambil memilih-milih bahan masakan dan
keperluan rumah tangga. Dia terlihat seperti orang gila, bicara sendiri. Bahkan
orang-orang yang melihatnya sempat tersenyum aneh.
“apa lagi ya yang
harus di beli?” Tanya nya pada diri sendiri.
“Ah, wortel!”
lanjutnya.
‘BRUUKK’
“Aw!!!! Adu..duh aduh
pinggangku sakit!” keluhnya sesaat setelah bertabrakan dengan seseorang.
“gomen-ne.. eh? Bibi
yoshino?”
Yoshino menoleh ke
belakang masih dengan memegang pingganganya yang kambuh, biasa, encok.
Perlahan matanya
berbinar.
“Eh? Ino. Kau ino
kan?” Tanya nya senang
“Iya ini aku bi, apa
kabar?” Tanya ino sambil memeluk Yoshino. Yoshino pun memeluk Ino balik.
“Bibi baik sekali,
kau makin cantik saja.”
“ah bibi bisa saja,
oh iya bagaimana keadaan Shikamaru? Ku dengar dia sudah menikah”
Senyum pun pudar dari
bibir Yoshino. Ternyata ino sudah tau kalau Shikamaru menikah. Tadinya Yoshino
ingin Shikamaru menikah dengan Ino, tapi kalau begini ino pasti tidak mau.
“Ya.. begitulah. Kau
sendiri? Sudah punya pendamping?”
“haha belum, aku
masih mau focus pada proyek taman bunga ku di amerika.”
“Ohh kau tinggal di
amerika?”
“Iya bi”
“Lalu kau di jepang
dengan siapa?”
“Aku di hotel.” Ting.
Lampu neon pun menyala di atas kepala Yoshino.
“Di hotel buang-buang
uang saja Ino, bagaimana kalau kau tinggal dengan kami?”
“hah? Kami? Bibi dan
Shika? Bagaimana dengan istrinya? Aku tak enak bi~” Ino menggaruk tengkuknya
yang tak gatal.
“Ahh sudah biarkan,
dia pasti menerima saja.”
“eh? Yasudah
kalo..begitu”
Yoshino hampir
meloncat kegirangan saat Ino menerima ajakannya. Ini bisa di jadikan senjata untuk
membuat hubungan Shikamaru dan Temari jauh. Dan mereka cepat-cepat bercerai.
-
Temari meregangkan
ototnya yang kaku. 3 jam lebih dia berkutat dengan kamera. Membuat bibirnya
hampir sobek karena terus tersenyum. Huh menyebalkan.
“Ini.” Sakura memberikan
minuman kaleng dingin padanya.
“Terima kasih”
ucapnya.
“oh iya, pulang ini
aku mau ke toko Samui-san dulu. Kau mau ikut? ada barang baru disana. Tas yang
kita lihat kemarin di majalah” Sakura terihat antusias sambil membayangkan dia
memakai tas impiannya.
“kau lupa dirumahku
ada siapa? Bisa bisa aku diomeli semalaman” Temari berucap miris.
“Kalau begitu belikan
saja buat dia.”
“Dulu juga aku pernah
membelikannya sepatu yang ia idam-idamkan setelah melihatnya di iklan. Eh pas
aku membelikannya dia menolak mentah mentah, dia bilang dia bisa membelinya
dengan uang sendiri. Membuatku sakit hati tau.”
“haha yasudahlah,
tapi mungkin yang ini beda.”
“Terserah apa katamu.
Aku lelah”
Kring..
Temari menoleh ke
ponselnya yang berbunyi. Satu pesan, dari.. shikamaru? Dia mengirim pesan? Alis
Temari berkerut. Tumben.
From : Shikamaru
Kau sudah pulang?
Hanya pesan singkat,
tapi..berharga. bibirnya melengkung tipis.
to : Shikamaru
sudah. Kenapa kau mau menjemputku?
Send.
From : Shikamaru
Aku sudah menunggumu di bawah gedung-_- cepat kesini, aku
lapar
Temari membelalakan
matanya.
“Sakura, aku harus
duluan. Shikamaru ada di bawah.”
“hah? Tumben sekali.
Yasudah hati-hati”
-
“Kau menunggu lama?
Maaf” ucap temari setelah masuk ke mobil dan memasangkan sabuk pengamannya.
“Tidak juga, hanya
sekitar..setengah jam” Temari terbelalak.
“Ya ampun, shika. aku
minta maaf, aku kira kau tak akan menjemputku. Lagian sih kau tumben-tumbennya
mengajakku pulang bersama” Shikamaru suka menggoda Temari.
“haha tenang saja,
tidak selama itu. Memangnya kenapa? Apa seorang suami tidak di perbolehkan
menjemput istrinya sepulang kerja?” Deg. Temari terdiam, pipinya memerah.
Memang akhir-akhir ini Shikamaru lebih sering mempublikasikan kalau mereka
suami-istri, tentunya dengan perbuatannya. Seperti sekarang ini.
“Kau sakit Temari?
Pipimu memerah.” Shikamaru panic dan menempelkan tangannya di dahi Temari.
Temari menggeleng cepat dan membuang muka.
“Tidak apa-apa. Ayo
cepat jalan, katanya lapar”
Shikamaru tersenyum
penuh arti
“Baiklah, sesuai
permintaan istriku.” Temari kembali blushing.
‘shika~’
-
Hening. Itulah
suasana perjalanan suami-istri ini. Temari sedang asik mendengarkan lagu dengan
headsetnya dan Shikamaru sibuk menyetir.
“Kau marah?” Tanya
Shikamaru tiba-tiba.
“Marah kenapa?” Tanya
temari heran.
“Karena aku
memanggilmu ‘istriku’”
“tidak, bukannya kita
memang suami-istri? Walaupun atas dasar..”
“Kau pernah bilang
kalau kau tidak ingin banyak orang yang tahu.” Shika memotong ucapan istrinya.
Membuat Temari terdiam
“Kita berhenti
didepan. Aku ingin beli makanan untuk ibu” Temari mengalihkan topik, tapi
Shikamaru yang tidak mau berdebat pun hanya menurutinya.
Temari dengan cepat
memakai jaket dan topinya. Berjalan keluar mobil dan masuk ke sebuah kedai.
Disusul oleh shikamaru yang masih berpakaian polisi.
“Mau membeli apa?”
Tanya Shikamaru.
“Aku tidak tahu,
menurutmu menu malam ini apa?” Tanya Temari balik.
“beli lah
sebanyak-banyaknya. Ini malam special” jawab Shikamaru sambil tersenyum penuh
arti. Temari menatap Shikamaru bingung.
‘malam special?’
-
Pasangan itupun masuk
ke dalam apartement nya dengan membawa masing-masing satu kantong besar.
“tadaima~” ucap
mereka
“Okaeri. Shikamaru,
lihat ini siapa!” teriak dari ruang keluarga. Temari dan Shikamaru bingun dan
berjalan sedikit cepat ke sana.
Alis shikamaru
menyerngit.
“ino?” ucapnya.
“Shika! hey apa
kabar?” Temari berlali menuju Shikamaru dan memeluknya, didepan temari. Temari
hanya terdiam di belakang Shikamaru.
“eh, Temari-san kan?”
Tanya ino setelah pelukannya terlepas. Temari buru-buru tersenyum manis.
“Iya, salam kenal
Ino-san” ucap temari sopan.
“Sok manis sekali”
ujar Yoshino. Temari hanya terdiam.
“ibu, jangan memulai”
Shika melerai.
“siapa yang memulai?”
Yoshino mengerutkan dahinya tak suka
“Sudahlah, ayo kita makan.”
Shikamaru malas meladeni ibunya yang selalu tak mau kalah itu.
‘jadi ini yang
dimaksud shika malam special..’ batin Temari.
“jangan bengong
terus, Temari. Cepat siapakan makanannya!” bentak Yoshino membuat Temari
terkaget. Temari menghela nafas berat dan mulai menyiapkan makanan yang ia
beli.
Setelah bersiap,
Temari pun duduk di samping kiri Yoshino. Di depannya terdapat Shikamaru, dan
di samping Shika ada…ino. Ini semua Yoshino yang mengatur-_-
Temari menunduk.
Shikamaru melihat perubahan sikap akan istrinya itu. Padahal tadinya shikamaru
ingin menikmati makan malam berdua dengannya. Hari ini adalah hari ke-setahun
rumah tangga mereka.
“Ittadakimasu~” ucap
Yoshino dan Ino bersamaan.
“waw~ makanan nya
enak sekali. Aku sudah jarang makan makanan jepang. Di amerika sangat jarang
sekali aku menemuinya” ucap ino.
“oya? Sayang sekali”
jawab Yoshino. Dan blablabla
Mereka terus ngerumpi
dan bicara banyak
‘katanya tak boleh
bicara saat makan. Sekarang? Huh!’ rutuk Temari dalam hati. Yoshino selalu saja
memarahi Temari jika ia bicara sedikitpun saat makan, atau menerima telepon,
tertawa dan lain sebagainya. Tapi nyatanya mertuanya sendirilah yang melanggar.
“haha iya, kau ingat
waktu itu? Saat bibi membuatkan kalian kue kering. Saat kalian masih berumur 9
tahun. Kalian bilang kalian akan menikah.. haha”
DEG.
Toki no Shizuku
Jumat, 30 September 2011
Too Late
"Tepung terigu, sudah. Maizena,
sudah. Gula pasir, sudah. Telur, sudah," Temari tampak sibuk mendata
daftar belanjaannya. "Sepertinya semua sudah lengkap."
Disiapkannya alat-alat yang diperlukannya. Semenit kemudian, ia sudah mulai sibuk membuat adonan. Ya. Ia memang sedang membuat kue. Kue tart tepatnya. Hari ini, adalah hari yang special. Karena hari ini adalah hari ulang tahun kekasihnya. Nara Shikamaru. Ia ingin membuat kue tart special khushus untuknya. Apalagi yang ia dengar dari Gaara, Shikamaru dan beberapa Shinobi dari Konoha yang mendapat tugas ke Tsuna akan tiba hari ini.
Sambil bernyanyi kecil, Temari mencampur semua adonan. Diambilnya mixer untuk mengaduk adonan cake supaya tercampur rata dan mendapat tekstur yang pas. Pelan-pelan ditambahkannya fermipan dan soda kue. Berkali-kali diubahnya kecepatan mixer, menyesuaikan dengan resep yang dianjurkan. Tapi saat ia sedang mengaduk, tiba-tiba saja mixer berhenti berputar.
"Eh? Kenapa ini?" Temari mengangkat mixer. Diperiksanya kabel listrik. Masih terpasang dengan baik dengan stop kontak. Tidak mungkin mati listrik 'kan?
"Mati listrik," Gaara tiba-tiba muncul di belakang Temari.
Temari mematung mendengar ucapan adik bungsunya tersebut. What? Jadi benar mati listrik?
"Aaargghh!" Temari mengacak-acak rambutnya.
Bagaimana nasib kue tart-nya kalau mati listrik begini? Tanpa mixer bagaimana ia bisa mengaduk adonan dengan benar? Lalu, bagaimana ia memanggangnya nanti tanpa oven? Gezz… haruskah semuanya ia lakukan secara manual? Temari menatap horror ke arah adonan di tangannya.
Kami-sama…
Gaara menatap Neesan-nya tanpa ekspresi. Melihat adiknya masih bediri di belakangnya, Temari berbalik.
"Kenapa masih di situ? Mau membantu?" tanya Temari.
"No, thanks. Aku cuma mau ambil minum. Neesan teruskan saja pekerjaan Neesan, tidak usah mempedulikan aku," kata Gaara ngeloyor ke kulkas. "Good luck, Neesan," Gaara menepuk pundak Temari sebelum kembali ke kamarnya.
Temari menatap kepergian Gaara sambil menggerutu, "Adik macam apa itu? Kakaknya sedang kesusahan bukannya membantu malah cuek."
Huft… tidak boleh mengeluh Temari. Harus semangat. Yosh—Ganbatte! Temari menyemangati diri sendiri. Perlahan ia mulai melanjutkan mengaduk adonan dengan pengaduk kayu. Ia berusaha mengaduk dengan kecepatan yang pas agar adonan mengembang dengan sempurna.
Selesai mengaduk, sekarang ia tampak ragu untuk mulai memanggang di atas kompor. Bagaimana kalau nanti kuenya hangus? Atau malah tidak mau mengembang dan menjadi bantet? Temari menggigit ujung kukunya. Harus dicoba dulu 'kan? Kalau tidak, bagaimana bisa jadi kuenya.
Dimasukannya adonan kue ke dalam loyang yang telah diolesi dengan mentega. Lalu memasukkannya ke dalam panci di atas kompor. Diaturnya besar api. Tidak boleh terlalu besar, tapi juga tidak boleh terlalu kecil.
"Uhm… dua puluh menit dengan suhu 180 derajat celcius dengan oven. Kalau dengan kompor, kira-kira berapa menit ya dengan api sedang?" Temari mengira-ngira timer memanggangnya.
Sesekali Temari memeriksa kue yang dipanggangnya. Ditusuk-tusuknya kue itu dengan garpu.
"Luarnya oke. Mengembang dengan bagus. Tapi dalamnya masih basah," Temari mencicip adonan kue yang menempel pada garpu. Tak mau kuenya gosong sementara dalamnya belum matang, Temari mengecilkan volume api. Lima menit kemudian, kue sudah matang sesuai yang diharapkannya. Kuning kecoklatan. Diangkatnya loyang dari panci.
"Yahh... sambil menunggu kuenya dingin, sebaiknya sekarang aku siapkan bahan toping dan cream pelapisnya," Temari mengambil gula dan mentega. Kemudian mengaduknya secara manual. Sesekali ia mengibaskan tangannya yang terasa pegal, ia juga tampak berkali-kali menghapus peluh di pelipisnya. Tak apa. Perjuangan ini 'kan untuk kekasihnya.
Selesai membuat cream pelapis, Temari pun mulai menghias kuenya. Dengan senyum terkembang dibibir, ia menuliskan kata-kata selamat ulang tahun untuk Shikamaru di atas kue. Setelah itu, ditambahkannya hiasan potongan-potongan buah strawberry di pinggiran kue. Puas dengan hasil kerjanya, Temari tersenyum lebar.
"Haah… akhirnya. Selesai juga kuenya," kata Temari senang. "Yakk! Sekarang, tinggal memasak menu makan malam."
Dari balik pintu menuju ruang makan, Gaara tersenyum simpul. Ternyata, tanpa setahu Temari, dari tadi ia terus berdiri bersandar di sana. Melihat dan memperhatikan Temari yang sibuk membuat kue.
"Ganbatte, Neesan!" lirih Gaara. "Kau beruntung rambut nanas. Awas kau berani mengecewakan, Neesan-ku."
Tak ingin mengganggu kerja Temari, Gaara berlalu pergi. Ada sesuatu yang harus dilakukannya.
Sementara itu, Temari terlihat kembali sibuk berkutat dengan kompor dan peralatan dapur lainnya.
Disiapkannya alat-alat yang diperlukannya. Semenit kemudian, ia sudah mulai sibuk membuat adonan. Ya. Ia memang sedang membuat kue. Kue tart tepatnya. Hari ini, adalah hari yang special. Karena hari ini adalah hari ulang tahun kekasihnya. Nara Shikamaru. Ia ingin membuat kue tart special khushus untuknya. Apalagi yang ia dengar dari Gaara, Shikamaru dan beberapa Shinobi dari Konoha yang mendapat tugas ke Tsuna akan tiba hari ini.
Sambil bernyanyi kecil, Temari mencampur semua adonan. Diambilnya mixer untuk mengaduk adonan cake supaya tercampur rata dan mendapat tekstur yang pas. Pelan-pelan ditambahkannya fermipan dan soda kue. Berkali-kali diubahnya kecepatan mixer, menyesuaikan dengan resep yang dianjurkan. Tapi saat ia sedang mengaduk, tiba-tiba saja mixer berhenti berputar.
"Eh? Kenapa ini?" Temari mengangkat mixer. Diperiksanya kabel listrik. Masih terpasang dengan baik dengan stop kontak. Tidak mungkin mati listrik 'kan?
"Mati listrik," Gaara tiba-tiba muncul di belakang Temari.
Temari mematung mendengar ucapan adik bungsunya tersebut. What? Jadi benar mati listrik?
"Aaargghh!" Temari mengacak-acak rambutnya.
Bagaimana nasib kue tart-nya kalau mati listrik begini? Tanpa mixer bagaimana ia bisa mengaduk adonan dengan benar? Lalu, bagaimana ia memanggangnya nanti tanpa oven? Gezz… haruskah semuanya ia lakukan secara manual? Temari menatap horror ke arah adonan di tangannya.
Kami-sama…
Gaara menatap Neesan-nya tanpa ekspresi. Melihat adiknya masih bediri di belakangnya, Temari berbalik.
"Kenapa masih di situ? Mau membantu?" tanya Temari.
"No, thanks. Aku cuma mau ambil minum. Neesan teruskan saja pekerjaan Neesan, tidak usah mempedulikan aku," kata Gaara ngeloyor ke kulkas. "Good luck, Neesan," Gaara menepuk pundak Temari sebelum kembali ke kamarnya.
Temari menatap kepergian Gaara sambil menggerutu, "Adik macam apa itu? Kakaknya sedang kesusahan bukannya membantu malah cuek."
Huft… tidak boleh mengeluh Temari. Harus semangat. Yosh—Ganbatte! Temari menyemangati diri sendiri. Perlahan ia mulai melanjutkan mengaduk adonan dengan pengaduk kayu. Ia berusaha mengaduk dengan kecepatan yang pas agar adonan mengembang dengan sempurna.
Selesai mengaduk, sekarang ia tampak ragu untuk mulai memanggang di atas kompor. Bagaimana kalau nanti kuenya hangus? Atau malah tidak mau mengembang dan menjadi bantet? Temari menggigit ujung kukunya. Harus dicoba dulu 'kan? Kalau tidak, bagaimana bisa jadi kuenya.
Dimasukannya adonan kue ke dalam loyang yang telah diolesi dengan mentega. Lalu memasukkannya ke dalam panci di atas kompor. Diaturnya besar api. Tidak boleh terlalu besar, tapi juga tidak boleh terlalu kecil.
"Uhm… dua puluh menit dengan suhu 180 derajat celcius dengan oven. Kalau dengan kompor, kira-kira berapa menit ya dengan api sedang?" Temari mengira-ngira timer memanggangnya.
Sesekali Temari memeriksa kue yang dipanggangnya. Ditusuk-tusuknya kue itu dengan garpu.
"Luarnya oke. Mengembang dengan bagus. Tapi dalamnya masih basah," Temari mencicip adonan kue yang menempel pada garpu. Tak mau kuenya gosong sementara dalamnya belum matang, Temari mengecilkan volume api. Lima menit kemudian, kue sudah matang sesuai yang diharapkannya. Kuning kecoklatan. Diangkatnya loyang dari panci.
"Yahh... sambil menunggu kuenya dingin, sebaiknya sekarang aku siapkan bahan toping dan cream pelapisnya," Temari mengambil gula dan mentega. Kemudian mengaduknya secara manual. Sesekali ia mengibaskan tangannya yang terasa pegal, ia juga tampak berkali-kali menghapus peluh di pelipisnya. Tak apa. Perjuangan ini 'kan untuk kekasihnya.
Selesai membuat cream pelapis, Temari pun mulai menghias kuenya. Dengan senyum terkembang dibibir, ia menuliskan kata-kata selamat ulang tahun untuk Shikamaru di atas kue. Setelah itu, ditambahkannya hiasan potongan-potongan buah strawberry di pinggiran kue. Puas dengan hasil kerjanya, Temari tersenyum lebar.
"Haah… akhirnya. Selesai juga kuenya," kata Temari senang. "Yakk! Sekarang, tinggal memasak menu makan malam."
Dari balik pintu menuju ruang makan, Gaara tersenyum simpul. Ternyata, tanpa setahu Temari, dari tadi ia terus berdiri bersandar di sana. Melihat dan memperhatikan Temari yang sibuk membuat kue.
"Ganbatte, Neesan!" lirih Gaara. "Kau beruntung rambut nanas. Awas kau berani mengecewakan, Neesan-ku."
Tak ingin mengganggu kerja Temari, Gaara berlalu pergi. Ada sesuatu yang harus dilakukannya.
Sementara itu, Temari terlihat kembali sibuk berkutat dengan kompor dan peralatan dapur lainnya.
_(^_^)_
"Tadaimaaa~,"
teriak Kankurou. Ia masuk ke dalam rumah diikuti Gaara di belakangnya.
"Okaeriii~," sambut Temari tersenyum. Di tangannya tergenggam piring dan kain lap.
"Neesan belum selesai masak?" selidik Gaara.
"Temari mengerutkan dahi, "Ohh… ini," kata Temari saat menyadari apa yang dipegangnya. "Hanya tinggal menata hidangan di meja."
"Wahh… Neesan masak banyak sekali," kata Kankurou. "Sayang… karena badai pasir yang tiba-tiba melanda, utusan dari Konoha tidak bisa datang tepat waktu. Jadi, kita tidak bisa mengundang mereka makan malam di sini."
"Apa kau bilang?" tanya Temari seraya memberikan death glare ke arah Kankurou.
"A-apa, Neesan?" Kankurou tergagap. Kaget tiba-tiba saja dapat pelototan dari Neesan-nya.
"Kau tadi bilang apa?" ulang Temari sambil berjalan mendekati Kankurou yang merepet ke tembok.
"B-badai pasir, maksud Neesan?" tanya Kankurou.
"Bukan!" seru Temari sambil mencengkeram baju Kankurou. "Kenapa dengan utusan dari Konoha?"
"Oh, itu. Karena badai pasir, utusan dari Konoha kemungkinan baru akan tiba di Tsuna dua hari lagi," jawab Kankurou.
Temari terdiam. Kankurou melirik Gaara yang dari tadi berdiri diam di sampingnya.
"Tidak…" Temari melepas tangannya. Ia pun terduduk lemas di hadapan Kankurou. "Ini tidak mungkin…" digigitnya keras-keras bibirnya, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
Kankurou yang terkejut melangkah mundur, "Neesan?" tadinya ia berpikir, ia akan diteriaki atau dikipas oleh Temari ke Konoha, tapi… ditatapnya Gaara yang menunjuk ke arah meja makan dengan dagunya. Melihat kue tart di sana, Kankurou paham. Ia dan Gaara tahu, sejak beberapa hari yang lalu, Neesan-nya itu memang sudah sibuk mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk merayakan ulang tahun Shikamaru. Sekarang, mendengar kalau utusan dari Konoha baru akan tiba dua hari lagi, Temari pasti kecewa sekali.
"Sudahlah, Neesan jangan sedih," Gaara melangkah menghampiri Temari, lalu duduk jongkok di hadapannya, "Dia pasti akan datang. Neesan tidak usah khawatir," dihapusnya air mata yang mulai menetes di pipi Neesan-nya.
Temari menatap adik bungsunya dengan pandangan sendu, "tapi Kankurou bilang…"
"Percaya padaku," kata Gaara tersenyum. "Sekarang Neesan siap-siap. Sebentar lagi dia pasti datang."
Temari melihat ke dalam mata Gaara. Ia tahu, Gaara tidak pernah berbohong padanya. Di setiap kata-katanya, selalu ada kilat kejujuran di sana. Temari mengangguk. Dibantu Gaara, ia bangkit. Dengan gelisah ia menuju ke kamarnya.
"Hei, Gaara. Bagaimana kau bisa seyakin itu? Bukannya, Kakashi sudah mengirmkan berita kalau mereka akan datang terlambat?" tanya Kankurou penasaran.
Gaara hanya diam, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengacuhkan pertanyaan Kankurou.
"Hei, Gaara! Kau mau main rahasia-rahasiaan denganku ya?" kejar Konkurou.
"Okaeriii~," sambut Temari tersenyum. Di tangannya tergenggam piring dan kain lap.
"Neesan belum selesai masak?" selidik Gaara.
"Temari mengerutkan dahi, "Ohh… ini," kata Temari saat menyadari apa yang dipegangnya. "Hanya tinggal menata hidangan di meja."
"Wahh… Neesan masak banyak sekali," kata Kankurou. "Sayang… karena badai pasir yang tiba-tiba melanda, utusan dari Konoha tidak bisa datang tepat waktu. Jadi, kita tidak bisa mengundang mereka makan malam di sini."
"Apa kau bilang?" tanya Temari seraya memberikan death glare ke arah Kankurou.
"A-apa, Neesan?" Kankurou tergagap. Kaget tiba-tiba saja dapat pelototan dari Neesan-nya.
"Kau tadi bilang apa?" ulang Temari sambil berjalan mendekati Kankurou yang merepet ke tembok.
"B-badai pasir, maksud Neesan?" tanya Kankurou.
"Bukan!" seru Temari sambil mencengkeram baju Kankurou. "Kenapa dengan utusan dari Konoha?"
"Oh, itu. Karena badai pasir, utusan dari Konoha kemungkinan baru akan tiba di Tsuna dua hari lagi," jawab Kankurou.
Temari terdiam. Kankurou melirik Gaara yang dari tadi berdiri diam di sampingnya.
"Tidak…" Temari melepas tangannya. Ia pun terduduk lemas di hadapan Kankurou. "Ini tidak mungkin…" digigitnya keras-keras bibirnya, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
Kankurou yang terkejut melangkah mundur, "Neesan?" tadinya ia berpikir, ia akan diteriaki atau dikipas oleh Temari ke Konoha, tapi… ditatapnya Gaara yang menunjuk ke arah meja makan dengan dagunya. Melihat kue tart di sana, Kankurou paham. Ia dan Gaara tahu, sejak beberapa hari yang lalu, Neesan-nya itu memang sudah sibuk mempersiapkan sebuah pesta kecil untuk merayakan ulang tahun Shikamaru. Sekarang, mendengar kalau utusan dari Konoha baru akan tiba dua hari lagi, Temari pasti kecewa sekali.
"Sudahlah, Neesan jangan sedih," Gaara melangkah menghampiri Temari, lalu duduk jongkok di hadapannya, "Dia pasti akan datang. Neesan tidak usah khawatir," dihapusnya air mata yang mulai menetes di pipi Neesan-nya.
Temari menatap adik bungsunya dengan pandangan sendu, "tapi Kankurou bilang…"
"Percaya padaku," kata Gaara tersenyum. "Sekarang Neesan siap-siap. Sebentar lagi dia pasti datang."
Temari melihat ke dalam mata Gaara. Ia tahu, Gaara tidak pernah berbohong padanya. Di setiap kata-katanya, selalu ada kilat kejujuran di sana. Temari mengangguk. Dibantu Gaara, ia bangkit. Dengan gelisah ia menuju ke kamarnya.
"Hei, Gaara. Bagaimana kau bisa seyakin itu? Bukannya, Kakashi sudah mengirmkan berita kalau mereka akan datang terlambat?" tanya Kankurou penasaran.
Gaara hanya diam, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengacuhkan pertanyaan Kankurou.
"Hei, Gaara! Kau mau main rahasia-rahasiaan denganku ya?" kejar Konkurou.
_(^_^)_
Temari tampak gelisah.
Berkali-kali dia mondar-mandir dari ruang keluarga ke ruang tamu. Sesekali
diliriknya pintu depan yang masih tertutup rapat. Berharap ada seseorang yang
mengetuk pintu, tapi tak ada. Malam mulai merayap naik, tapi orang yang
ditunggunya belum muncul juga.
"Neesan… kapan kita boleh makan?" tanya Kankurou lemas. Sedari tadi mereka dilarang menyentuh makanan di meja.
"Nanti!" kata Temari tak acuh. Ia masih sibuk mondar-mandir.
"Aku lapar, Neesan," Kankurou mengelus perutnya yang dari tadi bernyanyi minta diisi.
"Iyaaa. Sabar sedikit kenapa?" sergah Temari mulai kesal.
"Dari tadi juga sudah sabar, Neesan-ku sayaaang," Kankurou mendesah.
Temari yang jengkel memberikan death glare pada Kankurou yang langsung terdiam. Dengan raut wajah kesal, Kankurou meminum segelas air putih yang ke tujuh. Sementara Gaara hanya diam, duduk anteng melihat kedua kakaknya ribut.
Tok…tok…tok…
Temari terlonjak. Gaara dan Kankurou saling melempar pandang. Tanpa ba-bi-bu, Temari segera berlari menuju ke depan. Dibukanya pintu dengan senyum terkembang. Tapi senyum itu langsung pudar saat melihat siapa yang berdiri di sana.
"Matsuri. Ada apa?" tanya Temari dengan raut kecewa.
"Uhm—aku ada sedikit urusan dengan Kazekage-sama, apa dia ada?" tanya Matsuri sopan.
"Ohh—ya. Gaara ada di dalam, silahkan masuk," kata Temari dengan senyum dipaksakan.
Setelah Matsuri masuk. Temari duduk terpaku di sofa ruang tamu. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan angka delapan lebih sepuluh. "Apa dia tidak akan datang?"desah Temari gelisah.
Gaara yang ada di ruang keluarga bersama Matsuri dan Kankurou pun sesekali melirik ke arah ruang tamu.
"Bagaimana, Matsuri, apa tugas yang kuberikan padamu sudah kau laksanakan?" tanya Gaara pelan.
"Sudah, Kazekage. Menurut berita, dia sudah sampai di gerbang desa," jawab Matsuri.
"Tugas? Tugas apa? Dia siapa?" tanya Kankurou penasaran.
"Kau akan tahu sendiri nanti, Niisan," Gaara melirik Temari yang duduk menyandar pada sofa.
"Baiklah—kalau begitu saya permisi dulu, Kazekage," Matsuri membungkuk hormat. "Selamat malam, Kankurou-san."
"Ya. Hati-hati dijalan, Matsuri. Segeralah tidur, sudah malam," kata Gaara.
Matsuri tersenyum senang mendengarnya, "Iya. Terima kasih, Kazekage."
Matsuri pun melangkah keluar. Di ruang tamu, ia mengucap salam pada Temari yang hanya mengangguk menanggapinya. Mengerti suasana hati Temari yang sedang buruk, Matsuri tersenyum maklum.
Mendekati tengah malam. Temari masih duduk menunggu di sofa, matanya terasa sangat berat. Setelah seharian sibuk di dapur, ia merasa sangat lelah sekali sekarang. Gaara dan Kankurou yang ada di ruang tengah—yang telah kehilangan selera makannya—menatap miris kakak kesayangan mereka.
"Gaara—apa kau yakin si rambut nanas itu akan datang?" tanya Kankurou. Ia mulai terlihat cemas dengan keadaan Temari.
"Hn—dia pasti datang," jawab Gaara datar.
Tok…tok…tok…
Pintu depan terdengar diketuk lagi. Tapi Temari tak terlihat bangkit untuk membukanya. Kankurou yang heran, bangkit berdiri. Ternyata Temari jatuh tertidur. Tak ingin membangunkan Neesan-nya, dengan perlahan ia melangkah ke depan untuk membuka pintu.
Dan…
"Kau—," Kankurou menatap tajam sosok yang berdiri di depannya. Sosok yang dari tadi ditunggu oleh Temari.
"Maaf—aku terlambat," kata Shikamaru dengan wajah letih.
Melihat keadaan Shikamaru yang kusut—menyedihkan—Kankurou urung melabraknya.
"Masuklah. Neesan sudah menunggumu dari tadi," Kankurou menyingkir, memberi ruang agar Shikamaru masuk ke dalam.
Shikamaru tercenung di tempat saat melihat Temari yang tertidur di sofa.
"Neesan tertidur kelelahan saat menunggumu," kata Kankurou.
"Maaf—," Shikamaru membungkuk pada Kankurou dan Gaara yang muncul dari dalam.
"Minta maaflah nanti pada Neesan," kata Gaara. "Sekarang—kuserahkan semua padamu."
Gaara dan Kankurou pun masuk meninggalkan Shikamaru dan Temari di sana.
Shikamaru berjalan mendekat ke sofa. Perlahan, ia duduk di samping Temari. Shikamaru menghela napas panjang.
"Maafkan aku—," lirih Shikamaru sambil membelai lembut rambut Temari. Disibaknya poni yang menutupi sebagian wajah Temari.
Sedikit terganggu, Temari menggeliat, "Nghh—," Temari mengerjap-ngerjapkan matanya. Tampak di hadapannya bayangan kabur dari sosok yang ditunggunya. "S-shika?" tanya Temari ragu.
"Ya—ini aku," jawab Shika seraya merengkuh Temari ke dalam pelukannya.
"Benar ini kau?" tanya Temari lirih. Dengan perasaan yang membuncah, Temari memeluk Shikamaru.
"Ya. Maaf aku datang terlambat," Shikamaru mengeratkan pelukannya.
"Aku sudah menunggumu dari tadi," protes Temari setengah merajuk.
"Maaf—," Shikamaru terlihat merasa bersalah.
"Selamat ulang tahun, Shika," Temari melepaskan pelukan dan mencium pipi Shikamaru.
"Shikamaru tersenyum, "Terima kasih. Terima kasih sudah menyiapkan pesta untukku—pesta yang gagal berantakan karena aku. Maaf," Shikamaru kembali merengkuh Temari ke dalam pelukannya.
"Tak apa, Shika. Kau sudah ada di sini sekarang," kata Temari tersenyum.
"Kau pasti lelah dan mengantuk. Tidurlah—aku akan menemanimu di sini," Shikamaru membelai lembut rambut Temari.
"Terima kasih, Shika. Terima kasih—sudah datang," kata Temari tersenyum bahagia. Perlahan, dipejamkannya kembali matanya. Ia merasa, ia pasti akan mimpi indah tidur dalam pelukan kekasihnya. Tak lama kemudian, ia sudah jatuh tertidur kembali dengan senyuman tersungging di bibirnya.
Shikamaru tersenyum, diciumnya kening gadis dipelukannya itu lembut, "Terima kasih, Temari. Aku—menyayangimu."
"Neesan… kapan kita boleh makan?" tanya Kankurou lemas. Sedari tadi mereka dilarang menyentuh makanan di meja.
"Nanti!" kata Temari tak acuh. Ia masih sibuk mondar-mandir.
"Aku lapar, Neesan," Kankurou mengelus perutnya yang dari tadi bernyanyi minta diisi.
"Iyaaa. Sabar sedikit kenapa?" sergah Temari mulai kesal.
"Dari tadi juga sudah sabar, Neesan-ku sayaaang," Kankurou mendesah.
Temari yang jengkel memberikan death glare pada Kankurou yang langsung terdiam. Dengan raut wajah kesal, Kankurou meminum segelas air putih yang ke tujuh. Sementara Gaara hanya diam, duduk anteng melihat kedua kakaknya ribut.
Tok…tok…tok…
Temari terlonjak. Gaara dan Kankurou saling melempar pandang. Tanpa ba-bi-bu, Temari segera berlari menuju ke depan. Dibukanya pintu dengan senyum terkembang. Tapi senyum itu langsung pudar saat melihat siapa yang berdiri di sana.
"Matsuri. Ada apa?" tanya Temari dengan raut kecewa.
"Uhm—aku ada sedikit urusan dengan Kazekage-sama, apa dia ada?" tanya Matsuri sopan.
"Ohh—ya. Gaara ada di dalam, silahkan masuk," kata Temari dengan senyum dipaksakan.
Setelah Matsuri masuk. Temari duduk terpaku di sofa ruang tamu. Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan angka delapan lebih sepuluh. "Apa dia tidak akan datang?"desah Temari gelisah.
Gaara yang ada di ruang keluarga bersama Matsuri dan Kankurou pun sesekali melirik ke arah ruang tamu.
"Bagaimana, Matsuri, apa tugas yang kuberikan padamu sudah kau laksanakan?" tanya Gaara pelan.
"Sudah, Kazekage. Menurut berita, dia sudah sampai di gerbang desa," jawab Matsuri.
"Tugas? Tugas apa? Dia siapa?" tanya Kankurou penasaran.
"Kau akan tahu sendiri nanti, Niisan," Gaara melirik Temari yang duduk menyandar pada sofa.
"Baiklah—kalau begitu saya permisi dulu, Kazekage," Matsuri membungkuk hormat. "Selamat malam, Kankurou-san."
"Ya. Hati-hati dijalan, Matsuri. Segeralah tidur, sudah malam," kata Gaara.
Matsuri tersenyum senang mendengarnya, "Iya. Terima kasih, Kazekage."
Matsuri pun melangkah keluar. Di ruang tamu, ia mengucap salam pada Temari yang hanya mengangguk menanggapinya. Mengerti suasana hati Temari yang sedang buruk, Matsuri tersenyum maklum.
Mendekati tengah malam. Temari masih duduk menunggu di sofa, matanya terasa sangat berat. Setelah seharian sibuk di dapur, ia merasa sangat lelah sekali sekarang. Gaara dan Kankurou yang ada di ruang tengah—yang telah kehilangan selera makannya—menatap miris kakak kesayangan mereka.
"Gaara—apa kau yakin si rambut nanas itu akan datang?" tanya Kankurou. Ia mulai terlihat cemas dengan keadaan Temari.
"Hn—dia pasti datang," jawab Gaara datar.
Tok…tok…tok…
Pintu depan terdengar diketuk lagi. Tapi Temari tak terlihat bangkit untuk membukanya. Kankurou yang heran, bangkit berdiri. Ternyata Temari jatuh tertidur. Tak ingin membangunkan Neesan-nya, dengan perlahan ia melangkah ke depan untuk membuka pintu.
Dan…
"Kau—," Kankurou menatap tajam sosok yang berdiri di depannya. Sosok yang dari tadi ditunggu oleh Temari.
"Maaf—aku terlambat," kata Shikamaru dengan wajah letih.
Melihat keadaan Shikamaru yang kusut—menyedihkan—Kankurou urung melabraknya.
"Masuklah. Neesan sudah menunggumu dari tadi," Kankurou menyingkir, memberi ruang agar Shikamaru masuk ke dalam.
Shikamaru tercenung di tempat saat melihat Temari yang tertidur di sofa.
"Neesan tertidur kelelahan saat menunggumu," kata Kankurou.
"Maaf—," Shikamaru membungkuk pada Kankurou dan Gaara yang muncul dari dalam.
"Minta maaflah nanti pada Neesan," kata Gaara. "Sekarang—kuserahkan semua padamu."
Gaara dan Kankurou pun masuk meninggalkan Shikamaru dan Temari di sana.
Shikamaru berjalan mendekat ke sofa. Perlahan, ia duduk di samping Temari. Shikamaru menghela napas panjang.
"Maafkan aku—," lirih Shikamaru sambil membelai lembut rambut Temari. Disibaknya poni yang menutupi sebagian wajah Temari.
Sedikit terganggu, Temari menggeliat, "Nghh—," Temari mengerjap-ngerjapkan matanya. Tampak di hadapannya bayangan kabur dari sosok yang ditunggunya. "S-shika?" tanya Temari ragu.
"Ya—ini aku," jawab Shika seraya merengkuh Temari ke dalam pelukannya.
"Benar ini kau?" tanya Temari lirih. Dengan perasaan yang membuncah, Temari memeluk Shikamaru.
"Ya. Maaf aku datang terlambat," Shikamaru mengeratkan pelukannya.
"Aku sudah menunggumu dari tadi," protes Temari setengah merajuk.
"Maaf—," Shikamaru terlihat merasa bersalah.
"Selamat ulang tahun, Shika," Temari melepaskan pelukan dan mencium pipi Shikamaru.
"Shikamaru tersenyum, "Terima kasih. Terima kasih sudah menyiapkan pesta untukku—pesta yang gagal berantakan karena aku. Maaf," Shikamaru kembali merengkuh Temari ke dalam pelukannya.
"Tak apa, Shika. Kau sudah ada di sini sekarang," kata Temari tersenyum.
"Kau pasti lelah dan mengantuk. Tidurlah—aku akan menemanimu di sini," Shikamaru membelai lembut rambut Temari.
"Terima kasih, Shika. Terima kasih—sudah datang," kata Temari tersenyum bahagia. Perlahan, dipejamkannya kembali matanya. Ia merasa, ia pasti akan mimpi indah tidur dalam pelukan kekasihnya. Tak lama kemudian, ia sudah jatuh tertidur kembali dengan senyuman tersungging di bibirnya.
Shikamaru tersenyum, diciumnya kening gadis dipelukannya itu lembut, "Terima kasih, Temari. Aku—menyayangimu."
OWARI
Omake
"SHIKAMARUUUUUU!" teriakan melengking Temari terdengar memecah keheningan pagi.
Shikamaru yang masih terlelap di alam mimpinya terbangun karena kaget. Gaara dan Kankurou yang juga terkejut pun turun dan bergegas menuju ke ruang tamu.
"Ada apa, Temari?" tanya Shikamaru malas.
"Ada apa kau bilang? Kau mau kuhajar ya?" teriak Temari.
Shikamaru mengerutkan dahi. Sementara Gaara dan Kankurou menatap ke arah Shikamaru dengan tatapan—kau—apakan—kakakku, huh?
Ditatap demikian oleh tiga bersaudara Sabaku. Shikamaru jadi keder juga.
"T-tunggu—aku salah apa?" Shikamaru meminta penjelasan.
"Salah apa tanyamu?" Temari mendesis. "Sudah datang terlambat. Datang-datang tanpa minta maaf kau langsung tidur memelukku tanpa ijin, huh?"
Shikamaru sweatdrops mendengarnya. Lalu—suasana romantis semalam itu apa? Gaara dan Kankurou yang diam-diam semalam mengintip juga langsung speechless. Jangan-jangan—semalam Temari setengah sadar dan belum ngeh ya? Mereka bertiga spontan menatap Temari yang gantian bingung mendapat tatapan aneh dari kekasih dan dua adiknya.
"Apa?" tanya Temari.
"Hahh—ya sudahlah. Selesaikan sendiri, Shika," Gaara berlalu diikuti Kankurou yang geleng-geleng kepala melihat Neesan dan calon kakak iparnya itu.
"Hei, Gaara. Kau masih tidak ingin mengatakan padaku, kenapa Shika bisa datang sementara yang lain tidak?" tanya Kankurou saat mereka menaiki tangga.
"Hmm—aku mengirim pesan khusus padanya. Aku katakan padanya, bisa tidak bisa, dia harus datang! Kalau dia tidak bisa datang tepat waktu—apapun alasannya—aku sendiri yang akan menguburnya hidup-hidup di tengah badai pasir," kata Gaara datar.
"A-apa?" Kankurou menganga mendengarnya. "Hahaha—kasihan sekali nasib si nanas itu. Dia yang ulang tahun, tapi dia sendiri yang menderita."
Sementara itu di ruang tamu. Shikamaru masih harus berjuang menghadapi kemarahan Temari, sekaligus melawan kantuk yang masih menggelayut di matanya. Yakk! Ganbatte, Shika!
"SHIKAMARUUUUUU!" teriakan melengking Temari terdengar memecah keheningan pagi.
Shikamaru yang masih terlelap di alam mimpinya terbangun karena kaget. Gaara dan Kankurou yang juga terkejut pun turun dan bergegas menuju ke ruang tamu.
"Ada apa, Temari?" tanya Shikamaru malas.
"Ada apa kau bilang? Kau mau kuhajar ya?" teriak Temari.
Shikamaru mengerutkan dahi. Sementara Gaara dan Kankurou menatap ke arah Shikamaru dengan tatapan—kau—apakan—kakakku, huh?
Ditatap demikian oleh tiga bersaudara Sabaku. Shikamaru jadi keder juga.
"T-tunggu—aku salah apa?" Shikamaru meminta penjelasan.
"Salah apa tanyamu?" Temari mendesis. "Sudah datang terlambat. Datang-datang tanpa minta maaf kau langsung tidur memelukku tanpa ijin, huh?"
Shikamaru sweatdrops mendengarnya. Lalu—suasana romantis semalam itu apa? Gaara dan Kankurou yang diam-diam semalam mengintip juga langsung speechless. Jangan-jangan—semalam Temari setengah sadar dan belum ngeh ya? Mereka bertiga spontan menatap Temari yang gantian bingung mendapat tatapan aneh dari kekasih dan dua adiknya.
"Apa?" tanya Temari.
"Hahh—ya sudahlah. Selesaikan sendiri, Shika," Gaara berlalu diikuti Kankurou yang geleng-geleng kepala melihat Neesan dan calon kakak iparnya itu.
"Hei, Gaara. Kau masih tidak ingin mengatakan padaku, kenapa Shika bisa datang sementara yang lain tidak?" tanya Kankurou saat mereka menaiki tangga.
"Hmm—aku mengirim pesan khusus padanya. Aku katakan padanya, bisa tidak bisa, dia harus datang! Kalau dia tidak bisa datang tepat waktu—apapun alasannya—aku sendiri yang akan menguburnya hidup-hidup di tengah badai pasir," kata Gaara datar.
"A-apa?" Kankurou menganga mendengarnya. "Hahaha—kasihan sekali nasib si nanas itu. Dia yang ulang tahun, tapi dia sendiri yang menderita."
Sementara itu di ruang tamu. Shikamaru masih harus berjuang menghadapi kemarahan Temari, sekaligus melawan kantuk yang masih menggelayut di matanya. Yakk! Ganbatte, Shika!
A/N :
Yeyy! Akhirnya selesai juga fic ini. Sebenarnya ini fic untuk ultah Shika, tapi
karena kemarin saya sempat sakit, fic ini ga bisa selesai tepat waktu. Jadinya
telat banget deh kaya' judulnya, huhu… u_u
ShikaTema, tapi porsi Shika-nya dikiiiiiit banget. Gomeeeen…
ShikaTema, tapi porsi Shika-nya dikiiiiiit banget. Gomeeeen…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar